Menatap fenomena terkini di Kabupaten Kendal, di mana seluruh Organisasi Kemasyarakatan (Ormas) Islam bersatu dalam mendukung tabligh akbar yang diinisiasi oleh Muhammadiyah Daerah Kendal, saya merasa tergerak oleh gelora kebersamaan yang luar biasa. Sillaturrahmi dan rapat koordinasi pada hari Jumat 17 Nobevember 2023 menjadi saksi bisu kekompakan yang terjalin di antara perwakilan berbagai Ormas Islam, seperti PCNU, PD Rifaiyah, MTA, dan DPD LD II.
Dalam ruang rapat pleno PDM Kendal, tergambar jelas kesediaan dan tekad bersama untuk menyelenggarakan “Tabligh Akbar Peduli Palestina.” Suara bulat Ormas Islam mendukung aksi solidaritas ini sebagai respons terhadap krisis kemanusiaan yang melanda Palestina. Suatu hal yang patut disambut hangat, dan saya tidak dapat menahan rasa bangga melihat semangat bersatu demi tujuan mulia.
Muhammad Aliun, Ketua Panitia, dengan tegas menyampaikan bahwa acara ini bukan semata-mata wadah retorika politik atau panggung perdebatan. Dalam rapat koordinasi, dia menekankan prinsip-prinsip yang akan mengarahkan jalannya acara, menekankan pentingnya menyampaikan pesan solidaritas tanpa mencampuradukkan nuansa politik yang dapat memecah belah.
Sebagai seorang yang mendukung inisiatif ini, saya melihat bahwa keberagaman Ormas yang bersatu dalam aksi peduli Palestina merupakan bentuk nyata altruisme. Sikap saling mendukung, bahkan dari Ormas yang tidak dapat menghadirkan perwakilannya, menciptakan aura kebersamaan yang patut dicontoh. Ini bukan sekadar pertunjukkan simbolis; ini adalah langkah konkret untuk menyuarakan kepedulian terhadap krisis yang tengah melanda saudara-saudara kita di Palestina.
Dalam pembicaraan Muhammad Aliun, saya menemukan kebijaksanaan dalam menjaga fokus acara. Menghindari retorika perang dan politik yang dapat memicu perpecahan, Ormas Islam Kabupaten Kendal menunjukkan kesadaran akan pentingnya menyampaikan pesan tanpa mengorbankan keharmonisan dan persatuan.
Menggandeng penceramah seperti Ustadz Fahmi Salim dan Syaikh Ahed Abdul Al Atta menunjukkan bahwa acara ini tidak hanya sekadar simbolik. Ada upaya serius untuk memberikan pemahaman yang mendalam terkait kondisi di Palestina. Melalui suara dua tokoh ini, kita diharapkan dapat meresapi dan memahami lebih dalam urgensi solidaritas kita.
Saya, sebagai individu yang terlibat dalam dukungan terhadap tabligh akbar ini, melihatnya sebagai panggilan etis. Mengacu pada etika deontologi Immanuel Kant, keputusan untuk mendukung aksi peduli Palestina bukanlah semata-mata karena keuntungan pribadi, melainkan karena kewajiban moral untuk membantu sesama manusia yang tengah menderita.
Saya berharap agar target 20 ribu jamaah dapat tercapai, dan tabligh akbar berlangsung dalam damai, aman, dan lancar. Semoga acara ini tidak hanya menjadi momentum solidaritas sesaat, tetapi juga menanamkan spirits kebersamaan yang akan terus bergejolak dalam menjawab panggilan kemanusiaan.