SINGOROJO.KENDALMU.OR.ID. Gedung berlantai 1 dengan papan nama Workshop Kejuruan Pengolahan Hasil Pertanian (Agroindustri) Balai Latihan Kerja (BLK) Komunitas Pimpinan Cabang Muhammadiyah Singorojo memang tidak kelihatan dari jalan Raya Boja-Patean, lantaran gedung baru dengan luas bangunan 14 m x 20 m yang selesai sekitar sebulan lalu itu berada di tengah-tengah pedusunan, tepatnya Dusun Ngareanak, Desa Ngareanak, Kec. Singorojo, Kab. Kendal.
Bendahara PCM Singorojo, Maryono Sidik mengungkapkan gedung BLK ini bantuan dari Kementerian Tenaga Kerja (Kemenker) RI.
“Bermula dari PCM Boja memberi informasi kepada kami tentang ada bantuan gedung balai latihan. Tapi kami balek bertanya, kenapa tidak diambil PCM Boja ?, ” kata Maryono mengawali pembicaraan dengan kendalmu.or. id usai mengikuti pengajian bersama warga Muhammadiyah dan NU Singorojo, Ahad (29/12/2024)
Dituturkan, PCM Boja sedang menyelesaikan pembangunan RS PKU Muhammadiyah Boja yang membutuhkan dana besar, sehingga tawaran untuk membangun BLK diberikan kepada PCM Singorojo.
“Dan saat ini PCM Boja juga belum punya tanah wakaf untuk membangun BLK,” ujarnya.
Gayung bersambut, melalui Ketua PCM Singorojo, Rubiyadi segera melakukan rapat yang melibatkan seluruh jajarannya dan koordinasi dengan PCM Boja.
“Untuk mendapatkan bantuan gedung Balai Latihan Kerja (BLK) dari Kementerian Ketenagakerjaan Republik Indonesia, terdapat beberapa persyaratan yang harus dipenuhi,” kata Maryono
Dia mengungkapkan, proposal harus dilengkapi dengan dokumen-dokumen penting, seperti buku sertipikat kepemilikan tanah atas nama Persyarikatan, dana pendamping sesuai nominal yang ditentukan dengan bukti rekening bank atas nama PCM Singorojo.
Maryono menyampaikan, sepekan setelah proposal terkirim, pihak Kemenker melakukan kunjungan ke PCM Singorojo untuk verifikasi dan mengetahui validitas permohonan.
“Bukti-bukti seperti dokumen legalitas lembaga, NPWP, dan rekening bank membantu membuktikan bahwa PCM adalah komunitas yang sah dan dapat dipercaya untuk menerima bantuan. Ini memastikan bahwa dana yang diberikan akan dikelola dengan baik,” bebernya.
Dia melanjutkan, beberapa bulan kemudian kami dipanggil untuk melakukan penandatanganan MoU dengan Kemenken dilanjutkan dengan pelatihan.
“Kami berempat, terdiri Ketua PCM, Bendahara, dan Ketua Pelaksana berangkat ke Jakarta,” kata Maryono lagi.
“Kami juga mendapat undangan untuk mengikuti pelatihan tentang pengolahan agrobisnis hasil pertanian selama 3 bulan,” imbuhnya.
Memasuki bulan Juli 2024, dana bantuan dari Kemenken turun sebesar 350 juta.
“Dana sebesar itu termin pertama dan langsung kita gunakan untuk membangun sesuai spesifikasi bangunan agroindustri pertanian, yang terdiri aula pelatihan, ruang penyimpanan, tempat untuk menyimpan alat dan bahan pelatihan agar tetap terorganisir dan aman,” jelasnya.
Bantuan dana dari Kemenken termin kedua turun sebesar 150 juta untuk melanjutkan pembangunan yang belum selesai.
“Jadi dana 500 juta khusus pembuatan gedung BLK dengan spesifikasi dinding tembok, kerangka atap besi L/ siku, atap galfalum, kusen-kusen baja ringan, lantai cor/ non keramik, tanpa plafon untuk ruang aula, ruang pimpinan, toilet, gudang, berplafon. lampu TL 18×2 Box,” bebernya lagi.
Setelah bangunan selesai dilanjutkan laporan hasil pekerjaan sambil menunggu peralatan dan mesin untuk workshop datang dari Kemenken.
“Terdapat sekitar 26 item alat dan mesin untuk pelatihan, antara lain mesin penggilingan, pemotong, pengemas, pengering, mixer, alat pemarut kelapa, alat pengiris, kristalisasi jahe, termometer makanan, dan alat penimbang,” katanya.
Menurut Maryono dana bantuan total 500 juta itu dalam pelaksanaannya harus disesuaikan dengan harga-harga tahun sebelumnya yang ditentukan oleh Kemenken, termasuk harga alat-alat dan mesin-mesin praktek sehingga kami mengalami devisit.
“Dengan menetapkan harga yang jelas, kementerian dapat menjaga transparansi dalam pengadaan dan memastikan bahwa setiap pengeluaran dapat dipertanggungjawabkan,” tegas Maryono.
Sedangkan Ketua Pelaksana BLK Agrobisnis Hasil Pertanian PCM Singorojo, Suprayitno mengatakan, bangunan BLK digunakan sesuai peruntukannya, sebagai pusat pelatihan pengolahan hasil pertanian (Agroindustri).
Dikatakan, setelah serah terima gedung BLK dan peresmian dari Kemenken segera digunakan untuk workkshop.
“Selama 3 tahun dari beberapa kali pelatihan dibimbing BLK Provinsi, sifatnya gratis, dan masyarakat bisa mengikutinya,” kata Suprayitno.
Diharapkan dengan adanya BLK, masyarakat dapat memperoleh keterampilan baru di bidang agroindustri, yang akan meningkatkan produktivitas dan kualitas hasil pertanian. (fur)