JAKARTA.KENDALMU.OR.ID. Menandai 64 tahun perjalanan Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) sebagai organisasi pelajar yang konsisten mencetak generasi unggul dan berintegritas, Pimpinan Pusat IPM sukses menggelar Tasyakuran Milad ke-64 pada Selasa (22/07/2025).
Bertempat di Kantor Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Jakarta, peringatan milad tahun ini mengusung tema penuh semangat kebangsaan: “Karya Pelajar untuk Indonesia Raya.”
Kegiatan ini menjadi ajang silaturahmi lintas generasi kader IPM, sekaligus ruang refleksi atas perjalanan panjang organisasi pelajar tertua dalam naungan Muhammadiyah tersebut.
Hadir dalam acara ini sejumlah tokoh nasional dan pimpinan Muhammadiyah, di antaranya Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof. Haedar Nashir, Menteri Pemuda dan Olahraga RI Dito Ariotedjo, Menteri Kehutanan RI Raja Juli Antoni (yang juga mantan Ketua Umum PP IPM 2000–2002), serta jajaran pimpinan PP IPM dan alumni dari berbagai generasi.
Dalam sambutannya, Ketua Umum PP IPM Riandy Prawita menegaskan pentingnya penguatan kapasitas kader IPM baik secara personal maupun struktural.
“Kami percaya, kemajuan organisasi sangat ditentukan oleh kekuatan individu di dalamnya. Maka kami terus dorong pelajar Muhammadiyah untuk menjadi insan pembelajar, kritis, dan peduli,” ujar Riandy.
Semangat yang sama juga disampaikan oleh Raja Juli Antoni, Menteri Kehutanan RI, yang menyebut IPM sebagai sekolah kehidupan.
Menurutnya, banyak prinsip-prinsip tata kelola yang kini menjadi arus utama demokrasi telah lebih dulu dipraktikkan di IPM.
“Kalau sekarang kita bicara demokrasi, akuntabilitas, dan good governance, IPM sudah sejak awal mengenalkannya. Di tingkat ranting sekalipun, pelajar Muhammadiyah sudah belajar memilih, bermusyawarah, dan bertanggung jawab,” tutur Toni mengenang masa perjuangannya sebagaimana dilansir laman ipm.or.id
Sementara itu, Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir yang hadir secara daring menyampaikan pesan kebersamaan dan refleksi mendalam. Ia menekankan bahwa ber-IPM bukan sekadar aktif dalam organisasi, tetapi juga bagian dari jalan panjang perjuangan.
“IPM adalah kawah candradimuka bagi para kader. Mereka yang hari ini sukses di berbagai lini adalah hasil dari proses kaderisasi yang matang dan penuh nilai. Maka jangan pernah menihilkan organisasi yang telah membentukmu,” tegas Haedar.
Haedar juga menyoroti perbedaan kondisi IPM dulu dan sekarang. Jika dulu kader harus berjuang keras untuk mengikuti kegiatan dan menjangkau berbagai tempat, kini akses terbuka lebar. Namun, menurutnya, kelimpahan ini justru bisa menjadi jebakan kemunduran daya juang jika tidak disertai kesadaran dan rasa syukur.
“Dulu kami bersusah payah, sekarang serba mudah. Tapi kemudahan itu jangan membuat kita manja. Jangan sampai berlebih fasilitas, tapi kekurangan semangat,” ucap Haedar mengingatkan.
Dalam suasana penuh kehangatan dan semangat regenerasi, acara milad ini juga menghadirkan sesi “Sang Pelopor”—sebuah forum refleksi bersama para alumni IPM seperti Izzul Muslimin (Ketua PP IPM 1996–1998) dan Ahmad Imam Mujadid Rais (Ketua Umum PP IPM 2004–2006). Keduanya membagikan kisah inspiratif dan motivasi perjuangan kader muda IPM.
Sebagai penutup, penampilan atraktif dari tim tari Ratoh Jaroe SMA Muhammadiyah 8 Pamulang menjadi simbol keberagaman ekspresi seni dan budaya dalam tubuh pelajar Muhammadiyah.
Dengan semangat Karya Pelajar untuk Indonesia Raya, peringatan Milad ke-64 ini menjadi bukti bahwa IPM bukan hanya milik masa lalu, tetapi terus hidup, relevan, dan bergerak ke depan sebagai pelopor perubahan dan pencerah bangsa.