SUKOREJO.KENDALMU.OR.ID – SD Muhammadiyah Sukorejo kembali menggelar kegiatan bulanan rutin Orang Tua Mengaji (Omega), sebuah program yang memperkuat sinergi antara sekolah, guru, siswa, dan wali murid dalam pendidikan berbasis Islam. Sabtu , 4 Oktober 2025.
Acara dibuka dengan tasmi’ Al-Qur’an oleh siswa kelas 4, Muhammad (kelas tahfidz), yang membacakan Surat At-Tur dengan lancar. Suasana pagi khidmat terasa sejak awal kegiatan.

Dalam sambutannya, Kepala Sekolah SD Muhammadiyah Sukorejo, Butuk Kemisih, menegaskan pentingnya keterlibatan wali murid dalam kegiatan mengaji.
“Kalau yang mengaji hanya anak saja atau guru saja, tidak sinkron. Harus ada sinergi dengan orang tua. Semoga Allah memberikan kita istiqamah,” ujarnya.

Omega kali ini terasa lebih istimewa karena juga diisi dengan sesi pembagian hasil penilaian ISMUBA (Al-Islam, Kemuhammadiyahan, dan Bahasa Arab). Pada sesi tersebut, wali kelas dan orang tua saling memberikan masukan untuk memperkuat pembelajaran siswa.
Kepala sekolah juga menyampaikan agar tidak khawatir dengan program MBG, karena ia menjelaskan bahwa Pimpinan Pusat Muhammadiyah telah merintis program Dapur MBM (Makan Bergizi Muhammadiyah), yang saat ini tengah dibangun di Sumber Tlangu dan dikelola secara mandiri. Dengan pengelolaan Muhammadiyah, kualitas diharapkan lebih terjaga.
“Dapur MBM ini hadir untuk memastikan anak-anak kita mendapatkan asupan gizi terjamin dengan dapur umum yang dikelola Muhammadiyah,” jelasnya.
Hadir pula Ketua PCM Patean, Ustadz Sumanto, yang menyampaikan materi kajian.
“Meski SD Muhammadiyah sudah akan menerapkan program bilingual, kita tetap harus bangga dengan budaya sendiri. Bahasa Arab dipelajari, Bahasa Inggris dibutuhkan, tetapi jangan sampai bahasa Jawa ditinggalkan. Jangan melupakan akar budaya, tetapi jangan sampai melanggar syariat,” pesannya dalam bahasa jawa.
Ustadz Sumanto menegaskan bahwa pendidikan anak tidak bisa hanya dibebankan pada guru dan sekolah. Ada tiga pilar utama yang harus berjalan seimbang:
1. Keluarga – Darul Ula (sekolah pertama anak).
2. Sekolah – tempat pembelajaran formal.
3. Lingkungan – tempat anak tumbuh dan berinteraksi.
“Sekolah hanya maksimal tujuh jam, sisanya ada di keluarga dan lingkungan. Jika keluarga tidak baik, anak pun akan sulit menjadi baik,” tegasnya. Pada kajian ini Ustadz Sumanto menekankan pentingnya peran keluarga dalam pendidikan anak.

Ia juga menekankan pentingnya peran dan tugas suami-istri dalam rumah tangga sebagaimana tuntunan Al-Qur’an, khususnya Surah An-Nisa ayat 34:
“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebagian mereka atas sebagian yang lain, dan karena mereka telah menafkahkan sebagian dari harta mereka.” (QS. An-Nisa: 34).
Sedangkan kewajiban utama seorang wanita ditegaskan Rasulullah ﷺ dalam hadits:
“Apabila seorang wanita menjaga shalat lima waktunya, berpuasa di bulan Ramadhan, menjaga kehormatannya, dan taat kepada suaminya, maka akan dikatakan kepadanya: Masuklah ke dalam surga dari pintu mana saja yang engkau kehendaki.” (HR. Ahmad).
“Pondasi anak dimulai dari pondasi orang tua,” tandasnya.
Kegiatan Omega ditutup dengan doa bersama yang dipimpin Ustadz Sumanto. Program ini menjadi ruang belajar yang tidak hanya menambah ilmu agama, tetapi juga mempererat sinergi keluarga, sekolah, dan masyarakat dalam mendidik generasi Islami. (silo)
Kontributor : Susilo Prayitno
