SEMARANG.KENDALMU.OR.ID.Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) dan Pimpinan Cabang ‘Aisyiyah (PCA) Patebon menyelenggarakan pengkaderan Baitul Arqam selama dua hari, Sabtu-Ahad (31/5–1/6/2025), di kawasan wisata Bandungan, Kabupaten Semarang.
Kegiatan ini diikuti oleh 50 peserta, terdiri atas 25 kader Muhammadiyah dan 25 kader ‘Aisyiyah dari Patebon.
Ketua PCM Patebon, Solikhin, menyampaikan bahwa kegiatan ini sejatinya telah direncanakan sejak akhir tahun 2024. Namun, musibah banjir bandang yang melanda Kecamatan Patebon di awal 2025 menyebabkan penundaan pelaksanaan.

“Alhamdulillah hari ini bisa terlaksana. Pengkaderan Baitul Arqam sangat penting karena menjadi proses strategis menjaga ideologi, militansi, dan kualitas kepemimpinan dalam organisasi,” ungkapnya.
Menurutnya, Baitul Arqam berfungsi sebagai media untuk meneguhkan paham Islam berkemajuan ala Muhammadiyah, menanamkan nilai-nilai dasar seperti tauhid, amar ma’ruf nahi munkar, dan tajdid, serta membentuk militansi ideologis agar pimpinan tidak mudah terombang-ambing dalam arus pragmatisme maupun sekularisme.
Ia berharap seluruh peserta mengikuti kegiatan ini dengan sungguh-sungguh dan tertib, sehingga selepas Baitul Arqam semangat dan keikhlasan dalam menggerakkan roda persyarikatan semakin kuat.

Ketua Pimpinan Daerah ‘Aisyiyah (PDA) Kendal, Nurul Qomariyah, turut memberi apresiasi atas terselenggaranya kegiatan ini.
“Kita patut bersyukur. Masih ada PCM dan PCA di Kendal yang belum menyelenggarakan Baitul Arqam. Bahkan di sini, hampir seluruh peserta adalah pasangan suami-istri. Ini sinyal positif untuk sinergi dakwah keluarga,” ungkap Nurul.
Ia menambahkan, meski dikemas dengan nuansa gembira dan bertempat di lokasi wisata yang nyaman, esensi kegiatan tetap pada penguatan ideologi Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah.
“Setelah kegiatan ini, harus ada tindak lanjut berupa peningkatan dinamika organisasi agar lebih berkembang dan berkemajuan,” tegasnya.

Sementara itu, Wakil Ketua PDM Kendal, Muh. Ali Satiran, saat membuka kegiatan menyampaikan bahwa kader Muhammadiyah bukan sekadar pengurus, melainkan sosok penggerak yang mampu melaksanakan tugas organisasi dengan penuh tanggung jawab.
“Kader harus memiliki wawasan luas, semangat dakwah, dan mampu menempatkan diri sebagai agen Islam yang rahmatan lil alamin, di mana pun berada—baik di tengah masyarakat maupun di amal usaha Muhammadiyah,” ujarnya.
Ali Satiran juga menyoroti pentingnya ekspansi kepemimpinan hingga tingkat desa. Saat ini, jumlah pimpinan ranting Muhammadiyah di Jawa Tengah baru mencapai 48 persen dari target 56 persen. Karena itu, ia mendorong PCM dan PCA agar aktif mendorong pendirian ranting baru di setiap desa.

Dalam kegiatan Baitul Arqam ini, peserta mendapatkan sejumlah materi strategis dari para narasumber berkompeten. Di antaranya: Al-Islam dan Kemuhammadiyahan oleh Ketua PDM Kendal, KH. Ikhsan Intizam, Tuntunan Ibadah sesuai Keputusan Tarjih oleh Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid PDM Kendal, Ustadz Khaeril Anwar, Risalah Islam Berkemajuan oleh Fida Afif dari Majelis Tabligh PP Muhammadiyah, Kepemimpinan dan Problem Solving oleh Abdul Wakhid, dan Dinamika dan Manajemen Organisasi oleh Ketua MPKSDI PDM Kendal, Edy Hansa.
Peserta dibagi dalam dua kelompok: kelompok Muhammadiyah dipandu oleh Master of Training Rahman Wibowo, dan kelompok ‘Aisyiyah oleh Elyana Eka Hutami. Kedua Master Of Training tersebut dibantu oleh beberapa instruktur.
Dengan semangat pembaruan dan dakwah berkemajuan, kegiatan ini menjadi titik awal penting bagi PCM dan PCA Patebon untuk menata kembali gerak organisasi dengan semangat, komitmen, dan keikhlasan yang lebih tinggi. (fur)
