Oleh: Supardi
Majelis Pustaka dan Informasi (MPI) PDM Kendal tahun 2025 telah bekerja keras menyelenggarakan berbagai program kerja, dari pelatihan jurnalistik hingga penguatan literasi digital.
Namun, sebagaimana organisasi lain, tidak semua rencana berjalan mulus. Ada program yang belum sempat dilaksanakan, tertunda karena keterbatasan waktu, tenaga, maupun sumber daya. Dalam istilah organisasi, inilah yang disebut residu program.
Menariknya, residu program MPI PDM Kendal bukanlah sekadar daftar pekerjaan yang terbengkalai, melainkan agenda penting yang sarat makna strategis. Setidaknya ada tiga residu yang menunggu untuk dituntaskan.
Pertama, upgrading kontributor web kendalmu.or.id. Di era digital, kecepatan informasi dan kemampuan literasi menentukan citra organisasi. Tanpa penulis-penulis muda yang tangguh, dakwah digital Muhammadiyah akan kehilangan denyut.
Rencana pelatihan dengan target 40 peserta dalam dua tahap, ditambah lomba menulis pasca-pelatihan, sejatinya bukan hanya soal teknis keterampilan. Ia adalah investasi kaderisasi literasi jangka panjang. Dari sini, lahir harapan akan muncul generasi penulis Muhammadiyah Kendal yang kritis, produktif, dan mampu mengabarkan Islam berkemajuan melalui media daring.
Kedua, penyusunan Kalender Global Tunggal Muhammadiyah 2026. Bagi sebagian orang, kalender mungkin hanya benda rutin yang menempel di dinding.
Namun, di baliknya terdapat kekuatan simbolik. Kalender Muhammadiyah bukan sekadar penunjuk waktu, melainkan media dakwah kultural yang masuk ke ruang keluarga, kantor, sekolah, dan masjid. Target produksi 5.500 paket bukan hanya ambisi angka, melainkan upaya menyebarkan identitas dan konsolidasi jamaah di akar rumput.
Ketiga, penyusunan teks proklamasi sejarah berdirinya PDM Kendal. Inilah yang paling sarat nilai historis. Sejarah sering terlupakan, padahal ia adalah jangkar yang menjaga arah gerakan.
Rencana pembacaan teks proklamasi pada Milad Muhammadiyah November 2025 akan menjadi momentum penting: meneguhkan jejak langkah pendiri, menyadarkan generasi muda akan akar perjuangan, sekaligus memperkuat legitimasi keberadaan PDM Kendal sebagai bagian dari denyut sejarah Muhammadiyah di Indonesia.
Jika ketiga residu ini berhasil diwujudkan, maka MPI PDM Kendal bukan hanya menuntaskan pekerjaan rumah administratif, tetapi juga mempersembahkan warisan strategis: literasi yang hidup, dakwah yang relevan, dan sejarah yang tertulis.
Mungkin benar, residu adalah pekerjaan yang tertunda. Namun dalam konteks MPI, residu justru bisa menjadi “buah yang matang belakangan” dan memberi makna lebih dalam. Tinggal bagaimana semangat kebersamaan dan kolaborasi semua pihak diwujudkan agar PR ini tidak berlarut, tetapi berubah menjadi prestasi.
Karena pada akhirnya, literasi, identitas, dan sejarah bukan sekadar urusan internal organisasi. Ia adalah warisan kolektif untuk masa depan Muhammadiyah Kendal dan umat secara lebih luas.
H. Supardi, S.Pd; M.Pd Ketua Majelis Pustaka dan Informasi (MPI) PD Muhammadiyah Kendal
