WELERI.KENDALMU.OR.ID. Dalam suasana penuh khidmat, ribuan jamaah memadati lapangan Sambongsari, Weleri, Kendal untuk melaksanakan Salat Idul Adha, Ahad (16/6), seraya mendengarkan khutbah dari Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kendal, Ustadz KH. Ikhsan Intizam yang menggugah hati.
Ustadz Ikhsan menekankan pentingnya menjadikan Idul Adha sebagai momen penyucian hati dan penguatan ketakwaan kepada Allah SWT.
“At-taqwa haa hunaa… Taqwa itu di sini, di hati. Bukan di pakaian, bukan di jabatan atau kendaraan mewah,” katanya.
“Maka mari kita bersihkan hati, agar pancaran iman dan taqwa kita semakin kuat,” seru sang Ketua PDM Kendal dari atas mimbar, mengutip ayat ke 14 Surat Al A’la :
قَدْ اَفْلَحَ مَنْ تَزَكّٰىۙ ١٤
Artinya : “Sungguh, beruntung orang yang menyucikan diri (dari kekafiran)”
Lebih lanjut Ustadz Ikhsan memberi pesan mendalam bahwa hanya orang bertakwa yang akan dimuliakan Allah, dimudahkan urusannya, diberi rezeki tak terduga, dan akhirnya masuk surga.
Keteladanan Nabi Ibrahim dan Keluarga: Ketaatan Tanpa TapiIdul Adha tidak hanya soal penyembelihan hewan qurban. Lebih dari itu, ibadah-ibadah di bulan Dzulhijjah seperti puasa Arafah, haji, dan qurban semua merujuk pada satu sosok: Nabi Ibrahim alaihissalam, sang kekasih Allah, bapak para nabi, panutan sejati dalam keimanan dan ketaatan.
“Bayangkan jika kita diperintah seperti Nabi Ibrahim: menyembelih anak sendiri. Apakah kita sanggup? Nabi Ibrahim tidak hanya patuh, tapi juga berhasil mengajak istri dan anaknya dalam ketaatan total kepada Allah,” tutur Ketua PDM Kendal..
Ustadz Ikhsan juga menoroti ibadah haji. Meski diwajibkan hanya bagi yang mampu, ia mengingatkan agar umat Islam berusaha mewujudkan kemampuan itu.
“Kemampuan bukan datang dari langit, tapi dari proses. Kalau bisa beli mobil, seharusnya juga bisa niat dan nabung haji, ujarnya.
Menurutnya, antrian haji yang mencapai puluhan tahun disebut sebagai alarm penting agar umat tidak menunda-nunda mendaftar.

“Bukan soal bisa berangkat atau tidak, tapi Allah melihat usaha dan kesungguhan kita,” tegasnya.
Qurban: Ujian Cinta dan Ketaatan
Idul Adha adalah simbol pengorbanan tertinggi. Qurban bukan sekadar menyembelih kambing atau sapi. Ini soal kesiapan kita menyerahkan yang paling kita cintai demi Allah.
Ia pun mengajak jamaah untuk merenung: Apakah kita selama ini sudah benar-benar taat pada perintah-perintah Allah yang lebih ringan dibanding perintah kepada Nabi Ibrahim?
“Mari jadikan qurban sebagai momentum memperbarui komitmen ketaatan. Jangan seperti Bani Israil yang berkata, ‘Kami mendengar, tapi kami durhaka’. Jadilah seperti Nabi Ibrahim yang berkata, ‘Kami mendengar, dan kami taat’.”
Bangun Keluarga yang Bertakwa
Menjelang akhir khutbah, Ustadz Ikhsan Intizam menyoroti kondisi keluarga masa kini yang banyak retak dan tercerai-berai.
Ia mengajak jamaah untuk menjadikan keluarga Nabi Ibrahim sebagai teladan.
“Apakah para ayah sudah berusaha menjadi imam keluarga seperti Nabi Ibrahim? Apakah para ibu sudah meneladani kesabaran dan tawakal Siti Hajar? Dan apakah anak-anak sudah mencontoh ketundukan dan keberanian Nabi Ismail?” tanyanya retoris.
Ketua PDM Kendal mengingatkan bahwa kehancuran rumah tangga menjadi problem besar umat hari ini. Karena itu, Idul Adha harus menjadi ajang refleksi dan perbaikan.
“Jangan sampai kita saling membenci dalam rumah kita sendiri. Mari kita bangun keluarga yang harmonis, saling mencintai karena Allah, dan bersama-sama masuk surga seperti keluarga Nabi Ibrahim.”
Di penghujung khutbah, Ustadz Ikhsan memimpin doa agar umat Islam diberi kekuatan untuk meneladani keluarga Nabi Ibrahim, agar Idul Adha tahun ini menjadi titik balik menuju kehidupan yang lebih taat dan bermakna.
“Semoga Allah jadikan kita hamba yang sabar, taat, dan siap berkorban di jalan-Nya. Semoga keluarga kita menjadi keluarga yang sakinah, mawaddah, dan warahmah. Aamiin.”
