YOGJAKARTA.KENDALMU.OR.ID. Dalam suasana khidmat Iduladha 1446 H, Universitas Ahmad Dahlan (UAD) menggelar salat Iduladha pada Jumat (6/6) dengan khutbah yang menyentuh hati dan menggugah jiwa.
Bertempat di kampus UAD, Sekretaris Bidang Hisab dan Iptek Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, Rahmadi Wibowo Suwarno, tampil sebagai khatib, mengajak jamaah meneladani pengorbanan dan keteguhan iman Nabi Ibrahim AS.
Dalam khutbahnya, sebagaimana dikutip muhammadiyah.or.id, Rahmadi membuka dengan penegasan bahwa nikmat terbesar yang dimiliki manusia adalah nikmat iman.
“Dengan iman, manusia bisa membedakan antara yang hak dan yang batil, antara kebaikan dan kejahatan,” ujarnya.
Ia mengilustrasikan bahwa sebilah pisau, di tangan orang beriman, bisa menjadi alat kebaikan seperti menyembelih kurban atau menyiapkan makanan. Namun, di tangan orang tanpa iman, pisau yang sama bisa menjadi alat kejahatan. “Yang membedakan adalah iman,” tegasnya.
Muhammad, Kunci Surga dan Teladan Sejati
Rahmadi juga menegaskan posisi penting Nabi Muhammad SAW dalam kehidupan seorang Muslim. Ia menyebut Rasulullah bukan sekadar utusan Allah, tetapi kunci pembuka surga.
“Siapa yang mengikuti Nabi Muhammad, dialah umat beliau. Dan siapa yang menjadi umat Nabi, layak berharap masuk surga bersama beliau,” kata Rahmadi, disambut anggukan para jamaah.

Iduladha: Momentum Menyemai Pengorbanan
Memasuki inti khutbah, Rahmadi mengajak jamaah memaknai Iduladha bukan hanya sebagai hari raya kurban, melainkan juga sebagai momentum menumbuhkan nilai pengorbanan dalam kehidupan. Ia menekankan, bagi umat Islam yang tidak berhaji, ibadah kurban menjadi amalan utama yang mencerminkan ketaatan kepada Allah.
Ia mengutip Al-Qur’an bahwa Nabi Ibrahim disebut sebagai “uswah hasanah”, teladan terbaik, karena kesalehan dan pengorbanannya yang luar biasa.
Dua Ujian Ibrahim, Dua Pelajaran Iman
Rahmadi menyoroti dua ujian besar dalam hidup Nabi Ibrahim yang patut diteladani. Pertama, saat ia diperintahkan Allah untuk meninggalkan istri dan anaknya, Hajar dan Ismail, di sebuah lembah tandus. Dari peristiwa itu, Rahmadi menekankan pentingnya tawakal dan keyakinan penuh pada Allah.
Ia mengisahkan dialog mengharukan antara Hajar dan Ibrahim. Ketika Hajar bertanya,
“Apakah ini perintah Allah?” dan Ibrahim mengangguk, Hajar menjawab penuh keimanan, “Jika ini perintah Allah, maka Dia tidak akan menyia-nyiakan kami.”

Ujian kedua adalah perintah untuk menyembelih Ismail, putra yang sangat dicintai. Rahmadi menjelaskan bahwa esensi dari perintah ini bukan penyembelihannya, tapi ujian ketaatan yang mutlak. Ismail pun menunjukkan keteguhan luar biasa dengan berkata, “Lakukanlah apa yang diperintahkan Allah kepadamu, insyaAllah aku termasuk orang-orang yang sabar.”
“Allah tidak menzalimi hamba-Nya,” tegas Rahmadi. “Allah tidak sungguh-sungguh menghendaki penyembelihan Ismail, tapi ingin melihat apakah hati Ibrahim dan Ismail benar-benar tunduk pada perintah-Nya.”
Akhirnya, Allah menggantikan Ismail dengan seekor domba, dan dari situlah syariat kurban lahir sebagai simbol ketaatan dan kasih sayang kepada sesama.
Pengorbanan: Jalan Menuju Surga
Khutbah ditutup dengan penegasan bahwa pengorbanan adalah jembatan menuju surga. Rahmadi mengingatkan bahwa manusia tidak akan masuk surga tanpa melewati ujian, sebagaimana umat terdahulu yang diuji dengan kesulitan, kelaparan, dan penderitaan.
“Bahkan para rasul pun pernah bertanya, ‘Kapan datang pertolongan Allah?’ Maka yakinlah, pertolongan Allah itu dekat,” pungkasnya.
Dengan khutbah yang sarat makna, Rahmadi mengajak jamaah menjadikan Iduladha sebagai momentum menumbuhkan iman, meneladani keteguhan Nabi Ibrahim, dan menyalakan semangat pengorbanan dalam kehidupan sehari-hari.
