PALEMBANG,KENDALMU.OR.ID – Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Fajar Riza Ul Haq, memberikan kuliah umum dalam Akademi Dai Digital Muhammadiyah Batch III yang digelar Lembaga Dakwah Komunitas (LDK) Pimpinan Pusat Muhammadiyah di kantor BPMP Sumatera Selatan, Rabu (24/9).
Dalam paparannya, Wamen Fajar menegaskan bahwa Dai Digital Muhammadiyah adalah pembawa panji risalah pencerahan di dunia maya, sekaligus garda terdepan dalam membangun peradaban digital yang bermartabat di tengah derasnya arus informasi.
Da’i Digital Muhammadiyah adalah pendakwah atau kader Muhammadiyah yang memiliki kompetensi untuk menyebarkan pesan Islam berkemajuan melalui media digital dan media sosial, sebagai bagian dari strategi dakwah di era virtual.
Program ini diwadahi oleh Lembaga Dakwah Komunitas (LDK) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah melalui Akademi Da’i Digital, yang melatih para pesertanya dengan keterampilan seperti manajemen konten digital, teknik menulis, produksi video, literasi digital, hingga strategi distribusi konten melalui berbagai platform digital.
Dilansir muhammadiyah.or.id, Fajar menyoroti fenomena media sosial yang kini menjadi sumber utama informasi generasi muda, termasuk Gen Z, bahkan hingga pelosok desa. Ia mencontohkan anak-anak di Sijunjung, Sumatera Barat, yang meski jauh dari kota besar, fasih mengikuti tren TikTok dan Instagram.
“Konten-konten medsos kini menembus pelosok desa. Tidak ada yang kebal dari pengaruh media sosial,” ujarnya.
Namun, di balik peluang, ada tantangan besar. Fajar mengingatkan budaya scroll culture yang membuat proses belajar dangkal dan melemahkan karakter. Data menunjukkan, anak-anak saat ini menghabiskan sepertiga waktunya dengan gawai, kerap mengonsumsi konten dangkal yang mengikis kemampuan berpikir kritis.
“Pergeseran pola pengasuhan membuat banyak nilai ditransfer bukan lagi dari keluarga, tapi dari media sosial. Ini tantangan maha berat,” tambah alumni Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) itu.
Lebih jauh, Fajar menyoroti peran algoritma media sosial dan kecerdasan buatan yang memengaruhi kehidupan beragama.
“Saat ini influencer bisa lebih didengar daripada ulama. Algoritma bekerja berdasarkan engagement, bukan substansi. Karena itu, Dai Digital Muhammadiyah harus hadir dengan literasi keagamaan yang kuat, adaptif terhadap teknologi, dan mampu menyentuh hati umat,” tegasnya.
Ia pun mengajak para Dai Digital memperkaya ruang maya dengan konten yang mencerahkan, moderat, dan relevan dengan dunia anak muda.
Di tengah tantangan tersebut, Fajar menyampaikan langkah strategis Kemendikdasmen di bawah kepemimpinan Menteri Abdul Mu’ti melalui program Pembelajaran Mendalam.
Program ini dirancang untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis, rasa ingin tahu, serta pemahaman yang bermakna dan menyenangkan bagi murid.
“Pak Menteri Abdul Mu’ti berikhtiar melalui Pembelajaran Mendalam, agar anak-anak mendalami materi dengan penuh makna, berkesadaran, dan menggembirakan,” jelasnya.
Menutup kuliah umum, Fajar memberikan apresiasi kepada para Dai Digital Muhammadiyah yang konsisten menebar risalah berkemajuan di ruang maya.
“Mari kita jadikan teknologi sebagai sarana maslahat, memperkuat akhlak digital netizen, dan menebar pencerahan di setiap ruang maya. Bersama, kita wujudkan ekosistem digital yang bermartabat, penuh kedamaian, dan keadaban,” pungkasnya.
