Sejumlah Sekolah Dasar Negeri di Kabupaten Kendal Jawa tengah, kekurangan siswa di tahun ajaran baru ini. Ada 28 sekolah dasar, yang menerima siswa baru kelas satu dibawah 10 anak. Bahkan ada satu sekolah yang berada di tengah pemukiman, hanya mendapatkan satu siswa saja.
Di ruang kelas 1 di SD Negeri 3 Weleri Kendal Jawa Tengah ini, hanya ada dua tempat duduk. Namun hanya satu siswa , yang mengikuti pelajaran di hari kedua tahun ajaran baru 2023-2024. Siswa kelas 1 di SD negeri 3 Weleri ini , memang satu orang, namun demikian siswa dan guru tetap semangat melaksanakan proses belajar mengajar.
Meski seorang diri tidak ada teman dalam satu kelasnya, Fatahillah Muhammad rizky tetap semangat belajar. Layaknya les privat, guru memberikan pembelajaran dengan maksimal , mengingat hanya satu siswa yang diterima sekolah ini.
Fatahillah sendiri mengaku , tidak mempermasalahkan belajar seorang diri di dalam kelas yang cukup besar. Dengan tekun, ia mendengarkan guru memberikan pelajaran membaca dan menulis.
“ Senang sekolah disini tidak ada temanya gak apa apa malah enak tidak ada yang menggangu”. Kata Fatahillah selasa ( 18/7/2023)
Kepala SD Negeri 3 Weleri , Hary Sucipto mengatakan, untuk jumlah siswa keseluruhan di sekolah ini ada 32 anak. Terdiri dari kelas 1 hanya satu anak, kelas 2 ada 3 anak dan kelas 3 ada 4 anak. Sedangkan untuk kelas 4 ada sekitar 5 anak, kelas 5 ada 3 anak serta kelas 6 ada 9 anak.
Ia menambahkan, pihaknya sudah berusaha maksimal mendapatkan siswa di tahun ajaran 2023-2024 ini. Panitia pendaftaran siswa baru juga sudah dibentuk, namun sampai terakhir pendaftaran hanya ada satu anak saja yang mendaftar di sdn 3 weleri ini.
“Sekarang masyarakat sudah pandai ia akan memilih menyekolahkan anaknya di mana terserah selagi masih masuk dalam zonasi, kebetulan SDN 3 weleri juga bersebelahan dengan SDN 2 Weleri sehingga masyarakatlah yang menentukan pilihan untuk menyekolahkan anaknya, Kami sekalipun satu siswa tetap saya layani”. Kata Hary sucipto.
Diakui juga, proses belajar mengajar tetap dilaksanakan meski dengan jumlah siswa yang minim. Hary berharap dinas terkait bisa memberikan pendampingan, agar bisa mencari solusi sehingga proses belajar tetap berjalan.
Hal yang sama juga terjadi di SD Negeri Truko Kecamatan Kangkung, siswa kelas satu hanya ada 4 anak. Menurut seorang guru, faktor lokasi sekolah yang berbatasan dengan jalan raya pantura menjadi penyebab, minimnya jumlah siswa.
Tidak hanya itu, populasi penduduk terutama anak usia sekolah dasar, di sekitar sekolah juga minim. Pasangan mudanya banyak yang merantau, bahkan bekerja di luar negeri. Sementara anak-anak yang berada di seberang jalan, memilih sekolah lain untuk menghindari resiko kecelakaan.
“ Mungkin di sini KBnya berhasil sehingga anak usia enam tahun sedikit, namun juga belum tentu sebab tahun lalu juga dapat murid banyak tahun ini sedikit, memang kembang surut, tahun ini SDN Truko hanya mendapat 4 siswa kelas satu” . jelas Siti Nurhidayati.
Nurhayati menambahkan, ada trauma khusus bagi warga Truko sebab Desanya terbelah jalan pantura , pernah terjadi kecelakaan saat siswa menyeberang jalan , setelah kejadian itu warga di sebelah selatan jalan memilih menyekolahkan di SD Kadilangu yang tidak menyebrang jalan.
“ Jadi pasca kejadian itu masyarakat yang di selatan jalan raya memilih menyekolahkan anaknya yang tidak menyebrang jalan seperti di SD Kadilangu, selain itu disana juga ada SD IT sehingga sebagian juga memilih di sekolah swasta”. imbuhnya
PLT Sekretaris Dinas pendidikan dan kebudayaan Kendal, Sulardi mengatakan ada 28 sekolah pada tahun ajaran baru ini menerima siswa sedikit. Fenomena sekolah terpadu dan pondok pesantren, menjadi faktor banyak anak yang memilih sekolah terpadu atau memondokan anaknya di pesantren.
“ Saat ini ada 28 Sekolah Dasar yang mengalami kekurangan siswa yang tersebar di 20 kecamatan di kendal, namun demikian sekalipun hanya satu siswa kami tetap melayani, dan memberikan pelajaran sesuai jadwal, bahkan sekarang banyak yang memilih sekolah boarding sehingga orang tua mengeluarkan biaya sekali namun juga sudah bisa mondok dan sekolah formal”. Jelas Sulardi
Pihak Disdikbud kendal sendiri belum mewacanakan, untuk melaksanakan penggabungan sekolah. Pasalnya jika dilakukan merger, khawatir akses anak-anak akan kesulitan. Namun demikian ini menjadi bagian dari evaluasi, agar tahun depan bisa jumlah siswa lebih banyak lagi.