KENDAL.KENDALMU.OR.ID. Majelis Pendidikan Dasar, Menengah (Dikdasmen) dan Pendidikan Non Formal (PNF) PD Muhammadiyah Kendal melalui alumni mahasiswa S2 Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta menyelenggarakan Seminar dan Lokakarya (Semiloka) tentang Implementasi Kurikulum Al Islam Kemuhammadiyahan dan Bahasa Arab (Ismuba).
Kegiatan tersebut diikuti oleh seluruh kepala dan wakil kepala SD/MI, SLTP, SLTA Muhammadiyah se Kab. Kendal, mahasiswa, dan sejumlah dosen Universitas Muhammadiyah Kendal Batang (Umkaba).
Ketua Majelis Dikdasmen PNF PDM Kendal, Inu Indarto mengapresiasi kepada para alumni S2 UAD yang dalam waktu singkat dapat menyelenggarakan kegiatan semiloka ini.
“Dalam waktu tidak terlalu lama, gelaran semiloka ini dapat terselenggara dengan baik. Bahkan kami untuk persiapan kemarin sempat mendampingi sampai waktu maghrib tiba,” kata Inu, Rabu (5/2/2025) di gedung lantai 3 Umkaba.
Diungkapkan, MoU UAD dengan Majelis Dikdasmen PNF PDM Kendal tentang studi lanjut S2 pada angkatan pertama terdapat 11 orang.

“Salah satu diantara mereka meraih predikat cum laude, atas nama Romanto,” kata Inu disambut aplous tamu undangan.
Diharapkan pada angkatan ke dua minimal 22 mahasiswa studi lanjut S2 di UAD dan yang merih cum laude 2 mahasiswa.
Terkait beasiswa, Inu juga mengungkapkan terdapat satu mahasiswa S1 Kedokteran dari Kendal di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) yang mendapat beasiswa penuh.
“Alumni SMA Muhi Weleri, Muhammad Mumtazi Al Jawi sekarang semester 5 di UMY Fakultas Kedokteran,” ujarnya.
Inu Indarto juga berharap, beasiswa untuk S2 juga ada yang memperoleh beasiswa penuh, 100% dengan persyaratan juara Olimpiade Muhammadiyah Berkemajuan Nasional (OMBN) tingkat Nasional dengan medali emasnya.
“Insya Allah kami sudah ada,” ujarnya lagi.
Sementara itu Ketua PDM Kendal, KH. Ikhsan Intizam mengatakan saat ini seluruh sekolah/madrasah Muhammadiyah di Kab. Kendal harus sudah siap menghadapi tahun ajaran 2025-2026.
“Jangan sampai ketika tahun ajaran baru sudah berjalan terdapat sekolah atau madrasah Muhammadiyah yang kekurangan murid,” pinta Ikhsan.

Dikatakan, saat ini masih ada waktu yang cukup panjang untuk mempersiapkan tahun ajaran baru, dan setiap sekolah Muhammadiyah membuat daya tarik kepada masyarakat supaya orang tua mendaftarkan anak-anaknya di sekolah Muhammadiyah.
Tentang Semiloka, Ustadz Ikhsan menyampaikan tentang etika, adab anak kepada orang tuanya, guru dan orang yang lebih tua.
“Apabila Ismuba ini bisa menjembatani dengan baik, maka orang tua akan tertarik dengan sekolah atau madrasah Muhammadiyah, karena sekolah Muhammadiyah secara output, menghasilkan lulusan, anak-anak yang menggembirakan orang tua, qurrota a’yun,” katanya.
Menurut Ustadz Ikhsan, kalau kita ingin mencari ilmu apa saja sudah ada di handphone, tetapi karakter, akhlaqul karimah ini sangat dibutuhkan, maka kalau seluruh guru Muhammadiyah mampu mendidik anak-anak yang berkarakter, berakhlaq mulia maka insya Allah, sekolah Muhammadiyah dicari wali murid.

