PURIN.KENDALMU.OR.ID. Menilik Pedoman Pimpinan Pusat Muhammadiyah nomor 01/PED/I.0/B/2018 tentang Pendidikan Dasar dan Menengah, bahwa Madrasah Diniyah Muhammadiyah adalah lembaga pendidikan keagamaan Islam non-formal.
Mengingat Madrasah Diniyah (Madin) sebagai satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan khusus keislaman, maka eksistensinya menjadi lebih penting ditengah arus globaisasi, karena memiliki kekhususan mata pelajaran agama Islam yang memungkinkan peserta didiknya menguasai materi ilmu agama secara baik.
Memahami hal tersebut, baru-baru ini Majelis Pendidikan Dasar Menengah (Dikdasmen) dan Pendidikan Non Format (PNF) PD Muhammadiyah Kendal menggelar workshop bertajuk “Holistic Integrated Education Madin’.
Dosen Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Muhammadiyah Kendal Batang (Umkaba), Rahmat Setiawan dalam paparannya menyampaikan, konsep Madin Muhammadiyah diselenggarakan terintegrasi dengan pendidikan formal Muhammadiyah yang telah ada, yakni SD, SMP, dan SMA.
“Seluruh siswa Muhammadiyah mulai tahun ajaran 2024 – 2025 mengikuti Madin hari Senin sampai Kamis. Proses pembelajarannya setelah jam sekolah formal” kata Setiawan pada Sabtu (28/10) di SD Muhammadiyah Purin, Patebon.
Menurutnya, penyelenggaraan Madin di Muhammadiyah sangat strategis, mengingat di dalam Kurikulum Merdeka, sekolah diberikan kebebasan menentukan kurikulum yang akan dipilih, yaitu Madin.
Disampaikan, sampai saat ini Majelis Dikdasmen PNF PDM Kendal memiliki 8 Madin, dan dari sejumlah Madin tersebut dalam waktu dekat harus ada sebagai pilot projeck sebelum diterapkan lebih luas.
“SD Muhammadiyah Purin siap dijadikan pilot projeck Madin, mengingat program tersebut sudah direncanakan” ujarnya.
Menyinggung tentang guru pengajar Madin dan kurikulum, Setiawan menjelaskan selain guru Ismuba (Islam, Kemuhammadiyahan, dan Bahasa Arab), juga bisa melibatkan mahasiswa Prodi Pendidikan Agama Islam FAI Umkaba.
“SDM Madin insya Allah cukup untuk memenuhi pengajar Madin, jika dipandang perlu bisa melibatkan mahasiswa PAI. Sementara untuk kurikulum masih dalam proses dan segera kita seelesaikan dan didiskusikan bersama” ujarnya lagi.
Menurut Setiawan, workshop yang diselenggarakan ini sebagai salah satu langkah FAI Umkaba kepada masyarakat dalam melaksanakan kewajibannya catur dharma perguruan tinggi Muhammadiyah.
Setiawan berharap, program Madin bisa berjalan sampai tingkat akhir dan peserta didik bisa menyelesaikan seluruh mata pelajaran dengan baik sebagai salah satu bekal ilmu untuk bisa masuk di Program Pendidikan Ulama’ Tarjih (PPUT) Umkaba.
“Jadi endingnya adalah dengan diselenggarakan Madin yang terintegrasi dan berkesinambungan sebagai media kaderisasi bidang keilmuan keIslaman, sekaligus untuk mengembalikan kekayaan intelektual bidang keilmuan keIslaman yang hilang atau hampir punah”
Sementara itu Ketua Majelis Dikdasmen PNF PDM Kendal, Sodiq Purwanto mengatakan, Madin memiliki spesifikasi khusus di bidang ilmu keIslaman, maka dalam penyelenggaraannya diperlukan komitmen dalam membuat konsep kurikulum dan tenaga pengajarnya.
“Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM) di sekolah Muhammadiyah (SD,SMP dan SMA-red) 100% mengikuti kebijakan Kemendikbudristek. Majelis Dikdasmen melakukan adaptasi sesuai kebutuhan pembelajaran pada madrasah dalam rangka penguatan Ismuba” kata Sodiq.
Konsep yang kita buat dalam workshop ini, lanjutnya, meliputi kurikulum yang dapat dipraktekkan di Muhammadiyah Kendal, dan diharapkan dapat dilaksanakan di Muhammadiyah Daerah yang lain.
“Kosep Madin yang kita susun akan kita kirim ke PWM Jateng, diharapkan bisa diadopsi oleh Daerah lain”
Sedangkan Ketua PDM Kendal, Ikhsan Intizam menyampaikan, terdapat keprihatinan terhadap keberadaan Madin Muhammadiyah Kendal.
“Madin atau TPQ kita sepertinya kehilangan induk, tidak tahu kemana harus menyampaikan ide dan permasalahan” ujarnya.
Ikhsan berharap workshop ini bisa menghasilkan keputusan dan mampu menjadikan Madin lebih berkembang. (fur)