BRANGSONG, KENDALMU.OR.ID — Suasana Ahad pagi di Aula Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Brangsong terasa khidmat dan penuh renungan. Ratusan jamaah tampak menyimak dengan serius tausiyah yang disampaikan oleh Ustadz Mahtum Ali Samhari dalam kegiatan Pengajian Rutin Ahad Pagi, Ahad (12/10/2025).
Mengawali kajiannya, Ustadz Mahtum mengajak jamaah untuk selalu bertaqwa dan bermuhasabah — mengoreksi diri atas setiap perbuatan, baik maupun buruk, sebagai bekal menuju hari perhitungan di akhirat.
“Setiap orang yang beriman diperintahkan untuk bertaqwa dan menginstrospeksi dirinya sendiri atas perbuatan di dunia. Itu menjadi bekal untuk hari perhitungan di akhirat,” ujar Ustadz Mahtum seraya mengutip QS. Al-Hasyr ayat 18 dan 19
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَۗ اِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌ ۢ بِمَا تَعْمَلُوْنَ ١٨
Artinya : ‘Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat). Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.’
وَلَا تَكُوْنُوْا كَالَّذِيْنَ نَسُوا اللّٰهَ فَاَنْسٰىهُمْ اَنْفُسَهُمْۗ اُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْفٰسِقُوْنَ ١٩
Artinya : ‘Janganlah kamu seperti orang-orang yang melupakan Allah sehingga Dia menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang fasik.’
Dalam penjelasannya tentang ayat 19, Ustadz Mahtum menegaskan bahwa manusia tidak boleh melupakan Allah SWT, karena akibatnya sangat fatal.
“Janganlah kita seperti orang-orang yang melupakan Allah sehingga Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Maka mereka termasuk golongan orang-orang fasik,” jelasnya.
Ia kemudian melanjutkan tafsirnya pada ayat 20 yang menyebutkan bahwa penghuni surga tidak sama dengan penghuni neraka. “Para penghuni surga itulah orang-orang yang beruntung,” ungkapnya.
Ustadz Mahtum juga menyampaikan pesan yang begitu dalam melalui sebuah maqalah:
“Dunia adalah tempat beramal tanpa hisab, sedangkan akhirat adalah tempat dihisab tanpa ada kesempatan beramal lagi.”
Menurutnya, muhasabah adalah jalan bagi setiap Muslim untuk menghindari kemunafikan. Mengutip hadits Rasulullah SAW, Ustadz Mahtum mengingatkan tanda-tanda orang munafiq yang perlu diwaspadai.
“Ciri-ciri orang munafiq ada tiga: jika berkata ia berdusta, jika berjanji ia ingkar, dan jika diberi amanah ia khianat. Kita sebagai manusia biasa bisa saja pernah melakukan tiga hal tersebut, maka mintalah ampun kepada Allah dan teruslah muhasabah diri,” ujarnya menasihati.
Dalam kajian yang berlangsung sekitar dua jam tersebut, Ustadz Mahtum juga menguraikan kandungan Surat Al-Hadid ayat 12–14. Ia menjelaskan bahwa pada hari kiamat wajah orang-orang mukmin akan berseri-seri karena kabar gembira surga, sementara orang-orang munafiq akan datang meminta cahaya dari mereka.
Pada ayat 14, ( Surat Al Hadid) :
يُنَادُوْنَهُمْ اَلَمْ نَكُنْ مَّعَكُمْۗ قَالُوْا بَلٰى وَلٰكِنَّكُمْ فَتَنْتُمْ اَنْفُسَكُمْ وَتَرَبَّصْتُمْ وَارْتَبْتُمْ وَغَرَّتْكُمُ الْاَمَانِيُّ حَتّٰى جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ وَغَرَّكُمْ بِاللّٰهِ الْغَرُوْرُ ١٤
Artinya : ‘Orang-orang (munafik) memanggil mereka (orang-orang beriman), “Bukankah kami dahulu bersama kamu?” Mereka menjawab, “Benar, tetapi kamu mencelakakan dirimu sendiri (dengan kemunafikan), menunggu-nunggu (kebinasaan kami), meragukan (ajaran Islam), dan ditipu oleh angan-angan kosong sampai datang ketetapan Allah. (Setan) penipu memperdayakanmu (sehingga kamu lalai) terhadap Allah.
Ustadz Mahtum menyoroti empat ciri orang munafiq.
Pertama, orang yang mencelakai diri sendiri, yaitu mereka yang sadar telah berbuat maksiat namun tetap melakukannya.
Kedua, orang yang menunda amal kebaikan, dengan alasan sibuk atau tak sempat menghadiri kajian.
Ketiga, orang yang meragukan perintah Allah SWT, dan keempat, mereka yang memiliki terlalu banyak angan.
“Orang boleh punya cita-cita, tetapi hendaknya cita-cita itu terukur dengan kemampuan diri masing-masing,” pesan Ustadz Mahtum mengingatkan jamaah agar tetap realistis dan tidak terbuai oleh keinginan duniawi.
Menutup kajian, Ustadz Mahtum memberikan oleh-oleh spiritual berupa selebaran doa yang dibagikan melalui grup WhatsApp jamaah agar bisa dipelajari, dihafalkan, dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Pengajian Ahad Pagi PCM Brangsong kali ini tidak hanya menjadi ajang silaturahmi antarwarga Muhammadiyah, tetapi juga menjadi momentum perenungan mendalam untuk menata hati, memperbaiki amal, dan memperkuat iman.
“Mari kita jadikan hidup ini sebagai kesempatan beramal terbaik, sebelum kelak tiba saatnya kita dihisab tanpa bisa beramal lagi,” tutup Ustadz Mahtum. (hid)
Kontributor : Fahrudin Hidayat