RINGINARUM.KENDALMU.OR.ID. Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jateng, KH. Tafsir meminta tidak semua Pondok Pesantren Muhammadiyah (PPM) berorientasi pada tahfidz Al qur’an saja, tetapi ada pesantren Muhammadiyah yang para santrinya mempelajari ilmu alat, yakni Nahwu dan Shorof sebagai ilmu perangkat untuk memahami secara luas terhadap Al qur’an, sunnah, dan kitab-kitab klasik terutama kitab kuning.
Hal tersebut diungkapkan oleh Tafsir saat merespon para santri Darul Arqam 4 Caruban, Kec. Ringinarum, Kendal saat tampil nadhom tashrif fa’ala yaf’ulu fa’lan dan dhoroba yadhribu dhorban didank dhut kan pada acara pembukaan Musycab ke 5 Muhammadiyah dan Aisyiyah Ringinarum yang berlangsung Ahad (13/8) di Pondok Modern Darul Arqam setempat.
Penampilan para santri tersebut diapresiasi oleh Tafsir dan dikatakan hampir tidak ada tradisi tashrif di pondok pesantren Muhammadiyah yang notabene PPM mengedepankan tahfidz dari pada memperdalam ilmu nahwu dan shorof.
Menurut Gubernur Muhammadiyah di Jawa Tengah tersebut, kemampuan membaca kitab gundulan (kuning) sebagai salah satu syarat untuk menjadi ulama’ dan setiap ulama’ pasti ketemu ilmu nahwu dan shorof di pesantren, karena ‘ashorfu umul uluum wa nahwu abuuhaa’, shorof itu ibunya ilmu dan nahwu bapaknya.
“Para santri jangan ramai-ramai lari menuju tahfidz Al qur’an, tapi harus ada yang ngalahi, rela mempelajari dan menekuni ilmu alat, nahwu dan shorof sebagai salah satu syarat menjadi ulama. Kalau santri Muhammadiyah pada tahfidz Al qur’an, lantas siapa di Muhammadiyah yang akan mampu membaca kita gundul” katanya di hadapan ratusan jamaah pengajian.
Tafsir menilai seorang santri Muhammadiyah untuk menguasai ilmu tahfidz dan ilmu nahwu shorof sangat berat, kalaupun ada yang mampu kita bersyukur, tapi tidak mudah mencapai itu.
“Harus ada spesialisasi, siapa yang harus ke tahfidz, dan siapa yang harus mempelajari ilmu alat dengan sungguh-sunggguh untuk menjadi ulama – ulama di masa depan” ujarnya.
Dikatakan, khafidz artinya penjaga. Diungkapkan, pada zaman Nabi Muhammad belum ada mushaf sehingga penjaga Al qur’an adalah mereka para sahabat yang hafal Al qur’an.
“Tetapi sekarang Al qur’an resmi sudah ada, dicetak di Madinah, itulah hafidz, tahfidz, penjaga otentiktitas Al qur’an. Seandainya tidak ada hafidz, Al qur’an tetap terjaga, karena sudah ada muskhaf” jelasnya.
Sementara itu Ketua PCM Ringinarum, Muhammad Sarwono mengatakan Musycab ke 5 akan berlangsung sehari dengan tiga agenda pokok yang telah disiapkan, yaitu laporan PCM Ringinarum periode Muktamar ke 47, rencana program kerja, dan pemilihan pimpinan.
Diharapkan, Musycab dapat berlangsung dengan lancar, dan menghasilkan keputusan-keputusan yang mampu membawa perubahan yang lebih baik di Kecamatan Ringinarum.
Sedangkan Ketua PDM Kendal, KH. Ikhsan Intizam menyampaikan seluruh PCM dan PCA di Kabupaten Kendal telah selesai menyelenggarakan Musycab.
“Hari ini PCM Ringinarum dan Brangsong merupakan PCM yang terakhir menyelenggarakan Musycab” katanya.
Ikhsan meminta setelah Musycab berakhir, semua PCM segera bergerak untuk melaksanakan program kerjanya yang telah diputuskan.
Turut hadir dalam acara pembukaan Musycab antara lain, Camat Ringinarum, Shobirin, Ketua DPD PAN Kab. Kendal, Nasri, seluruh wali santri pondok Darul Arqam 4 Ringinarum, dan jajaran PCM dan PCA ringinarum. (fur)