BOJA.KENDALMU.OR.ID. Suasana pagi yang tenang berubah menjadi momen penuh kekhusyukan di halaman Panti Asuhan Yatim Muhammadiyah Shalahuddin Al-Ayyubi, Tampingan, Boja, Ahad (1/6/2025).
Puluhan jamaah memenuhi area kajian rutin yang diselenggarakan di bawah langit cerah, menghadirkan semangat untuk menyelami nilai-nilai keimanan yang hakiki.
Duduk rapi di atas alas biru, para jamaah laki-laki menempati bagian depan halaman, sementara jamaah perempuan menyimak dari sisi kanan, karena tempat utama telah dipenuhi sejak pagi. Mereka larut dalam tausiah yang disampaikan Wakil Ketua Majelis Tabligh PP Muhammadiyah, Ustadz Fida Afif, yang kali ini mengangkat tema penting dalam rukun iman: iman kepada hari akhir.
Dalam penyampaiannya, Ustadz Fida Afif mengingatkan bahwa kematian adalah keniscayaan bagi setiap manusia, dan bahwa kehidupan akhirat adalah kepastian yang tak boleh dilupakan.
“Kita semua akan dimatikan oleh Allah SWT. Tidak ada manusia yang hidup selama-lamanya. Dan setelah itu, kita akan dihidupkan kembali oleh Allah di hari kiamat,” ujarnya dengan nada lirih namun tegas.
Beliau menyerukan agar umat Muslim meneguhkan tauhid dan memperkuat keimanan, sembari mengutip firman Allah dalam Al-Qur’an: “Summa ilaihi turja‘un – kemudian kepada-Nya lah kalian akan dikembalikan.”
“Kita harus benar-benar meneguhkan tauhid. Harus kuat, harus jejeg (kokoh),” imbuhnya.
Syahadat: Ikrar Iman yang Harus Terus Diperbarui
Untuk memperkuat akidah, Ustadz Fida menganjurkan agar umat Muslim membiasakan membaca kalimat syahadat minimal sembilan kali dalam sehari—terutama saat salat lima waktu. Menurutnya, ini bukan sekadar rutinitas, tapi sebuah ikrar keimanan yang harus diperbarui setiap hari.
“Kalimat syahadat bukan hanya ucapan, tapi bentuk deklarasi iman yang harus diperbarui setiap hari,” tuturnya.
Takwa, Hari Akhir, dan Amal Nyata
Mengutip Surah Ali Imran ayat 102, “Yā ayyuhalladzīna āmanū ittaqullāha ḥaqqa tuqātih…” (Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benarnya takwa…), beliau mengingatkan pentingnya takwa yang berakar pada kesadaran akan kehidupan akhirat.
“Kita akan dibangkitkan. Maka, iman kepada hari akhir ini harus benar-benar tertanam kuat dalam hati kita. Jangan longgar, jangan lalai,” tegasnya lagi.
Ustadz Fida menekankan bahwa hidup di dunia hanyalah persinggahan. Oleh karena itu, setiap Muslim hendaknya mengisi waktunya dengan amal saleh, memperkokoh syahadat, dan menumbuhkan kesadaran spiritual bahwa semua akan kembali kepada Allah SWT.
Menabung untuk Kurban: Ringankan Ibadah dengan Perencanaan
Menjelang akhir kajian, Ustadz Fida memotivasi jamaah untuk mulai menabung sejak sekarang demi menyambut Idul Adha dan ibadah kurban.
“Ibadah itu kalau tidak dipersiapkan dari jauh-jauh hari, maka akan terasa berat. Tapi jika diniatkan dan disiapkan sejak awal, insya Allah ringan,” pesannya.
Muhammadiyah dan Dakwah Wasathiyah
Sebagai penutup, beliau menyentil karakter dakwah Muhammadiyah yang dikenal progresif dan moderat. Menurutnya, gerakan ini menempatkan ijtihad sebagai salah satu pijakan dakwah yang membuka ruang solusi, sekaligus tetap berpijak pada nilai-nilai syariat.
“Muhammadiyah itu sudah berkemajuan. Di dalam manhaj dakwahnya, ada ruang ijtihad. Salah satu cirinya adalah memberikan jalan tengah yang solutif dan penuh hikmah,” jelasnya.
Dengan semangat wasathiyah (moderat) dan semangat amal nyata di tengah masyarakat, kajian Ahad pagi ini menjadi bukan hanya ajang menambah ilmu, tetapi juga momen penyegaran iman—sekaligus pengingat bahwa hidup sejatinya adalah perjalanan pulang kepada-Nya. (erna)
Kontributor :Erna Setyowati. Editor : Abdul Ghofur