PEGANDON.KENDALMU.OR.ID.Suasana khidmat menyelimuti pelaksanaan Shalat Idul Adha yang digelar di berbagai penjuru tanah air, termasuk di Lapangan Sepakbola Penanggulan, Kec. Pegandon, Kendal, Jum’at (6/6/2025)
Dalam khutbah yang disampaikan oleh Anggota Majelis Tabligh PDM Kendal, Ustadz H. Maqfiudin usai shalat Iduladha, jamaah diajak merenungi makna sejati dari pengorbanan dan ketundukan kepada Tuhan, meneladani kisah agung Nabi Ibrahim, Siti Hajar, dan Nabi Ismail.

Di hadapan ratusan jamaah yang memadati lapangan, khatib membuka khutbah dengan menyerukan kebesaran Allah lewat takbir dan tahmid yang menggema bukan hanya dari lisan, tapi juga dari lubuk hati terdalam. “Ini bukan sekadar ritual,” ujar sang khatib, “tetapi perwujudan rasa tunduk, hormat, dan cinta kepada Sang Pencipta.”
Khutbah kemudian mengupas tiga makna besar dari hari suci ini: Idul Adha sebagai Hari Raya Haji, Hari Raya Qurban, dan Hari Penyembelihan (Idul Nahr).

Ketiganya berpangkal pada kisah luar biasa tentang keimanan dan pengorbanan sebuah keluarga pilihan.
“Dari lembah tandus Makkah, tempat Hajar dan Ismail ditinggalkan dengan penuh keimanan, hingga puncak ujian ketika Ibrahim diminta mengorbankan putranya sendiri, semuanya menyimpan pelajaran mendalam tentang sabar, ikhlas, dan tawakal,” kata Ustadz Maqfiudin.
Disampaikan pula, jutaan umat Islam yang tengah berhaji di Arafah saat ini menjadi pengingat bahwa semua manusia sama di hadapan Tuhan—tanpa memandang status, jabatan, atau kekayaan.
Pakaian ihram menjadi simbol kesetaraan, dan wukuf menjadi refleksi akan kehidupan akhirat yang akan dijalani seluruh umat manusia kelak di Padang Mahsyar.

Ustadz Maqfiudin juga menyoroti bagaimana Nabi Ibrahim diuji, bukan dengan kehilangan harta, melainkan sesuatu yang lebih dalam: cinta kepada anaknya sendiri.
Namun dalam puncak ketaatan itu, ketika pisau tak kuasa melukai, Allah menghadiahkan sembelihan pengganti dan mengabadikan peristiwa tersebut dalam Al-Qur’an, Surah As-Shaffat ayat 107 hingga 110.
وَفَدَيۡنٰهُ بِذِبۡحٍ عَظِيۡمٍ ١٠٧ وَتَرَكۡنَا عَلَيۡهِ فِى الۡاٰخِرِيۡنَۖ ١٠٨ سَلٰمٌ عَلٰٓى اِبۡرٰهِيۡمَ ١٠٩ كَذٰلِكَ نَجۡزِى الۡمُحۡسِنِيۡنَ١١٠
Artinya : (117)Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. (108) Dan Kami abadikan untuk Ibrahim (pujian) di kalangan orang-orang yang datang kemudian, (109) Selamat sejahtera bagi Ibrahim, (110) Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.
Dikatakan, penyembelihan Nabi Ismail oleh ayahnya Nabi Ibrahim bukan sebuah tindakan kekerasa, tetapi atas dasar cinta dan ketundukan kepada Allah SWT.
“Ini bukan kisah tentang kekerasan,” tegas khatib, “tapi tentang cinta dan kepasrahan total kepada Allah.”
Simbol pengusiran setan melalui ritual lempar jumrah dalam ibadah haji pun tak luput dari perenungan.
Keteguhan keluarga Ibrahim dalam menghadapi godaan iblis menjadi cermin bahwa dalam kehidupan, godaan terbesar sering datang di titik paling rapuh. Maka iman yang kuat dan hati yang bersih menjadi benteng utama.
Mengakhiri khutbah, Ustadz Maqfiudin menyerukan agar semangat Idul Adha tak berhenti pada penyembelihan hewan, tapi juga menjadi panggilan jiwa untuk berbuat lebih bagi sesama, bangsa, dan agama.

“Kita diajak meneladani keteguhan Ibrahim, ketulusan Hajar, dan ketaatan Ismail. Dari sana lahir Kota Makkah, mengalir air Zamzam, dan tegaklah Ka’bah sebagai poros peradaban Islam. Maka, mari kita persembahkan yang terbaik untuk negeri ini, demi masa depan yang lebih bermartabat.”
Khutbah ditutup dengan doa agar semangat pengorbanan mampu membekas dalam kehidupan sehari-hari, menguatkan iman, dan membangun solidaritas umat.
Diketahui sejak dipimpin oleh Abdul Rosid, Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Pegandon menunjukkan perkembangan yang cukup signifikan.
Dinamika organisasi menjadi lebih hidup, ditandai dengan semakin intensnya rapat koordinasi antaranggota pimpinan dalam menjalankan amanat Musyawarah Cabang (Musycab). Keseriusan ini juga tercermin dalam kesiapan dan pelaksanaan kegiatan besar keagamaan, termasuk perayaan Iduladha 1446 Hijriah.
Tahun ini, PCM Pegandon menggelar pelaksanaan salat Iduladha di tiga titik berbeda demi menjangkau jemaah yang lebih luas. Lokasi pertama bertempat di Lapangan Sepakbola Penanggulan, lokasi kedua di halaman Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Pucangrejo dengan menghadirkan Ustadz H. Muhargono sebagai imam sekaligus khatib, dan lokasi ketiga di halaman Masjid Baiturrohim, Desa Puguh, yang menghadirkan Ustadz Sofyan Hasyim Al Hafidz sebagai imam dan khatib.
Abdul Rosid menuturkan, semangat berkurban tahun ini juga patut diapresiasi. Total hewan kurban yang akan disembelih sebanyak tujuh ekor sapi dan lima ekor kambing. Proses penyembelihan direncanakan berlangsung pada Sabtu, 7 Juni 2025.
Kegiatan Iduladha ini bukan sekadar rutinitas tahunan, melainkan bagian dari penguatan nilai-nilai kebersamaan, kepedulian sosial, dan spiritualitas umat. PCM Pegandon, di bawah komando Abdul Rosid, terus berupaya menjadikan momen-momen keagamaan sebagai sarana membangun sinergi dan mengokohkan peran Muhammadiyah di tengah masyarakat. (fur)
