JAKARTA. KENDALMU.OR.ID.Iduladha bukan sekadar hari raya penyembelihan kurban, tetapi juga momentum kontemplatif yang menggugah hati umat Islam akan arti pengorbanan sejati. Dalam khutbah Iduladha 1446 H yang dimuat oleh Suara Muhammadiyah, disampaikan pesan spiritual mendalam yang menggali kembali kisah monumental Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail ‘alaihimassalam sebagai pijakan Islam berkemajuan.
Kisah keduanya, sebagaimana tertulis dalam QS as-Shaffat ayat 102, bukan hanya menggambarkan ketundukan tanpa syarat kepada Allah, tetapi juga mencerminkan harmonisasi antara ketaatan, dialog, dan keberanian moral yang luar biasa. Ketika Nabi Ibrahim bermimpi bahwa ia diperintahkan Allah untuk menyembelih anaknya, Nabi Ismail dengan penuh keimanan menjawab,
“Wahai Ayahku, lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu! Insyaallah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang sabar.” kata Prof Dadang Kahmad, Jum’at (6/6/2025) di Masjid Raya Al Isra, Grogol Petamburan Jakarta sebagaimana dikutip muhammadiyah.or.id.

Khutbah Ketua PP Muhammadiyah tersebut menyoroti tiga nilai utama yang bisa diambil dari kisah Nabi Ibrahim sebagai pondasi keberagamaan umat Islam masa kini:
-
Keikhlasan dalam Ibadah:
Nabi Ibrahim mengajarkan bahwa ibadah yang sejati hanya dilandasi oleh keikhlasan, tanpa pamrih, semata-mata mengharap ridha Allah. Seperti yang dijelaskan dalam QS al-Bayyinah ayat 5, umat Islam diperintahkan untuk menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan dan mendirikan shalat serta menunaikan zakat sebagai bentuk agama yang lurus. -
Keberanian Menghadapi Tantangan:
Keberanian moral Nabi Ibrahim dalam menjalankan perintah Allah menjadi teladan dalam menghadapi dinamika zaman. Dalam QS an-Nisa ayat 125, ditegaskan bahwa agama Ibrahim yang lurus adalah pilihan terbaik, karena ia menyerahkan dirinya secara ikhlas kepada Allah dan melakukan kebaikan. -
Semangat Pembaruan (Tajdid):
Keberagamaan Ibrahim tidak stagnan. Ia adalah pencari kebenaran yang gigih dan terus mendekat kepada Allah. QS al-Baqarah ayat 124 menggambarkan bagaimana Nabi Ibrahim diuji dengan berbagai perintah dan larangan, dan beliau menunaikannya dengan sempurna hingga diangkat menjadi imam bagi umat manusia.
“Islam berkemajuan,” menurut isi khutbah, “tidak hanya soal ibadah ritual, tetapi juga menyangkut keberanian moral, integritas spiritual, serta semangat pembaruan untuk terus memberi manfaat bagi sesama.”
Dalam konteks modern, semangat keberagamaan Nabi Ibrahim sangat relevan untuk dijadikan panduan. Umat Islam diharapkan mampu menyeimbangkan ketaatan kepada Allah dengan sikap terbuka, kolaboratif, serta tangguh dalam menghadapi tantangan global.
Khutbah tersebut juga mengajak jamaah untuk merefleksikan usia yang tersisa sebagai amanah yang harus digunakan untuk kebaikan, serta menggunakan harta bukan hanya untuk duniawi, melainkan juga sebagai bekal kebahagiaan akhirat.
Di akhir khutbah, umat diajak memanjatkan doa bersama agar keteladanan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail menginspirasi keimanan yang aktif, pengorbanan yang tulus, serta semangat hidup yang senantiasa berorientasi pada keberkahan dan kemaslahatan umat.
