KARANGANYAR. KENDALMU.OR. ID. Malam terasa hangat di kaki Gunung Lawu, tepatnya di kawasan Wonderpark Tawangmangu, saat ratusan relawan Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah dari berbagai penjuru Indonesia berkumpul dalam Kopi Darat (Kopdar) Jambore Nasional Relawan Muhammadiyah–‘Aisyiyah ke-3, Sabtu malam (28/6).
Suasana penuh semangat itu semakin membuncah saat Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, dr. Agus Taufiqurrahman, hadir dan membuka acara dengan pekikan khasnya:
“Islam mencerahkan! Muhammadiyah memajukan! Indonesia jaya!”
Yel-yel itu disambut dengan antusias oleh para relawan, yang mayoritas mengenakan atribut lapangan dan wajah penuh semangat pengabdian.
Dalam sambutannya, Agus menyampaikan apresiasi mendalam atas dedikasi para relawan yang telah menjadi bagian penting dari gerakan dakwah Muhammadiyah di bidang kemanusiaan dan penanggulangan bencana.
“Hari ini kita berkumpul sebagai satu keluarga besar relawan Muhammadiyah–‘Aisyiyah. Kita bukan hanya hadir, tapi telah diakui sebagai garda terdepan dalam upaya bangsa menghadapi berbagai bencana,” tegasnya.

Dalam pidatonya yang mengalir penuh semangat, dr. Agus menekankan bahwa menjadi relawan adalah panggilan nurani yang tak bisa diukur dengan materi.
Relawan, menurutnya, bukan sekadar hadir saat bencana terjadi, tapi juga wujud nyata dari dakwah bil hal—menyampaikan ajaran Islam melalui aksi nyata menolong sesama.
“Kita jalani tugas ini bukan karena dipaksa, tapi karena kesadaran. Ini bagian dari kontribusi kita sebagai warga bangsa dan umat Islam yang mengemban amanah kemanusiaan,” ujarnya.
Ia juga mengingatkan bahwa kerelawanan yang dijalani dengan keikhlasan akan menjadi amal yang besar, bukan hanya di mata manusia, tetapi di sisi Allah.
Acara ini diselenggarakan oleh Lembaga Resiliensi Bencana (LRB) – Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) Pimpinan Pusat Muhammadiyah bekerja sama dengan Lembaga Lingkungan Hidup dan Penanggulangan Bencana (LLHPB) ‘Aisyiyah.
Tujuannya tak hanya mempererat ukhuwah antarrelawan, tetapi juga menguatkan kapasitas, meningkatkan kesiapsiagaan, serta membentuk relawan yang tangguh dan adaptif dalam berbagai situasi darurat kebencanaan.
“Mudah-mudahan Jambore ini bisa memberi kesan baik, membangun keterampilan, dan melahirkan relawan-relawan Muhammadiyah–‘Aisyiyah yang kuat, cepat tanggap, dan penuh kasih dalam membantu siapa pun yang membutuhkan,” harap dr. Agus.
Di tengah tantangan bencana yang semakin kompleks, relawan Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah telah membuktikan kiprahnya dalam berbagai kejadian darurat, mulai dari gempa, banjir, kebakaran hutan, hingga pandemi.
Dengan Jambore ini, semangat itu tak hanya dibakar kembali, tapi juga diperkuat secara spiritual, emosional, dan teknis.
Acara malam Kopdar ini bukan sekadar temu kangen, melainkan penguatan nilai dan visi gerakan kemanusiaan Muhammadiyah, bahwa menjadi relawan adalah bagian dari jihad sosial, ibadah kolektif, dan wajah Islam yang mencerahkan.
“Relawan bukan hanya datang menolong, tapi juga membawa harapan dan kasih. Mereka adalah wajah cinta dari Islam yang bergerak,” pungkasnya.
Malam itu, semangat menyala di bawah langit Tawangmangu. Para relawan tak hanya berkemah, tapi juga merawat cita dan cinta: untuk sesama, untuk bangsa, dan untuk kemanusiaan.
