SUKOREJO, KENDALMU.OR.ID. Lazismu Pusat bersama Lazismu PWM Jawa Tengah, Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) PWM Jawa Tengah, serta Majelis Lingkungan Hidup (MLH) PD Muhammadiyah Kendal, melakukan peletakan batu pertama pembangunan gazebo atau Rumah Riset Lazismu Kendal di Desa Gentinggunung, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Kendal, Minggu (14/12/2025).
Gazebo ini dirancang sebagai pusat pembelajaran dan riset bagi para petani, khususnya dalam pengembangan budidaya tanaman alpukat.
Pembangunan rumah riset tersebut merupakan respons atas pesatnya perkembangan budidaya alpukat di Desa Gentinggunung. Dalam empat tahun terakhir, hasil produksi alpukat dari wilayah ini menunjukkan tren yang menggembirakan dan berpotensi terus dikembangkan secara lebih terarah dan berkelanjutan.

Anggota Lazismu Pusat, Artati Haris, mengapresiasi langkah Lazismu Kendal dalam membangun gazebo sebagai pusat riset alpukat. Menurutnya, inisiatif tersebut merupakan terobosan penting bagi penguatan sektor pertanian berbasis pengetahuan.
“Ini terobosan yang sangat baik sebagai pusat konsentrasi penanaman dan budidaya alpukat,” ujarnya.
Artati menekankan bahwa gazebo tidak hanya berfungsi sebagai fasilitas fisik, tetapi juga sebagai ruang bertemunya para petani untuk saling berbagi pengalaman dan pengetahuan.
“Gazebo ini bisa menjadi laboratorium riset alpukat bagi petani Gentinggunung untuk saling menyemangati dan saling mencerahkan,” katanya.

Ia menjelaskan, alpukat dipilih karena memiliki manfaat jangka panjang dari sisi ekonomi maupun ekologi.
“Kami melakukan konservasi alpukat untuk memahami potensi ekonominya sekaligus peran ekologinya secara menyeluruh,” tegas Artati.
Dari sisi ekonomi, alpukat memiliki nilai jual tinggi dengan permintaan pasar yang terus meningkat, baik di tingkat lokal maupun ekspor. Selain itu, alpukat dapat dipanen sepanjang tahun dan memiliki umur produktif hingga 20–30 tahun.
Dari sisi ekologi, alpukat berperan penting dalam konservasi lingkungan.

“Sebagai tanaman tahunan, alpukat mampu menahan erosi, menyimpan karbon, dan menjaga kelembapan lingkungan,” tambahnya.
Alpukat juga dinilai cocok dikembangkan dengan sistem polikultur bersama tanaman semusim untuk mengoptimalkan lahan dan menambah pendapatan petani.
Sementara itu, Ketua Lazismu Jawa Tengah, Dwi Swasana Ramadhan, menegaskan bahwa pengelolaan gazebo harus dilakukan secara kolaboratif.
“Gazebo harus dikelola bersama. Lazismu, MPM, MLH, petani, dan pemerintah desa harus terlibat aktif agar dampaknya nyata,” ujarnya.

Ia menilai kolaborasi lintas sektor menjadi kunci agar gazebo berkembang sebagai pusat riset, pemberdayaan petani, dan konservasi lingkungan.
Ketua Lazismu Kendal, Sutiono, menegaskan pembangunan gazebo merupakan titik awal gerakan jangka panjang.
“Ini bukan akhir, tetapi awal. Jangan bosan bergerak bersama dan jadilah contoh nyata bagi masyarakat,” tegasnya.
Menurut Sutiono, konsistensi dan keteladanan di lapangan akan menentukan keberhasilan program dalam memberi manfaat luas bagi masyarakat. (fur)
