NGAMPEL.KENDALMU.OR.ID. Masyarakat kerap memaknai kesuksesan dan keberkahan hidup dari jumlah harta yang dimiliki: berapa rumahnya, mobilnya, atau luas sawahnya.
Pandangan materialistik seperti itu perlahan menggerus kesadaran spiritual dan menjauhkan manusia dari tujuan hakiki kehidupan. Hal inilah yang menjadi pokok peringatan dalam kajian Ahad pagi PCM Ngampel yang digelar di Aula Kecamatan Ngampel, Ahad (15/6/2025), dengan menghadirkan Ketua PCM Kendal, Ustadz Achmad Sholeh.
Dalam pemaparannya, Ustadz Achmad Sholeh menyampaikan bahwa ukuran keberkahan hidup bukanlah pada seberapa banyak harta yang dikumpulkan, melainkan pada seberapa dekat hubungan manusia dengan Allah dan sejauh mana ia memberi manfaat kepada sesama.
“Majelis ilmu seperti kajian Ahad pagi ini mendatangkan keberkahan hidup. Malaikat pun turut mendoakan. Sayangnya, banyak orang salah kaprah memaknai berkah sebagai limpahan harta duniawi,” tegasnya saat membuka materi.

Lebih lanjut, Ustadz Achmad Sholeh menjelaskan empat tipe manusia dalam memandang dunia:
- Salaf, yakni golongan yang mengikuti jejak para sahabat Nabi dan tabi’in, memandang dunia sebagai ladang amal untuk akhirat. Ia menyitir QS Al-Hadid ayat 20 untuk menekankan bahwa kehidupan dunia hanyalah permainan dan perhiasan yang menipu.
- Tasawuf, yaitu mereka yang mengasingkan diri dari dunia secara ekstrem demi kehidupan akhirat, bahkan hingga meninggalkan keluarga dan lingkungan.
- Wasathiyah, yaitu golongan moderat yang menyeimbangkan antara dunia dan akhirat. Mereka mengejar kebaikan dunia tanpa melupakan akhirat, sebagaimana yang diajarkan dalam QS Al-Baqarah ayat 201.
“Inilah jalan tengah yang dianut oleh Muhammadiyah,” ungkap Ustadz Sholeh.
- Sekuler, yakni mereka yang menilai kesuksesan semata dari harta dan mengabaikan kehidupan akhirat. Golongan ini disebut telah terjangkit “virus cinta dunia”.
Lima Gejala Virus Cinta Dunia
Ustadz Achmad Sholeh juga memaparkan lima tanda seseorang telah terjangkit virus cinta dunia:
- Ibadah Berorientasi Dunia
Menjadikan ibadah sebagai sarana meraih dunia, seperti tahajud agar lulus ujian atau sedekah demi dagangan laris.
“Jangan sampai amal ibadah kita kosong nilainya karena niatnya bukan karena Allah,” pesan Ustadz Sholeh, mencontohkan tiga golongan manusia yang amalnya tertolak karena niat yang salah.

- Aktif di Pagi, Lemas di Malam
Sibuk memburu dunia di siang hari hingga tak sanggup beribadah di malam hari, terutama para ayah yang seharusnya membimbing keluarganya dari api neraka. - Abaikan Halal-Haram
Demi gengsi atau tekanan sosial, seseorang mengambil jalan haram demi harta, yang pada akhirnya berdampak buruk pada anak dan keluarga.
“Rezeki tak bisa dihitung matematis. Yang penting halal,” ujarnya.
- Lupa Kewajiban Sosial dan Spiritual
Mengatasnamakan tanggung jawab keluarga, tapi lupa pada lingkungan sekitar bahkan pada kewajiban kepada Allah. - Sholat Berantakan
Banyak yang menunda sholat karena sibuk kerja hingga melupakan waktu-waktu utama. Dzuhur nyaris Ashar, Maghrib diqadha, Isya terlupakan karena kelelahan.
Menurutnya, untuk membentengi diri dari virus cinta dunia, seseorang harus mulai dengan memperbaiki sholat.
“Gunakanlah umur panjang yang diberikan Allah untuk menjadi hamba yang bermanfaat, baik kepada sesama maupun kepada Allah. Jika dua hal itu tercapai, maka tujuan hidup telah tergapai,” tutupnya.
Kajian ini pun ditutup dengan refleksi dan ajakan untuk terus mendekatkan diri kepada Allah dalam segala aktivitas, sembari menjaga keseimbangan antara dunia dan akhirat secara utuh. (rio)
Kontributor: Ario Bagus Pamungkas, Editor : Abdul Ghofur
