Oleh Utomo
Menjelang akhir tahun pelajaran, para kepala sekolah dan pengelola pendidikan tengah disibukkan dengan agenda penerimaan peserta didik baru. Spanduk dipasang, brosur dicetak, dan media sosial mulai ramai dengan promosi sekolah. Tapi di tengah rutinitas ini, ada satu pertanyaan penting yang layak kita renungkan:
Apakah kita masih sekadar mengelola sekolah, atau sudah mulai mengembangkan sekolah?
Mengelola Sekolah Itu Penting, Tapi Tidak Cukup
Mengelola sekolah identik dengan memastikan semua berjalan lancar: guru mengajar, siswa belajar, jadwal tertata, laporan administrasi beres. Ini penting. Tapi jika hanya berhenti di sini, sekolah tidak akan tumbuh. Sekolah akan stagnan, tertinggal, dan pada akhirnya kehilangan daya saing.
Padahal, masyarakat hari ini tidak hanya mencari tempat belajar, tapi lingkungan belajar yang memberi nilai tambah: pembinaan karakter, atmosfer Islami yang menenangkan, pembelajaran yang menyenangkan, hingga peluang berprestasi dan berkarya.
Mengembangkan Sekolah Itu Mendesak
Mengembangkan sekolah berarti:
Menumbuhkan program-program inovatif,
Menggali potensi guru dan siswa secara optimal,
Membangun kepercayaan masyarakat melalui pelayanan prima.
Inilah saatnya kita mengganti pola pikir:
Dari “menjaga agar sekolah tetap berjalan” menjadi “melompat agar sekolah terus tumbuh dan unggul.”
5 Tips Operasional: Dari Rutinitas Menuju Terobosan
Berikut beberapa langkah sederhana tapi berdampak yang bisa segera diterapkan oleh para pengelola sekolah:
1. Bangun “Keunggulan Khas” Sekolah Anda
Apa yang membedakan sekolah Anda dari sekolah lain? Apakah itu program tahfidz, kelas entrepreneurship, atau pendekatan pengajaran berbasis proyek? Tentukan satu keunggulan yang bisa menjadi magnet untuk masyarakat.
2. Libatkan Guru sebagai Inovator, Bukan Hanya Pengajar
Ajak guru untuk menjadi penggagas program, bukan sekadar pelaksana. Berikan ruang bagi guru untuk mengembangkan ide seperti klub literasi, ekstrakurikuler baru, atau pembelajaran tematik yang menyenangkan.
3. Bangun Budaya Sehat: Kompak, Percaya, dan Tidak Takut Salah
Salah satu faktor penting dalam mengembangkan sekolah adalah menciptakan budaya sehat di lingkungan kerja.
Sediakan ruang untuk rekreasi dan kebersamaan.
Bangun rasa memiliki di antara guru, karyawan, dan siswa.
Berikan kepercayaan untuk mengambil keputusan.
Dorong warga sekolah untuk berani mencoba hal baru, walau berisiko salah.
Warning: Hindari pengambilan keputusan yang terlalu sentralistik.
Sentralisasi yang berlebihan hanya akan membuat warga sekolah pasif, takut berinisiatif, dan akhirnya sekolah kehilangan semangat tumbuh.
Sekolah akan mandek jika semua keputusan harus menunggu satu orang. Sebaliknya, ketika guru dan staf merasa dipercaya, mereka akan tumbuh menjadi pelaku perubahan.
4. Digitalisasi Promosi Sekolah
Gunakan media sosial sekolah secara aktif dan strategis. Buat konten positif yang konsisten: kisah alumni sukses, prestasi siswa, aktivitas unik di sekolah. Jangan tunggu viral—bangun citra positif secara bertahap dan otentik.
5. Evaluasi Diri dengan Jujur dan Terbuka
Lakukan refleksi tahunan: apa yang sudah berhasil, apa yang belum? Libatkan semua unsur: guru, TU, komite, bahkan siswa. Ubah hasil evaluasi menjadi rencana aksi konkret untuk tahun ajaran berikutnya.
Kepemimpinan: Ngemong, Bukan Sok Pintar
Mengembangkan sekolah tidak bisa dipisahkan dari gaya kepemimpinan yang ditunjukkan oleh kepala sekolah dan pimpinan majelis. Pemimpin yang sukses bukan yang paling keras suaranya, tapi yang paling dalam mendengarkan.
Kepemimpinan yang ngemong—yakni mampu membimbing dengan kasih, merangkul tanpa merendahkan, dan tegas tanpa menyakiti—lebih efektif daripada gaya memerintah dan merasa paling tahu.
Hindari sikap sok pintar. Dengarkan pendapat guru, staf, bahkan siswa. Hargai gagasan, berikan ruang diskusi yang setara, dan jangan terbiasa memotong pendapat orang lain hanya karena kita merasa sudah lebih dulu tahu.
Dalam budaya organisasi yang sehat:
Orang didorong untuk bicara, bukan diam karena takut.
Ide-ide berkembang karena diberi ruang, bukan dibatasi.
Guru berani bertumbuh karena merasa aman secara psikologis.
Ingatlah: kepercayaan dan penghargaan melahirkan loyalitas dan kreativitas. Kepemimpinan yang merangkul adalah fondasi utama sekolah yang berkembang.
Sekolah Adalah Ladang Amal, Tapi Harus Diolah dengan Cerdas
Menjadi pengelola sekolah adalah amanah besar. Tapi jangan hanya puas menjadi penjaga kebun, jadilah petani yang inovatif. Saat kita berani mengembangkan sekolah, kita sedang membuka jalan untuk lebih banyak amal jariyah: generasi unggul yang lahir dari tangan-tangan kita.
Momentum penerimaan peserta didik baru bukan sekadar soal promosi, tapi soal positioning. Bukan sekadar siapa yang datang, tapi siapa yang ingin kita bentuk.
Mari beranjak dari rutinitas. Mari melompat. Saatnya kita bukan hanya mengelola, tapi mengembangkan sekolah Muhammadiyah menuju masa depan yang lebih gemilang.
*) DR. H. Utomo Wakil Rektor III Universitas Muhammadiyah Kendal Batang (Umkaba)