KALIWUNGU.KENDALMU.OR.ID. Sehat mental merupakan kondisi seseorang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial bisa terus berkembang.
Seorang yang mentalnya sehat merasakan apapun yang terjadi tidak menurunkan semangat, tidak berubah, tapi sebaliknya seseorang yang mudah mengeluh sehat mentalnya masih dipertanyakan.
Hal tersebut disampaikan Wakil Ketua Lembaga Pengembangan Pesantren Muhammadiyah (LPPM) PP Muhammadiyah Khoiruddin dalam Pengajian Akbar Ramadan Putaran ke 2 yang diselenggarakan oleh PD Muhammadiyah Kendal, Ahad (2/3/2026) di gedung balai dakwah Muhammadiyah Kaliwungu.
Dihadapan ratusan anggota jamaah pengajian, Khoiruddin Basyori mengatakan sifat mudah mengeluh ketika mendapat kesulitan dan pelit (kikir) ketika mendapat nikmat sebagai bagian dari problema psikologis manusia.
“Salah satu ciri mental seorang tidak sehat kalau mendapat sedikit kesulitan mengeluh, tapi kalau mendapat nikmat pelit,” ujar Psikolog, Khoirudin Basyori mengutip Al Qur’an Surat Al Arij ayat 19-21 :
۞ اِنَّ الۡاِنۡسَانَ خُلِقَ هَلُوۡعًا ۙ ١٩ اِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ جَزُوۡعًا ۙ ٢٠وَاِذَا مَسَّهُ الۡخَيۡرُ مَنُوۡعًا ۙ ٢١
Artinya : Sungguh, manusia diciptakan bersifat suka mengeluh. Apabila dia ditimpa kesusahan dia berkeluh kesah, dan apabila mendapat kebaikan (harta) dia jadi kikir,
Dibeberkan, sifat mengeluh saat menghadapi kesulitan kecil dan kikir saat menerima nikmat menggambarkan kondisi psikologis dan spiritual yang kurang ideal.
“Orang yang mudah mengeluh menunjukkan ketidakmampuan menerima diri sendiri dan keadaan sekelilingnya. Mereka merasa tidak berdaya untuk membuat perubahan yang diinginkan, sehingga terus menerus merasa frustrasi dan menjadi korban keadaan,” kata Khoiruddin yang juga Konsultan Pendidikan Yayasan Suka, Media Group Jakarta.
Tentang sifat pelit, Khoirudin menduga, bisa jadi berangkat nasehat, pelajaran orang tua kepada anaknya agar cepat kaya, harta segera terkumpul banyak, kamu sing gemi lan setiti (hemat dan cermat-hati-hati)
Menurutnya, sifat terlalu pelit digambarkan seperti babi hutan saat memperoleh makanan,
“Babi hutan (celeng) mengumpulkan makanan dengan kakinya. Setelah terkumpul lalu dikencingi. Kenapa dikencingi ?” tanyanya.
Makanan yang dikencingi maksudnya agar tidak diminta oleh yang lain., artinya babi sering digunakan sebagai metafora untuk sifat-sifat buruk manusia seperti pelit.
“Orang yang gemi, setiti itu saudara dekat pelit. Padahal Islam mengajarkan dalam keadaan lapang maupun sempit, tetap semangat bersedakah dan berserah diri kepada Allah,” ujarnya lagi mengutip Surat Ali Imran ayat 133-134 :
الَّذِيۡنَ يُنۡفِقُوۡنَ فِى السَّرَّآءِ وَالضَّرَّآءِ وَالۡكٰظِمِيۡنَ الۡغَيۡظَ وَالۡعَافِيۡنَ عَنِ النَّاسِؕ وَاللّٰهُ يُحِبُّ الۡمُحۡسِنِيۡنَۚ ١٣٤
Artinya : ‘(yaitu) orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan,’
Dikatakan, puasa Ramadan memiliki peran penting menghilangkan naluri hayawaniah, kebinatangan
“Dengan beribadah puasa di bulan Ramadan, dapat belajar dan mempraktekkan menghilangkan sifat kikir dan pelit dalam diri. Tidak merasa rugi ketika bersedekah, karena dapat membawa rasa bahagia, memberi manfaat kepada sesama,” ucapnya.
Diterangkan, terdapat beberapa aspek orang disebut sehat mental, yaitu semua kejiwaannya berfungsi dengan serasi.
“Pikiran, perasaan, prilaku, dan kehendak berfungsi serasi sehingga dirinya punya integritas. Sebaliknya orang yang tidak berintegritas berlawanan, tidak selarasan antara pikiran, perasaan, dan perilaku,” ujarnya.
“Orang yang sehat mental, apa yang sudah kita belajar tahu kita praktekkan, amalkan, seperti para sahabat Rasulullah setelah menerima wahyu, petunjuk langsung dipraktekkan,”
Orang yang sehat mental, lanjutnya punya kemampuan penyesuaian baik, adaptasinya bagus. Ia tidak memisahkan diri dengan kondisi baru, tidak mutungan.
“Di Muhammadiyah itu gembira dengan posisi jabatan apapun. Jadi ketua siap, jadi UPP siap, dan tidak jadi apa-apa juga siap, karena kita orang sehat mental,”
Sehat mental, sambungnya mempengaruhi kondisi spiritual seseorang, keimanan dan ketakwaan bertambah kuat, karena dipengaruhi oleh keyakinan dan kepercayaan kepada Allah SWT.
“Keimanan yang kuat menjadi dasar utama dalam hidup seorang muslim dan membantu dalam menghadapi cobaan hidup dengan lebih mudah,” katanya.
Kualitas keimanan, lanjutnya menjadi unsur penting bagi seseorang yang mengalami masalah mental agar tetap optimis dan berjuang untuk sembuh.
Dikatakan, seseorang dengan kesehatan mental yang baik memiliki tujuan hidup yang bermakna, yang memberikan arah dan motivasi dalam menjalani kehidupan.
“Seseorang yang sehat mental menyadari potensi yang dmiliki dan mampu menggunakannya untuk memberikan kontribusi positif kepada komunitas. Ia tidak hanya fokus pada diri sendiri, tetapi juga berperan aktif dalam lingkungan sosial mereka, ” ujarnya.
Sedangkan sehat mental yang baik memungkinkan seseorang untuk menjalani kehidupan yang bermanfaat, baik bagi diri sendiri maupun orang lain.
“Orang dengan kondisi mental yang sehat mampu berinteraksi dengan optimal, menjalin komunikasi dengan mudah, dan mudah berbaur dengan lingkungannya. Mereka juga dapat memberikan solusi atau ide terhadap permasalahan yang sedang terjadi di lingkungannya, sehingga memberikan kontribusi positif,” tutupnya. (fur)