SUKOREJO.KENDALMU.OR.ID. SMP Muhammadiyah 4 Sukorejo kembali berkolaborasi dengan SD Muhammadiyah Sukorejo menyelenggarakan acara Omega (Orangtua Mengaji) yang sempat vakum selama Ramadhan.
Acara pasca Idul fitri ini berlangsung meriah dan penuh makna yang berlangsung di halaman SD Muhammadiyah Sukorejo dengan melibatkan partisipasi siswa,guru, karyawan dan orangtua dari kedua sekolah tersebut.
Hadir sebagai narasumber utama, Ustadz Tahsya Ainul Haq menyampaikan kajian inspiratif tentang pentingnya peran keluarga dalam pendidikan anak.
Dalam ceramahnya, Ustadz Tahsya menyampaikan bahwa keluarga adalah sekolah pertama bagi anak, dengan ayah dan ibu sebagai pendidik utama.
“Keluarga merupakan media pertama dunia pendidikan bagi anak. Bapak sebagai kepala sekolah dengan kurikulum terbaiknya, sedangkan Ibu sebagai pendidiknya,” kata Ustadz Tahsya dihadapan ratusan orang tua SD Muh Sukorejo dan SMP Muh 4 Sukorejo, Sabtu (19/4/2025)
Lebih lanjut Sang Ustadz menjelaskan tentang nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam Al Qur’an Surat Luqman.
Pertama, kata Ustadz, menanamkan keimanan (Aqidah) sebagai fondasi utama dalam rangka menjauhkan anak dari api neraka.
“Anak harus diajarkan sejak dini bahwa Allah adalah satu-satunya Tuhan yang layak disembah. Tidak boleh menyekutukan-Nya dengan apapun. Ini adalah dasar keimanan (tauhid) yang membentuk hubungan yang kuat antara anak dan Tuhannya,” terangnya mengutip Al qur’an Surat Luqman ayat 13 :
وَاِذْ قَالَ لُقْمٰنُ لِابْنِهٖ وَهُوَ يَعِظُهٗ يٰبُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللّٰهِ ۗاِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيْمٌ
Artinya: (Ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, saat dia menasihatinya, “Wahai anakku, janganlah mempersekutukan Allah! Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) itu benar-benar kezaliman yang besar.
Yang kedua, mengajarkan pentingnya berbakti kepada orang tua, serta tidak menyakiti hati mereka dalam keadaan apa pun.
“Allah secara langsung memerintahkan anak untuk berbuat baik kepada orang tua, dengan menekankan pengorbanan seorang ibu saat mengandung, melahirkan, dan menyusui,” terangnya.
Menurut Ustadz Tahsya menyakiti hati orang tua, apalagi ibu, adalah tindakan yang bertentangan dengan nilai syukur dan akhlak Islami.
“Menyakiti hati orang tua bisa berupa perkataan yang kasar atau merendahkan, sikap acuh, membantah, atau durhaka, dan tidak menghargai pengorbanan mereka,” sebutnya.
Adapun yang ketiga, kedua orang tua memberi pemahaman bahwa tidak ada perbuatan yang sia-sia, karena setiap amal baik maupun buruk pasti akan dibalas, baik di dunia maupun di akhirat.
Yang ke empat kata Ustadz menjaga dan mendirikan salat, dalam keadaan apa pun dan sesibuk apa pun.
“Salat adalah perwujudan utama tauhid dan bentuk paling nyata syukur kepada Allah, karena perintah salat sebagai bentuk konsistensi iman dan penguatan karakter ibadah,” tegasnya sambil mengutip Al qur’an Surat Luqman ayat 17 :
يٰبُنَيَّ اَقِمِ الصَّلٰوةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوْفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلٰى مَآ اَصَابَكَۗ اِنَّ ذٰلِكَ مِنْ عَزْمِ الْاُمُوْرِ
Artinya: ‘Wahai anakku! Laksanakanlah salat dan suruhlah (manusia) berbuat yang makruf dan cegahlah (mereka) dari yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu, sesungguhnya yang demikian itu termasuk perkara yang penting.’
Adapun yang ke lima adalah menanamkan sikap rendah hati, serta menghindarkan anak dari sifat sombong karena di hadapan Allah SWT semua manusia adalah sama.
Dikatakan, karakter penting dalam pendidikan anak adalah tawadhu’ (rendah hati), menjauhkan dari kesombongan, dan membentuk etika sosial yang baik dalam pergaulan.
“Luqman menasihati anaknya agar memiliki sikap rendah hati dan menghindari kesombongan,” ujarnya mensitir Surat Luqman ayat 18-19
وَلَا تُصَعِّرۡ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمۡشِ فِى الۡاَرۡضِ مَرَحًا ؕ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخۡتَالٍ فَخُوۡرٍۚ
وَاقۡصِدۡ فِىۡ مَشۡيِكَ وَاغۡضُضۡ مِنۡ صَوۡتِكَؕ اِنَّ اَنۡكَرَ الۡاَصۡوَاتِ لَصَوۡتُ الۡحَمِيۡرِ
Artinya : ‘Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari manusia (karena sombong) dan janganlah berjalan di bumi dengan angkuh. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri’
‘Dan sederhanakanlah dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu, Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.’
Ustadz Tahsya berharap Omega dapat menjadi bekal dan inspirasi bagi para orang tua serta tenaga pendidik dalam membentuk karakter anak sejak usia dini, dimulai dari lingkungan keluarga.
“Kegiatan Omega ini bisa menjadi sarana sinergi antara sekolah dan keluarga dalam membangun generasi yang religius dan berakhlak mulia dalam kehidupan sosial,” pintanya. (mumtaz)
Kontributor : Nadia Puspa Rini
Editor : Abdul Ghofur