NGAMPEL, KENDALMU.OR.ID — Dalam kehidupan ini, manusia tentu berharap agar amal sholeh yang dilakukan menjadi bekal menuju surga. Namun, tak sedikit yang lalai hingga terjerumus dalam perbuatan zalim — baik kepada diri sendiri, sesama manusia, maupun kepada Allah SWT.
Hal itu disampaikan oleh Ustadz M. Supri dalam Pengajian Ahad Pagi Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Ngampel, Ahad (12/10/2025) di Aula Kecamatan Ngampel.
“Perbuatan zalim kelak pada hari akhir akan menjadi kegelapan bagi dirinya,” ujar Ustadz M. Supri membuka kajiannya yang diikuti oleh jamaah dengan khidmat.
Dalam ceramahnya, Ustadz Supri menegaskan pentingnya memahami berbagai bentuk kezaliman agar umat Islam tidak kehilangan pahala amal sholeh di akhirat. Ia kemudian membacakan dua ayat Al-Qur’an sebagai pengingat keras dari Allah SWT terhadap pelaku kezaliman.
“Dan begitulah siksa Tuhanmu apabila Dia menyiksa (penduduk) negeri-negeri yang berbuat zalim. Sungguh, siksa-Nya sangat pedih, sangat berat,” (QS. Al-Hud: 103).
“Dan janganlah sekali-kali kamu mengira bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang zalim. Sesungguhnya Allah memberi tangguh kepada mereka sampai hari yang pada waktu itu mata mereka terbelalak,” (QS. Ibrahim: 42).
Menurut Ustadz Supri, berdasarkan pendapat Al-Imam Hasan Al-Bashri, kezaliman terbagi menjadi tiga jenis: zalim yang tidak terampuni, zalim yang tidak dibiarkan, dan zalim yang diampuni.
Pertama, zalim yang tidak terampuni adalah perbuatan syirik kepada Allah SWT, seperti menyembah makhluk ciptaan-Nya, meminta berkah kepada makam, menggunakan rajah untuk penglaris, atau menyembelih tanpa menyebut nama Allah.
“Dosa syirik tidak akan diampuni kecuali dengan taubat yang sungguh-sungguh,” tegasnya.
Kedua, zalim yang tidak dibiarkan adalah kezaliman terhadap sesama manusia. Ustadz Supri mencontohkan seperti korupsi, memakan harta anak yatim, atau perselisihan akibat warisan dan hutang-piutang.
“Zalim kepada sesama sangat berbahaya. Amal sholeh kita bisa habis diminta oleh orang yang dizalimi, dan bila amal kita habis, dosa mereka akan ditimpakan kepada kita,” jelasnya.
Ketiga, zalim yang diampuni adalah kesalahan pribadi manusia, seperti lalai shalat karena tertidur atau melakukan perbuatan maksiat sesaat.
“Untuk zalim seperti ini, Allah Maha Pengampun. Yang penting segera bertaubat dan memperbaiki diri,” ujarnya menenangkan.
Menutup kajian, Ustadz Supri berpesan agar jamaah, khususnya warga Muhammadiyah, senantiasa menjauhi segala bentuk kezaliman dan segera menyelesaikan urusan yang melibatkan orang lain.
“Jangan biarkan kezaliman sekecil apa pun menumpuk. Karena pada hari kiamat nanti, kegelapan itu bisa menelan kita sebelum masuk surga,” pesan Ustadz Supri penuh makna. (rio)
Kontributor : Ario Bagus Pamungkas