SEMARANG.KENDALMU.OR.ID. Tidak bisa dipungkiri perkembangan Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) bidang pendidikan, khususnya di Kab. Kendal dalam satu sisi terdapat sekolah Muhammadiyah yang maju, jumlah siswa banyak yang berpengaruh terhadap kesejahteraan pendidik dan tenaga kependidikan, tetapi tidak sedikit ada juga sekolah/madrasah milik Muhammadiyah yang siswa relatif sedikit dan tentu kesejahteraan para pendidiknya tidak sepadan dengan mereka para guru yang bertugas di sekolah gemuk. Sama-sama bekerja di AUM pendidikan, tetapi kesejahteraannya tidak sama. Hal tersebut terjadi diantaranya karena kita tidak kokoh, tercerai berai, tidak berbagi, dan belum adanya aturan yang jelas, maka perlu mengurai persoalan tersebut.
Demikian, salah satu kesimpulan dari paparan Sekretaris PDM Kendal, Moechammad Noer Agoes Hidayat dalam kegiatan pembekalan Kepala Sekolah/Madrasah Muhammadiyah dan guru berprestasi, Jum’at sore (23/2/2024) di Balai Besar Penjaminan Mutu Pendidikan (BBPMP) Srondol, Semarang.
Di hadapan sekitar 67 peserta pembekalan, Moechammad Noer Agoes Hidayat mengatakan persoalan-persoalan kesejahteraan guru Muhammadiyah perlu diurai dan dicari solusinya yang tepat.
Diterangkan, orang yang berjihad di jalan Allah itu barisannya harus rapi, seperti bangunan yang kokoh, saling menguatkan satu sama lainnya.
“Sebagai pengampu sekolah/madrasah Muhammadiyah itu seperti orang-orang yang berjihad di jalan Allah dan bagian dari membentuk bangunan. Merapatkan barisan, termasuk dalam sholat shofnya harus rapat. Jika ada celah, tidak rapat bisa berpotensi terjadi perpecahan,” kata Agoes mengutip Al qur’an Surat Ash Shaff ayat 4 إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلَّذِينَ يُقَٰتِلُونَ فِى سَبِيلِهِۦ صَفًّا كَأَنَّهُم بُنْيَٰنٌ مَّرْصُوصٌ
Artinya : ‘Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur, mereka seakan-akan seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.’
Menurutnya, efek dari kesejahteraan guru, tidak sedikit diantara mereka beradu nasib mengikuti seleksi P3K yang mengakibatkan banyak AUM khususnya di dunia pendidikan kehilangan guru sebagai pengajar. Hal ini tidak boleh dibiarkan karena berefek pada mutu, serta kompetensi karena di tinggal oleh para guru yang ternyata banyak mempunyai kualitas yang baik. Maka di sekolah Muhammadiyah perlu adanya nuansa mencerahkan, dan ada harapan membangun untuk kemakmuran. Ini menjadi PR kita.
“Saling menguatkan antara satu dengan lainnya bermakna saling berbagi, tambal sulam sebagai poin yang dilakukan oleh Dikdasmen,” ujarnya.
Dia mengingatkan, saling tidak peduli, mengedepankan egoisme sesama guru, dan kepala sekolah Muhammadiyah harus dihilangkan, tetapi mengedepankan saling berbagi.
Mengangkat kesejahteraan guru Muhammadiyah memerlukan kreativitas usaha di setiap sekolahan melalui usaha-usaha ekonomi yang dibangun tidak harus di tempat sekolahan itu.
“Membangun bengkel tidak harus di sekolahan, dan teknisinya tidak harus juga guru atau siswa. Tugas guru konsentrasi mengajar dan siswa belajar. Melakukan kerja sama di bidang catering dengan KIK juga bisa,” katanya memberi contoh.
Menyinggung tentang pendidikan holistik, Agoes menjelaskan, bahwa model pendidikan di sekolah Muhammadiyah merupakan pendidikan yang mengembangkan seluruh potensi siswa secara harmonis yang meliputi potensi intelektual, emosional, psisik, sosial, estetika, dan spiritual.
“Pendidikan holistik memiliki integrasi sekolah dengan keluarga dan masyarakat yang saling mendukung,” katanya.
Menurutnya, pendidikan holistik merupakan proses pendidikan yang menggunakan konsep bahwa guru hanya sebagai pendamping dalam upaya mengembangkan semua aspek kehidupan secara menyeluruh yaitu aspek kognitif, sosial, emosional, dan aspek spiritual.
“Dari pendidikan holistik akan lahir kader-kader persyarikatan melalui ilmu-ilmu yang telah mereka peroleh,” pungkasnya. (fur)