Namanya Mawar, usia menginjak 16 tahun, kelas 2 SMA. Ketakutan, kecemasan, kekhawatiran yang mendalam sedang disandang. Mawar yang ceria, “supel” (luwes, mudah bergaul), ekstrovert berubah menjadi pendiam dan introvert. Penyebabnya, Dua bulan tidak menstruasi, tidak datang bulan. Akibat pergaulan bebas dengan pacarnya kakak kelas, Sodrun.
Pada suatu malam ibunya, Melati– Guru PNS Sekolah Dasar –mengetuk pintu kamarnya. Dengan lemah lembut, Melati menanyakan apa yang sebenarnya dialami Mawar, sambil mengelus-elus punggungnya. Suaranya lirih, nyaris tak terdengar suami dan anak lelaki kakaknya Mawar yang sedang menonton TV di ruang keluarga. Mawar hanya bisa menangis memeluk ibunya, sebelum mengutarakan apa yang sebenarnya terjadi.
Melati butuh waktu sepekan untuk berani dan bisa menyampaikan kepada suami tentang aib yang sedang dialami Mawar. Di setiap rakaat sujud salat malam, Melati melafadzkan doa Nabi Yunus, “Lailaha illa Anta, Subhanaka inni kuntu mina-dzalimin”. Walhasil, Melati mampu mengutarakan dengan baik, tanpa gaduh dan berkomitmen menjaga aib keluarga sambil berdiskusi mencari jalan keluar terbaik.
Disaksikan suami dan anak lelakinya, Mawar angkat bicara seusai makan malam keluarga di rumah.
“Mawar tolong sepulang sekolah, temui dan bilang ke Sodrun agar datang ke rumah setelah Ashar, Selasa besok”, kata Melati.
“Inggih bu”, jawabnya lirih sambil menganggukkan kepala.
Selasa sore, Sodrun pacarnya Mawar datang. Segelas minuman hangat dan sedikit kudapan disajikan di meja ruang tamu.
“Mas Sodrun, silakan diminum selagi masih hangat”, sapa Melati ramah.
Setelah dua tegukan teh manis hangat dan sepotong kue selesai dimakan, Melati memulai bicara dengan Sodrun.
“Mas Sodrun rumahnya mana?”, tanya Melati dan dijawab Sodrun dengan sedikit terbata.
“Boleh bapak dan ibu silaturahmi ke rumah”, pintanya.
“Boleh bu, tapiii…bapak ibu saya bekerja di luar kota. Jumat atau Sabtu sore baru pulang”, jawab Sodrun sambil menunduk. Tidak terlihat sama sekali sosok Sodrun yang “jager” (jago berkelahi) dan suka mabuk dengan teman-temannya.
“Kalau begitu, Ahad siang ibu mau silaturahmi ke rumah. Tolong sampaikan salam taklim untuk kedua orang tuamu”, kata Melati tegas namun lembut.
“Nggih bu”, jawab Sodrun.
“Oh ya, sampai hari Ahad tolong mas Sodrun jangan menemui Mawar di sekolah atau bertemu di luar sekolah”, pinta Melati memungkasi pembicaraan.
Setelah menghabiskan secangkir teh hangat, Sodrun pamitan pulang.
Ada waktu 4 hari memikirkan cara terbaik guna mengungkapkan masalah kepada orang tuanya. Sodrun membayangkan konsekuensi apa yang bakal terjadi dengan dirinya. Akankah dimarahi dan dihajar bapaknya? Apakah terpaksa menikahi Mawar dan drop out SMA? Apakah nantinya dilaporkan polisi dan mendekam di bui? Ataukah..ataukah..bermacam pertanyaan yang muncul tidak mampu dijawab dengan akal warasnya. Dikarenakan sering mabuk-mabukan minum AO (Arak Obat) dan Congyang.
Hari Ahad siang, Melati bertandang ke rumah orang tuanya Sodrun, ditemani suami.
“Assalamualaikum….”, sapa Melati ketika hendak masuk ke rumah.
“Waalaikumsalam…”, jawab Suto dan Siti, orang tua Sodrun sambil mengulurkan tangan dan mempersilahkan duduk.
“Monggo pinarak kalih dipun unjuk sak wontene (Mari silakan duduk dan diminum seadanya)”, sapa Siti kepada Melati dan suami.
