YOGYAKARTA.KENDALMU.OR.ID. Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Agung Danarto, mengingatkan pentingnya literasi sebagai pilar utama dalam membangun Islam yang berkemajuan. Menurutnya, semangat untuk terus membaca, belajar, dan berpikir kritis bukan hanya anjuran, melainkan kewajiban mendasar bagi setiap warga Muhammadiyah.
“Budaya literasi harus menjadi sikap hidup. Ini adalah fondasi agar warga Muhammadiyah mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman,” ujar Agung saat menyampaikan kultum ba’da Dzuhur di Kantor PP Muhammadiyah, Yogyakarta, pada Selasa (15/7/2025) sebagaimana dikutip muhammadiyah.or.id
Agung menuturkan bahwa sejak awal berdirinya, Muhammadiyah telah menjadikan literasi sebagai bagian tak terpisahkan dari gerakan dakwah dan pembaruan. Salah satu buktinya, kata dia, adalah pendirian Majelis Pustaka sebagai salah satu majelis pertama, menyusul Majelis Tarjih. Ini menjadi cermin bahwa membaca, menulis, dan menyebarkan ilmu adalah napas panjang perjuangan Muhammadiyah.
“Dulu, gerakan literasi dilakukan di mana-mana. Maka budaya ini tidak boleh padam. Harus terus tumbuh, termasuk di kantor ini,” tegasnya, mengingatkan pentingnya budaya baca di semua lini Persyarikatan.
Lebih jauh, Agung mengaitkan pentingnya literasi dengan wahyu pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, yaitu perintah “Iqra” (bacalah). Menurutnya, hal ini menjadi penegasan bahwa Islam menjadikan membaca dan menuntut ilmu sebagai pondasi awal sebelum ibadah ritual seperti salat diwajibkan.
“Perintah pertama dalam Al-Qur’an adalah literasi, adalah membaca. Maka membaca adalah fondasi paling dasar,” katanya.
Dengan literasi yang kuat, lanjut Agung, akan lahir pula sikap kritis yang sehat. Literasi bukan sekadar menumpuk informasi, tetapi membentuk cara berpikir, menyaring kebenaran, dan melahirkan solusi.
“Sikap kritis itu penting. Ia bukan hanya mengumpulkan informasi, tapi bisa mengemasnya menjadi pemahaman yang bernilai dan bermanfaat,” jelasnya.
Agung mengakhiri pesannya dengan penekanan bahwa literasi bukan hanya teori, tetapi harus diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Membaca dan belajar, ujarnya, bukan sekadar aktivitas individual, melainkan jalan menuju kemaslahatan umat.
“Hasil dari iqra adalah manfaat. Dan sebaik-baik manusia adalah yang paling memberi manfaat bagi orang lain. Maka literasi harus melahirkan solusi,” tandasnya.