Oleh : Suprapto
HARI ini Kamis, 31 Juli 2025 menandai usia 62 tahun Tapak Suci Putera Muhammadiyah (TSPM)—sebuah perjalanan panjang yang sarat dedikasi, nilai, dan keberanian dalam menghidupkan seni bela diri yang tidak hanya membentuk fisik, tetapi juga menata jiwa dan akhlak generasi muda.
Tahun ini, peringatan Milad Tapak Suci terasa istimewa karena berbarengan dengan sebuah momentum besar: Kejuaraan Dunia Tapak Suci yang insyaallah akan digelar di Universitas Brawijaya, Malang.
Perhelatan berskala internasional ini bukan sekadar adu jurus di atas matras. Ia adalah tonggak sejarah, penanda bahwa Tapak Suci telah naik kelas, dari arena nasional menuju panggung global.
Lebih dari 20 negara dari empat benua mengonfirmasi keikutsertaannya—Palestina, Mesir, Aljazair, Thailand, Malaysia, Australia, hingga Belanda, Perancis, dan Jerman—membuktikan bahwa nilai-nilai Tapak Suci mampu melintasi batas budaya, agama, dan benua.
Tagline milad tahun ini, “Mencetak Generasi Kuat,” bukan sekadar jargon. Ia menyentuh akar filosofi Tapak Suci: membentuk manusia utuh yang kuat dalam iman, akhlak, dan keterampilan bela diri.
Kekuatan yang tidak berhenti pada otot dan refleks, tetapi merambat ke dalam ruang-ruang kepemimpinan, tanggung jawab sosial, dan keberanian menjaga nilai hidup yang benar.
Inilah semangat yang selaras dengan visi Indonesia Emas 2045—sebuah cita-cita nasional untuk melahirkan generasi unggul yang sanggup berkompetisi di level global tanpa kehilangan akar spiritual dan identitas budayanya. Tapak Suci menjawab tantangan ini melalui pendekatan pendidikan karakter berbasis iman dan amal saleh, dengan moto abadi:
“Dengan Iman dan Akhlak Saya Menjadi Kuat, Tanpa Iman dan Akhlak Saya Menjadi Lemah.”
Moto ini bukan sekadar semboyan upacara, melainkan roh pembinaan di setiap tahapan pelatihan. Kekuatan sejati bukan pada seberapa keras pukulan, tetapi pada sejauh mana pesilat mampu menahan amarah, menjaga adab, dan membawa damai.
Dalam situasi hari ini, ketika sebagian kalangan muda terjebak dalam arus negatif—tawuran, kekerasan antarperguruan, hingga penyalahgunaan kekuatan fisik—Tapak Suci hadir sebagai oase keteladanan.

Di tengah gempuran media sosial yang sering menggiring narasi permusuhan, para pendekar Tapak Suci diajak untuk menjadi penyejuk: menampilkan wajah pencak silat yang humanis, sportif, dan penuh nilai.
Keikutsertaan dalam kejuaraan bukan semata soal kemenangan. Ini adalah media persaudaraan antarbangsa, tempat anak-anak muda dari berbagai negara bertemu, bersalaman, saling menghormati, dan memahami satu sama lain melalui bahasa universal: bela diri. Sebuah diplomasi lunak (soft diplomacy) yang tidak kalah penting dalam membangun perdamaian global.
Meski telah melanglang buana, Tapak Suci masih dihadapkan pada pekerjaan rumah besar: memastikan bahwa prestasi tidak hanya terkonsentrasi di wilayah-wilayah tertentu. Ketimpangan akses terhadap pelatih, sarana, dan pembinaan membuat sebagian besar daerah masih tertinggal. Ini harus diatasi dengan kebijakan strategis yang inklusif dan visioner.
Salah satu solusi konkret adalah pembinaan berbasis sekolah Muhammadiyah. Konsep “Satu Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM), Satu Kelas Khusus Olahraga (KKO)” patut segera direalisasikan. Kelas ini tidak hanya menjadi laboratorium atletik, tapi juga rumah pembinaan karakter yang berkelanjutan. Di dalamnya, siswa-siswi Muhammadiyah bisa berlatih pencak silat secara profesional tanpa harus mengorbankan pendidikan akademik.
Dengan begitu, sekolah Muhammadiyah tidak hanya mencetak ilmuwan dan pemimpin masa depan, tetapi juga pendekar peradaban—mereka yang kuat secara fisik, bersih secara moral, dan tangguh menghadapi dinamika zaman.
Di usia ke-62, Tapak Suci bukan lagi sekadar warisan pendiri. Ia telah menjelma menjadi gerakan pembinaan manusia yang relevan dan dibutuhkan oleh zaman. Dunia kini menyaksikan, bahwa dari bumi Indonesia, berdiri tegak sebuah perguruan bela diri yang berakar pada iman, berbuah pada prestasi, dan menyebar pada misi kemanusiaan universal.
Semoga Milad Tapak Suci kali ini menjadi titik tolak kebangkitan baru. Semoga Tapak Suci terus melangkah, dari matras ke masyarakat, dari kejuaraan ke peradaban, dan dari silat ke dakwah yang menyentuh jiwa umat manusia. Karena sejatinya, kekuatan terbesar bukan terletak pada siapa yang menang, tetapi pada siapa yang mampu menjaga kebaikan di tengah kekuatan.
Suprapto, S.H; M.M Ketua Pimda 070 Tapak Suci Putera Muhammadiyah (TSPM) Kendal, Manajer Lazismu Daerah Kendal, dan dosen Universitas Muhammadiyah Kendal Batang (Umkaba).
