KALIWUNGU SELATAN. KENDALMU.OR.ID. Orang yang sudah beriman kepada Allah dan mendapat perintahNya, janganlah banyak bertanya, tetapi segera laksanakan perintah itu dengan sungguh-sungguh, dan pasti Allah SWT memberi jalan petunjuk yang benar.
Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Pondok Pesantren Darul Arqam Muhammadiyah Patean, Kab. Kendal, KH. Taufiq Hartono dalam acara halal bihalal seluruh jajaran PCM, PCA, PRM, dan PRA se Kaliwungu, Kaliwungu Selatan, dan Brangsong (Kalisebrang), Ahad (13/4/2025) di balai PAY Hj. Sutiah Darupono, Kaliwungu Selatan.
Ditegaskan, apa yang telah menjadi perintah Allah dalam Al qur’an pasti benar adanya dan berdampak kebaikan, seperti yang terjadi pada peristiwa-peristiwa kehidupan para Rasul, karena keimanan para Rasul tidak bertumpu pada logika, tapi pada keyakinan mutlak terhadap Rabb-nya. Ini adalah level iman yang sangat tinggi, yaitu taslim (kepasrahan total).
Ustadz Taufiq kemudian mencontohkan peristiwa-peristiwa dramatis yang terjadi di zaman para Rasul di luar akal sehat.
“Ketika Nabi Musa dikejar Raja Fir’aun beserta pasukannya dan di depan Nabi Musa dan pengikutnya hanya ada laut, apa yang dilakukan Nabi Musa ?. Di depan laut terbentang luas, sedangkan di belakang Fir’aun dan balatentaranya menghadang siap membunuhnya ?,’Fa auḥainā ilā mụsā aniḍrib bi’aṣākal-baḥr’.Pukullah lautan itu dengan tongkatmu’, fanfalaqa fa kāna kullu firqing kaṭ-ṭaudil-‘aẓīm, maka terbelahlah lautan itu dan tiap-tiap belahan adalah seperti gunung yang besar,” ungkapnya tegas.
Dikisahkan lagi oleh Ustadz Hartono, peristiwa penyembelihan Nabi Ismail oleh Sang Ayah Nabi Ibrahim.
Dikatakan penyembelihan Nabi Ismail oleh Nabi Ibrahim ‘alayhimas salam adalah salah satu kisah paling agung dan penuh makna dalam sejarah kenabian, karena ini bukan sekadar cerita pengorbanan, tapi mengandung pesan spiritual dan filosofis mendalam tentang tauhid, cinta, ujian, dan ketundukan total kepada Allah.
“Dan ketika Ismail membenarkan mimpi ayahnya, Ibrahim untuk menyembelih dirinya justru Ismail meminta kepada ayahnya tidak menunda-nunda perintah itu,” ujar Ustadz Hartono menyitir Al qur’an Surat As-Saffat ayat 102 ‘qoola yaaa abatif ‘al maa tu’maru satajidunii in shaaa’allaahu minas saabiriin (Dia (Ismail) menjawab, “Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar)
Ditegaskan, perintah Allah kepada Ibrahim untuk segera menyembelih Ismail anaknya adalah sebuah kebenaran dan tidak ada keraguan, karena kedua Rasul itu sungguh kuat keimanan kepada Allah dan tidak ragu.
“Dan ketika prosesi penyebelihan itu berlangsung yang ditandai dengan menempelnya sebilah pisau di lehernya, Allah memanggil dari langit, ‘qad saddaqtar ru’yaa; innaa kazaalika najzil muhsiniin, (sungguh, engkau telah membenarkan mimpi itu. Sungguh, demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik,” ungkapnya.
Dalam kontek di era modern, Ismail adalah apa pun yang paling kita cintai, paling kita pertahankan, dan paling sulit kita lepaskan yang berupa anak, istri/suami, jabatan, kekayaan, dan ego yang tidak ingin dikalahkan walaupun oleh kebenaran. Ibrahim melambangkan pemilik semua itu (duniawi) sebagai ujian, yang kadang bukan sesuatu yang buruk, tapi sesuatu yang sangat kita cintai yang justru jadi penghalang keimanan.
Melalui kisah tersebut, Ustadz Taufiq Hartono berpesan jangan merasa ragu sedikitpun atas perintah-perintah Allah dan Rasulullah, karena keraguan akan mengurangi keimanan seseorang.
“Selama bersungguh-sungguh beriman kepada Allah tidak banyak bertanya atas perintahNya, pasti Allah memberi yang terbaik,” pungkasnya. (fur)