SUKOREJO.KENDALMU.OR.ID. Ribuan warga Muhammadiyah dan masyarakat umum memadati Lapangan Futsal SMA Negeri 1 Sukorejo, Kabupaten Kendal, pada Jumat pagi (6/6/2025) untuk menunaikan Sholat Iduladha 1446 H.
Suasana haru dan khidmat menyelimuti jalannya ibadah yang dimulai sekitar pukul 06.45 WIB itu.
Bertindak sebagai imam dalam pelaksanaan Sholat Ied adalah Ustadz Muhammad Yusuf, sementara khutbah Iduladha disampaikan oleh Ustadz Rijal Wakhid Rizkillah, Lc., M.Ag., dari Majelis Tabligh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Tengah.
Dalam khutbahnya, Ustadz Rijal mengawali dengan takbir dan tahmid, menyampaikan bahwa Iduladha adalah hari besar yang sarat makna spiritual dan sosial. Di saat jutaan Muslim menunaikan puncak ibadah haji di tanah suci, umat Islam di seluruh penjuru dunia merayakan hari raya dengan penyembelihan hewan kurban sebagai bentuk ketaatan dan ketakwaan kepada Allah SWT.
“Iduladha bukan sekadar hari raya biasa, tetapi momentum suci untuk mendekatkan diri kepada Allah, menumbuhkan rasa syukur, serta memperkuat kepedulian sosial melalui ibadah kurban,” ungkapnya.

Kurban: Bukan Soal Daging, Tapi Ketakwaan
Ustadz Rijal menegaskan bahwa inti dari ibadah kurban bukan pada hewan yang disembelih, melainkan pada nilai-nilai pengorbanan, keikhlasan, dan ketundukan total kepada perintah Allah. Ia mengutip Surat Al-Hajj ayat 37:
لَنْ يَّنَالَ اللّٰهَ لُحُوْمُهَا وَلَا دِمَاۤؤُهَا وَلٰكِنْ يَّنَالُهُ التَّقْوٰى مِنْكُمْۗ كَذٰلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمْ لِتُكَبِّرُوا اللّٰهَ عَلٰى مَا هَدٰىكُمْۗ وَبَشِّرِ الْمُحْسِنِيْنَ ٣٧
Artinya : Daging (hewan kurban) dan darahnya itu sekali-kali tidak akan sampai kepada Allah, tetapi yang sampai kepada-Nya adalah ketakwaanmu. Demikianlah Dia menundukkannya untukmu agar kamu mengagungkan Allah atas petunjuk yang Dia berikan kepadamu. Berilah kabar gembira kepada orang-orang yang muhsin.
Dikatakan, daging hewan kurban dan darahnya itu sekali-kali tidak akan sampai kepada Allah, karena kurban itu bukan sesajen dan Allah tidak membutuhkan darah dan daging, tetapi yang sampai kepada-Nya adalah ketakwaan kamu
“Daging dan darah hewan kurban tidak akan sampai kepada Allah, tetapi ketakwaan dari kalianlah yang sampai kepada-Nya.” Tegasnya.
Ia juga menyampaikan sabda Rasulullah SAW yang menggambarkan betapa mulianya amalan kurban di sisi Allah, bahkan darah hewan kurban telah diterima sebelum jatuh ke bumi.

Keteladanan Nabi Ibrahim dan Ismail: Ujian Cinta dan Taat
Lebih lanjut, khutbah menyoroti kisah monumental Nabi Ibrahim dan putranya, Nabi Ismail, yang menjadi asal muasal syariat kurban. Saat diperintahkan menyembelih anaknya, Nabi Ibrahim tidak menawar, dan Ismail pun menerima dengan lapang dada.
“Keduanya menjadi simbol puncak ketaatan dan cinta kepada Allah. Mereka ajarkan kepada kita bahwa tidak ada cinta yang lebih tinggi daripada cinta kepada Tuhan,” ujar Ustadz Rijal.
Ia menekankan bahwa ujian umat hari ini berbeda. Kita tidak diminta menyembelih anak, melainkan menyisihkan waktu, harta, dan menundukkan ego untuk taat pada perintah Allah.
Qurban: Mengikis Ego, Menumbuhkan Empati
Khutbah juga menyoroti dimensi sosial kurban. Menyembelih hewan bukan hanya ritual, tapi momentum untuk menyembelih kesombongan dan menumbuhkan empati.
“Qurban adalah cara kita belajar rendah hati dan menghadirkan kebahagiaan bagi sesama. Tidak ada kebahagiaan sejati tanpa berbagi,” tegasnya.
Ustadz Rijal mengingatkan bahwa Allah tidak meminta seluruh harta, hanya sebagian kecil untuk diberikan kepada yang membutuhkan. Maka kurban juga menjadi simbol rasa syukur atas nikmat hidup.
Doa untuk Palestina dan Penutup
Menjelang akhir khutbah, Ustadz Rijal mengajak jamaah mendoakan keselamatan dan kekuatan bagi umat Islam yang sedang tertindas, khususnya di Gaza dan Palestina.
“Ya Allah, kuatkan saudara-saudara kami di Palestina dan Gaza. Berikan pertolongan dan kemenangan kepada mereka yang terdzalimi.”
Khutbah ditutup dengan doa agar semua amal ibadah Iduladha, termasuk kurban yang dikerjakan dengan ikhlas, diterima oleh Allah SWT.
Pelaksanaan Sholat Iduladha di SMA Negeri 1 Sukorejo berjalan tertib dan penuh kekhusyukan. Momentum ini menjadi pengingat bahwa ibadah bukan hanya soal ritual, tetapi juga perwujudan cinta, ketaatan, dan kepedulian antar sesama. (silo)
Kontributor : Susilo Priyatno. Editor: Abdul Ghofur