Diketahu, Semiloka dipandu langsung oleh Dekan Fakultas Agama Islam (FAI) Umkaba, Rahmat Setiawan, menghadirkan 2 narasumber, yakni Guru Besar UAD, Prof. Suyatno, dan Wakil Rektor Umkaba, DR. Utomo.
Prof. Suyatno mengatakan guru dan dosen di Muhammadiyah sering disebut sebagai pejuang persyarikatan melalui etos kerja Muhammadiyah dalam kutipan, ‘hidup-hidupilah Muhammadiyah’ merupakan jargon Muhammadiyah yang perlu dimaknai.
“Hidup-hidupilah Muhammadiyah merupakan jargon Muhammadiyah sejak dulu, tetapi bagaimana kita dimaknainya,” katanya sambil mengutip pendapat Prof Haedar Nashir, orang harus mempunyai etos kehidupan di Muhammadiyah sehingga tidak menjadi tangan di bawah, tapi harus menjadi tangan di atas.
“Kalau ada orang yang bekerja di amal usaha Muhammadiyah itu tidak apa-apa, bukan berarti mencari penghidupan, tapi ingat kalau sekedar mencari nafkah itu salah alamat,” katanya mengutip ucapan Prof Haedar Nashir.

Dia melanjutkan di AUM kita bisa memperoleh apa yang menjadi profesinya tentu dengan kadar kemampuan AUM. Dan dia harus membesarkan AUM itu sehingga kalau besar dirinya juga ikut maju dan lebih dari itu untuk dakwah dan tajdid Muhammadiyah.
“Yang dilarang oleh KH.Ahmad Dahlan adalah orang memanfaatkan Muhammadiyah untuk kepentingan dirinya. Muhammadiyah sebagai kuda tunggang, bahkan ketika memanfaatkannya salah, maka Muhammadiyah ikut kena masalah,” ujarnya.
Di bagian laian Prof Suyatno menyampaikan pembelajaran meaningful (bermakna) tidak sekedar dari pada deep learning (kecerdasan otak).
“Deep learning dalam konteks pendidikan adalah pendekatan pembelajaran yang menekankan pada pemahaman konsep dan penguasaan kompetensi secara mendalam dalam cakupan materi pembelajaran.” katanya.
Sedangkan meaningful learning merupakan bagian dari pendekatan deep learning.
“Meaningful learning merupakan bagian dari pendekatan deep learning. Deep learning adalah pendekatan yang lebih luas yang mencakup meaningful learning serta elemen-elemen lain seperti mindful learning dan joyful learning,” katanya.
Dalam konteks pembelajaran di sekolah Muhammadiyah, pendekatan deep learning dan meaningful learning dapat diintegrasikan dengan Kurikulum Al Islam, Kemuhammadiyahan, dan Bahasa Arab untuk menciptakan pengalaman belajar yang lebih mendalam, relevan dan menyenangkan.
“Mindful Learning merupakan Integrasi spiritualitas dan kesadaran sosial. Sekolah Muhammadiyah dapat memprioritaskan pembelajaran yang membangun kesadaran mendalam pada peserta didik, baik dalam memahami nilai-nilai agama maupun menerapkannya dalam kehidupan nyata,” ujarnya.
“Melalui kurikulum Ismuba, siswa diajak untuk memahami esensi ibadah dan tanggung jawab sosial,” tegas Prof Suyatno.
Sedangkan Warek Umkaba, Utomo mengatakan di Kurikulum Ismuba yang baru pembelajaran di kelasnya, tatap muka (intrakurikuler) sedikit, yang diperbanyak di kokurikuler, ekstrakurikuler, dan ada kegiatan pembiasaan.

Utomo mengungkapkan, pada awalnya Ismuba diterapkan ada banyak tatap muka dan tes tertulis sehingga kita merasa cukup dengan dapat nilai.
“Pada kurikulum besok sudah dirumuskan profilnya dan capaian pembelajarannya. Tidak sekedar hanya kemampuan komgnitif tetapi bagaimana sikap, kebiasaan siswa itu yang harus dicapai. Maka guru di sekolah Muhammadiyah adalah guru Ismuba dengan harapan apa yang dilihat, didengar, dan apa yang dirasakan oleh murid adalah hal-hal baik dan menjadi kebiasaan. Itulah pendidikan Muhammadiyah,” tegas Utomo.
“Jika kita ingin muridnya berkarakter baik, ya gurnya dulu yang lebih baik,” ujarnya
Melalui pembelajaran Ismuba terbaru para murid ketika lulus terbiasa dengan ibadah, berinfaq, dan berakhlaqul karimah. (fur)