Setelah minum seteguk air dan menghela nafas cukup, Melati memperkenalkan diri. Disaksikan Sodrun yang duduk menunduk di samping Suto.
“Nyuwun ngapunten (mohon maaf), Selasa kemarin kami mengundang mas Sodrun ke rumah”, kata Melati sambil menahan emosi agar terkendali.
“Intinya, Sodrun pacaran dengan Mawar dan saat ini hamil 2 bulan. Kami tidak akan menuntut putra panjenengan (saudara) agar menikahi putri kami. Tetapi ijinkan kami menyampaikan beberapa permintaan dan komitmen demi kebaikan masa depan anak kami”, pinta Melati.
Melati mengungkapkan beberapa permintaan.
“Pertama, hubungan Sodrun dengan Mawar berhenti sampai di sini. Sodrun tidak diperbolehkan lagi menemui Mawar selamanya”, Melati mulai menjelaskan keputusannya.
“Kedua, menjaga aib keluarga masing-masing. Saya berharap mas Sodrun menyelesaikan SMA dan berhenti mabuk-mabukan”, kata Melati dengan lugas, tegas namun sopan sebagaimana dia biasa mendidik murid-muridnya setiap hari.
“Ketiga, mari kita bertaubat dan berdoa, saling mendoakan agar kelak Mawar mampu menjadi seorang ibu yang shalihah serta mas Sodrun menemukan kehidupan yang baik”, ujar Melati menutup tiga permintaan tersebut kepada Sodrun dan kedua orang tuanya.
Alkisah, pada saat liburan sekolah, seiring usia kehamilan yang bertambah, Melati menitipkan Mawar ke rumah saudaranya di luar kota hingga melahirkan bayi laki-laki. Melati bersyukur anak dan cucunya sehat, serta masalah Wali Nikah “cucunya” di masa mendatang telah selesai. Tentu menjadi masalah dengan norma agama jika Mawar melahirkan bayi perempuan. Putranya Mawar dirawat dan dibesarkan, serta diakui Melati sebagai “anak” dalam Kartu Keluarga.
Mawar pindah sekolah sampai lulus SMA. Kemudian melanjutkan kuliah S1 Hukum dan S2 Kenotariatan di PTN terkemuka. Saat ini, Mawar berprofesi menjadi Notaris dan hidup bahagia bersama suami yang menerima dia apa adanya. “I love you, just the way you are” menjadi sebait lagu yang pas guna menggambarkan pasutri yang dikaruniai 2 anak perempuan dan laki-laki itu.
Saya teringat pelajaran “tafsir jalan lain” yang disampaikan guru ngaji kami. Beliau menjelaskan pesan tersurat dan tersirat Surat Taghabun (Madaniyah, QS-64, Jus-28, 18 Ayat). Nama Taghabun (Pengungkapan Kesalahan) tersurat pada ayat 9.
“(Dialah) Allah, tidak ada Tuhan selain Dia. Dan hendaklah orang-orang mukmin bertawakal kepada Allah” [Qs.64 ayat 13].
“Wahai orang-orang yang beriman..! Sesungguhnya diantara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi ‘musuh’ bagimu, maka ‘berhati-hatilah’ kamu terhadap mereka; dan jika kamu ‘memaafkan’ dan ‘santuni’ serta ‘ampuni’ (mereka), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun Maha Penyayang” [Qs.64 ayat 14].
Guru ngaji kami juga menjelaskan keterkaitan Qs. Taghabun ayat 13-14 dengan Qs. Ali Imron ayat 47 yang artinya :
“Dia (Maryam) berkata, ‘Wahai Tuhanku, bagaimana mungkin aku akan mempunyai anak padahal tidak ada seorang laki-laki pun yang menyentuhku?’. Dia (Allah) berfirman : ‘Demikianlah, Allah menciptakan apa yang Dia kehendaki’. Apabila Dia hendak menetapkan sesuatu, Dia hanya berkata, ‘Jadilah’, maka jadilah sesuatu itu”.
La Tahzan, Innallaha ma’ana : Jangan bersedih, Allah bersama kita [At-Taubah : 40].
Wallahul musta’an
Pagersari, Kamis malam Jumat Pon, 10 April 2025.
*) StoryWriter La-Tahzan #01. Berdasarkan kisah nyata yang diceritakan Melati, 25 tahun silam.