Oleh Khairul Ummah
MENJADI perempuan tangguh di era global bukan sekadar pilihan, melainkan keniscayaan. Di tengah derasnya arus teknologi, informasi, dan tantangan kehidupan yang kian kompleks, perempuan dituntut tak hanya bertahan, tetapi juga berperan aktif menciptakan perubahan. Dalam konteks ini, Nasyiatul ‘Aisyiyah hadir sebagai ruang aman sekaligus ruang tumbuh—tempat perempuan muda belajar menjadi kuat, cerdas, dan berdaya.
Melalui organisasi ini, kami tidak sekadar berkumpul dalam forum-forum rutin. Kami membangun keyakinan bahwa perempuan bukan figuran dalam panggung peradaban, melainkan pilar utama yang menopangnya.
Bersama Nasyiah, kami dilatih untuk mengenali potensi, membangun kepercayaan diri, dan terus menyalakan nyala cita untuk berkontribusi lebih besar di tengah masyarakat.
Tema Milad ke-94, “Perempuan Tangguh, Cerahkan Peradaban”, menjadi cermin dari semangat kami hari ini. Kami percaya bahwa ketangguhan bukan dilihat dari fisik yang kuat, tetapi dari jiwa yang tabah, pikiran yang terbuka, dan hati yang mau terus belajar. Di antara kesibukan rumah tangga, pekerjaan, dan peran-peran sosial, banyak di antara kami yang mulai merintis bisnis rumahan—usaha kecil yang lahir dari mimpi besar untuk mandiri. Lewat media sosial, produk-produk kami dipasarkan, menjangkau dunia yang lebih luas. Tak sekadar urusan ekonomi, ini adalah bentuk dakwah peradaban—bahwa perempuan bisa berdiri di atas kakinya sendiri dengan tetap mengakar pada nilai-nilai Islam berkemajuan.

Tak sedikit pula dari kami yang bekerja di Amal Usaha Muhammadiyah, yang kini semakin erat bersentuhan dengan dunia digital. Maka, keterampilan teknologi bukan lagi sekadar tambahan, melainkan kebutuhan dasar. Kami belajar desain grafis, pengelolaan media sosial, hingga strategi komunikasi digital. Bukan untuk sekadar tampil, tapi untuk menyampaikan pesan-pesan kebaikan dengan cara yang lebih relevan dan efektif.
Ketangguhan perempuan bukan berarti tanpa tangis atau lelah. Tetapi dalam peluh dan ujian, kami memilih untuk bangkit, melangkah, dan menghidupkan harapan. Bersama Nasyiatul ‘Aisyiyah, kami belajar bahwa kekuatan hakiki lahir dari gabungan iman, ilmu, dan amal. Inilah pondasi peradaban: perempuan yang terdidik, berdaya, dan tidak kehilangan arah di tengah perubahan zaman.
Di usia ke-94, Nasyiah tidak lagi muda, tapi semangatnya tetap menyala. Kami, para kader muda, ingin menjadi penerus cahaya itu. Menjadi pelita di tengah gelapnya zaman. Menjadi suara di tengah kebisingan informasi. Menjadi kekuatan di tengah rapuhnya nilai-nilai. Karena kami percaya, perempuan tangguh bukan hanya menata dirinya sendiri, tetapi juga mencerahkan lingkungannya—dan pada akhirnya, membangun peradaban yang lebih adil, berilmu, dan manusiawi.
Selamat Milad ke-94, Nasyiatul ‘Aisyiyah. Teruslah menjadi ruang bertumbuh bagi perempuan muda, agar cahaya peradaban tidak pernah padam.
*) Khairul Ummah, S.Pd adalah Ketua Departemen Pendidikan, Kader, dan Dakwah PC NA Kangkung dan Anggota Lembaga Seni Budaya dan Olahraga PD Muhammadiyah Kendal

2 Komentar
It¦s really a great and useful piece of info. I am glad that you simply shared this useful information with us. Please keep us informed like this. Thank you for sharing.
Thank you so much for your appreciation. We’re so happy to hear that the information we share is helpful. Support like this is what motivates us to continue providing positive and informative content. God willing, we will continue to strive to consistently share useful things. ✨