YOGYAKARTA.KENDALMU.OR.ID. Majelis Ekonomi, Bisnis, dan Pariwisata (MEBP) Pimpinan Pusat Muhammadiyah kembali menunjukkan komitmennya dalam membumikan nilai-nilai keislaman yang berdampak nyata bagi kehidupan umat.
Pada Kamis (24/7/2025), MEBP menggelar diskusi bertajuk “Menerjemahkan Al-Ma’un dalam Pengaturan Sistem Ekonomi dan Pengentasan Kemiskinan”, menghadirkan sejumlah tokoh kunci dalam bidang ekonomi dan pemberdayaan sosial.
Ketua MEBP PP Muhammadiyah, Arif Budimanta, menegaskan bahwa agenda ini merupakan upaya konkret Muhammadiyah untuk berkontribusi dalam mengurai masalah kemiskinan yang masih menjadi pekerjaan rumah bangsa.
“Pada dasarnya, kami di Majelis Ekonomi mendukung sepenuhnya gerakan pengentasan kemiskinan. Kami siap untuk berkolaborasi dan bekerja sama dengan berbagai pihak,” ungkap Arif sebagaimana dilansir muhammadiyah.or.id
Menurutnya, pengentasan kemiskinan bukan hanya soal kebijakan ekonomi, tetapi juga bagian dari implementasi nyata ajaran Islam, khususnya nilai-nilai yang terkandung dalam surat Al-Ma’un—yang mengajarkan kepedulian kepada fakir miskin dan anak yatim.

Senada dengan Arif, Kepala Badan Percepatan Pengentasan Kemiskinan RI, Budiman Sudjatmiko, menyampaikan bahwa Al-Ma’un tak sekadar konsep teologis, melainkan panggilan untuk bertindak. Ia menekankan pentingnya memperbarui cara pandang dan pendekatan dalam menyelesaikan persoalan kemiskinan.
“Kita perlu terus meng-upgrade cara kita melihat persoalan, termasuk alat dan instrumen yang kita gunakan untuk mengentaskan kemiskinan dan membawa kemajuan,” ujar Budiman.
Budiman melihat potensi besar Muhammadiyah sebagai jembatan bagi masyarakat bawah untuk naik kelas secara ekonomi, dari penerima bantuan sosial menjadi pelaku usaha mandiri.
“Jaringan dan ilmu yang dimiliki Muhammadiyah bisa menjembatani dunia orang miskin menuju dunia pengusaha. Ini langkah transformatif yang sangat strategis,” lanjutnya.
Diskusi ini juga menghadirkan ekonom dan pemerhati isu kemiskinan, Vivi Alatas, yang menambahkan perspektif spiritual dan sosial dalam upaya pemberdayaan. Ia mengutip Q.S Ar-Ra’d ayat 11 sebagai penguat bahwa perubahan harus dimulai dari dalam diri dan komunitas.
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum hingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri,” ucap Vivi.
Vivi melihat kekuatan Muhammadiyah terletak pada jejaringnya yang luas, mulai dari sekolah hingga rumah sakit, yang tersebar di berbagai pelosok Indonesia. Ia menilai fasilitas tersebut bisa menjadi titik awal untuk membangun sistem ekonomi kerakyatan yang lebih kokoh.
“Begitu banyak sekolah dan rumah sakit Muhammadiyah yang bisa dijadikan pusat pemberdayaan. Potensi ini sangat besar untuk mewujudkan cita-cita Al-Ma’un dan Ar-Ra’d ayat 11 secara nyata,” pungkasnya.
Diskusi ini menjadi pengingat bahwa pengentasan kemiskinan bukan hanya tugas negara, tapi juga panggilan iman. Muhammadiyah, melalui pendekatan spiritual dan struktural, berusaha menyalakan kembali semangat ta’awun (saling menolong) di tengah tantangan ekonomi global yang makin kompleks.