NGAMPEL.KENDALMU.OR.ID. Maraknya hoaks dan penyimpangan informasi di era digital menjadi tantangan serius bagi umat Islam dalam menjaga kemurnian ajarannya.
Hal tersebut menjadi inti pesan Ustadz Drajat Maulana dalam Kajian Rutin Tafsir Al-Qur’an Ahad Pagi PCM Ngampel, yang digelar pada Ahad (22/6/2025) di Aula Kecamatan Ngampel.
Mengupas Surat Al-Baqarah ayat 23–24, Ustadz Drajat menegaskan bahwa Al-Qur’an adalah kebenaran mutlak yang diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad SAW, dan tidak seorang pun dapat menandinginya.
Ia menyampaikan bahwa tantangan Allah kepada kaum kafir untuk membuat satu surat serupa dengan Al-Qur’an menjadi bukti kemurnian dan keotentikannya.
“Allah menegaskan bahwa jika kalian ragu terhadap Al-Qur’an, buatlah satu surat serupa. Tapi mereka tak akan pernah mampu,” tegasnya.
Ia mencontohkan kisah Musailamah Al-Kadzab, seorang nabi palsu yang mencoba menyaingi Al-Qur’an dengan membuat syair-syair palsu, namun justru memperlihatkan kelemahannya. Salah satunya adalah syair tentang gajah yang jauh dari makna spiritual sebagaimana Surat Al-Fil dalam Al-Qur’an.

Ustadz Drajat menyoroti bahwa hoaks dan fitnah terhadap Islam semakin merajalela di media sosial dan ruang digital, sehingga umat Islam dituntut untuk lebih kritis dan berpijak kuat pada Al-Qur’an, Sunnah, dan ijma ulama dalam menyikapi isu-isu yang muncul.
“Kita tidak perlu membalas kedustaan dengan kedustaan. Kebenaran pasti akan terungkap, karena kebenaran itu milik Allah SWT,” jelasnya.
Ia juga mengingatkan bahwa berbohong yang dibiarkan akan membentuk karakter pendusta. Menurut kajian psikologis, seseorang yang terbiasa berdusta akan lebih mudah melakukannya terus-menerus.
Melalui ayat tersebut, ia mengajak jamaah untuk memperkuat prinsip kebenaran dalam kehidupan sehari-hari, terutama di ruang publik digital yang sering diwarnai perdebatan agama tanpa dasar keilmuan yang benar.
“Debat soal agama jangan hanya berdasarkan opini, tapi landasan kita harus Al-Qur’an. Jangan mudah terpengaruh arus yang salah hanya karena ramai diikuti,” ujarnya.
Mengutip tafsir Ibnu Katsir, Ustadz Drajat menggambarkan Islam seperti air yang jernih dari gunung, namun perlahan tercemar ketika sampai ke kota akibat sampah yang menumpuk.
Ia menyampaikan bahwa Islam yang murni harus terus dijaga dari penyimpangan, sebagaimana sabda Nabi bahwa Islam akan terpecah menjadi 72 golongan, dan hanya satu yang tetap berada di jalan kebenaran.
“Kita harus menjaga kemurnian Islam, bukan hanya untuk diri kita, tapi juga untuk generasi masa depan,” pungkasnya.
Kajian tersebut menjadi pengingat bahwa di tengah derasnya arus informasi digital, umat Islam harus tetap berpegang teguh pada Al-Qur’an dan ajaran Nabi Muhammad SAW, serta tidak goyah oleh opini atau narasi yang menyesatkan. (rio)
