KENDAL, KENDALMU.OR.ID – Masjid Mujahidin Kendal kembali menggelar pengajian Ahad pagi secara rutin, Ahad (5/10/2025). Kegiatan yang selalu dinanti jamaah ini menghadirkan Wakil Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kendal, KH. Mahtum Ali Samhari.
Dalam kesempatan itu, beliau menyampaikan materi penting bertajuk “Kesempatan Masuk Surga Tanpa Hisab.”
Di hadapan jamaah, KH. Mahtum mengingatkan bahwa setiap muslim pasti mendambakan surga, lebih-lebih jika bisa masuk tanpa melalui proses hisab. Namun, beliau menegaskan, ada syarat-syarat yang harus diperhatikan agar harapan itu bisa terwujud.
“Pertama, seorang muslim hendaknya tidak meruqyat maupun meminta diruqyat. Ini bentuk tawakal sejati kepada Allah SWT, tanpa menggantungkan diri pada selain-Nya. Kedua, jangan berangan-angan kosong, seperti berharap mendapat harta melimpah tanpa berusaha. Terlalu banyak berkhayal justru menjauhkan kita dari rasa syukur. Ketiga, perbanyak amal saleh yang diridhai Allah SWT, termasuk menghadiri majelis ilmu seperti pengajian ini,” jelas KH. Mahtum.
Beliau kemudian mengutip firman Allah dalam Surat Al-Ahqaf ayat 13 sebagai penguat.
اِنَّ الَّذِيْنَ قَالُوْا رَبُّنَا اللّٰهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوْا فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُوْنَۚ ١٣
“Sesungguhnya orang-orang yang berkata, “Tuhan kami adalah Allah,” kemudian tetap istikamah, tidak ada rasa takut pada mereka, dan mereka tidak (pula) bersedih.”
UstadzMahtum juga menegaskan bahwa seorang muslim tidak layak berharap surga tanpa hisab apabila masih terjerat perbuatan syirik.
“Syirik itu bukan hanya menyembah selain Allah, tapi juga meyakini ada makhluk yang bisa memberi berkah atau pertolongan di luar kehendak Allah. Semua rahmat hanya milik Allah SWT,” tegasnya.
Dalam pemaparan lebih lanjut, beliau menguraikan tiga pokok kemurnian tauhid. Pertama, menjadikan tujuan hidup hanya untuk Allah. Kedua, seluruh ibadah dan doa ditujukan kepada Allah semata, sebagaimana firman-Nya dalam Al-Fatihah ayat 5: “Iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in.” Ketiga, tidak mengikuti syariat yang tidak pernah ditetapkan oleh Allah dan Rasul-Nya, sebagaimana ditegaskan dalam Surat As-Syuraa ayat 21.
Untuk memperjelas, beliau membedakan antara aturan dan syariat.
“Melepas sandal sebelum masuk masjid itu aturan, sementara membaca doa masuk masjid dengan bacaan sahih adalah syariat. Maka jangan membuat syariat baru yang tidak ada dalilnya. Tidak mungkin seseorang membaca ‘Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un’ saat masuk masjid, karena itu bukan tempatnya,” terangnya.
Di akhir kajian, KH. Mahtum berpesan agar jamaah memperbanyak amal saleh, menjaga tauhid, dan menyerahkan segala urusan hanya kepada Allah SWT. “Niatkan semua ibadah dan aktivitas sehari-hari untuk mencari ridha Allah, bukan karena ingin dipuji atau berharap balasan dari manusia,” pesannya.
Pengajian yang berlangsung khidmat itu disimak serius oleh jamaah. Sebagian terlihat mencatat poin-poin penting untuk diamalkan. Banyak jamaah berharap pengajian rutin ini terus berlanjut karena menjadi pengingat untuk menata niat, memperkuat tauhid, dan menumbuhkan semangat beramal.
Dengan kajian ini, diharapkan masyarakat muslim di Kendal semakin sadar akan bahaya syirik, pentingnya menjaga kemurnian tauhid, serta rajin beramal saleh. Semua itu demi meraih rahmat Allah SWT dan kesempatan mulia: masuk surga tanpa hisab. (nurul)
Kontributor: Nurul Hidayah