RINGINARUM, KENDALMU.OR.ID — Iman bukan sekadar keyakinan intelektual, melainkan kenyataan yang mengubah hati, cara berpikir, sikap, dan tindakan. Dari sinilah kebahagiaan sejati bermula, yaitu ketika hati bersandar hanya kepada Allah Swt.
Hal tersebut disampaikan Ustadz Dzikrullah dalam pengajian Fastabiqul Khoirot yang berlangsung Ahad pagi (28/9/2025) di gedung balai desa Caruban, Ringinarum, Kendal.
“Iman memberikan kerangka bagi kita untuk melihat kenyataan hidup,” tutur Ustadz Dzikrullah.
Sedangkan ujian, menurutnya, bukan sekadar kesulitan, tapi pendidikan dan penghapus dosa. Sementara kenikmatan adalah amanah yang harus disyukuri.
Ia mengutip firman Allah dalam Al-Qur’an, “Ala bidzikrillahi tathmainnul qulub” — hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram (QS. Ar-Ra’d: 28).
Ustadz Dzikrullah menjelaskan, ayat ini menjadi landasan bahwa kebahagiaan sejati tidak ditentukan harta atau kedudukan, melainkan ketenangan hati yang bersumber dari iman.

Ustadz Dzikrullah juga memaparkan sepuluh pilar yang dapat dijadikan pedoman untuk meraih kebahagiaan melalui iman, di antaranya : aqidah yang sehat, menumbuhkan keteguhan dan meredam kecemasan, ibadah rutin seperti shalat, dzikir, puasa, dan qiyam yang menjadi terapi hati, sabar dalam ujian dan syukur atas nikmat, ikhlas dalam niat sehingga amal kecil bernilai besar, tawakkal yang seimbang dengan ikhtiar, muamalah adil melalui zakat, sedekah, dan amanah sosial, hubungan keluarga yang sehat dan penuh kasih saying, akhlak mulia, menjaga lisan dari ghibah dan fitnah, semangat menuntut ilmu dan pengembangan diri, dan menjaga kesehatan jasmani dan rohani secara seimbang.
“Sepuluh pilar ini bukan teori semata, melainkan panduan praktis yang bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari,” ujarnya.
Dalam kesempatan itu, Ustadz Dzikrullah juga menyinggung berbagai tantangan modern seperti media sosial, tekanan ekonomi, hingga krisis mental. Menurutnya, iman adalah fondasi kuat untuk menghadapi semuanya.
“Media sosial jangan dijadikan sumber perbandingan hidup, gunakanlah untuk dakwah dan menambah ilmu. Tekanan ekonomi bisa dilawan dengan tawakkal, perencanaan keuangan Islami, dan sedekah yang membersihkan rezeki,” jelasnya.
Ia juga mengingatkan pentingnya menjaga kesehatan mental dengan tidak segan mencari bantuan profesional bila diperlukan, karena Islam memuliakan akal dan jiwa.
Tak hanya individu, Ustadz Dzikrullah menegaskan bahwa iman juga membangun kebahagiaan kolektif melalui ukhuwah. Majelis ilmu, kegiatan sosial, hingga perhatian kepada tetangga adalah bentuk nyata yang membuat kebahagiaan menular dari satu pribadi ke masyarakat luas.
“Iman melahirkan cinta kepada sesama. Tidak sempurna iman seseorang sampai ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri,” katanya
Di akhir tausiyahnya, Ustadz Dzikrullah memberi pesan praktis kepada jamaah: perbaiki niat dalam setiap amal, utamakan shalat berjamaah, hidup sederhana dengan sedekah rutin, serta melatih sabar dan syukur dalam keseharian.
“Kebahagiaan iman akan terlihat ketika hati tenang meski masalah datang, ketika kita tetap bisa bersyukur atas nikmat kecil, dan ketika tangan kita ringan berbagi kepada sesama,” pungkasnya. (din)
Kontributor: Khoerudin
