NGAMPEL.KENDALMU.OR.ID. Iduladha bukan sekadar perayaan penyembelihan hewan kurban, tapi lebih dari itu, ia adalah momen spiritual untuk meneladani jiwa pengorbanan Nabi Ibrahim dan anaknya, Nabi Ismail.
Hal ini disampaikan oleh Wakil Ketua PD Muhammadiyah Kendal, Ustadz H. Muntoha dalam khutbah Iduladha 1446 H yang digelar di halaman SDN Kebonagung, Ngampel, Kendal, Jumat (6/6/2025).
Di hadapan puluhan jamaah, Ustadz Muntoha membuka khutbahnya dengan mengingatkan kembali peran sentral Nabi Ibrahim dalam sejarah kenabian dan ketauhidan, sebagaimana disebutkan dalam Surat Al-Baqarah ayat 124.
وَاِذِ ابْتَلٰٓى اِبْرٰهٖمَ رَبُّهٗ بِكَلِمٰتٍ فَاَتَمَّهُنَّۗ قَالَ اِنِّيْ جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ اِمَامًاۗ قَالَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِيْۗ قَالَ لَا يَنَالُ عَهْدِى الظّٰلِمِيْنَ ١٢٤
Artinya : “(Ingatlah) ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat, lalu dia melaksanakannya dengan sempurna. Dia (Allah) berfirman, “Sesungguhnya Aku menjadikan engkau sebagai pemimpin bagi seluruh manusia.” Dia (Ibrahim) berkata, “(Aku mohon juga) dari sebagian keturunanku.” Allah berfirman, “(Doamu Aku kabulkan, tetapi) janji-Ku tidak berlaku bagi orang-orang zalim.
Ayat ini, kata Ustadz Muntoha menegaskan bahwa Ibrahim diuji oleh Allah dengan sejumlah “kalimat”, yaitu perintah-perintah yang berat, namun dijalankan dengan sempurna hingga Allah mengangkatnya menjadi imam bagi seluruh umat manusia.
“Ujian dari Allah bukan hukuman,” ujar Ustadz Muntoha. “Tapi bentuk pendidikan spiritual untuk menjadikan seseorang dekat dan mulia di sisi-Nya. Seperti Ibrahim dan Ismail, yang menjadi contoh manusia paripurna dalam iman, sabar, dan kepasrahan total.”
Dia menjelaskan ujian-ujian besar Ibrahim: Dari Padang Gersang hingga Api yang Tak Membakar
Mengutip pendapat Imam Baidhowi, Ustadz Muntoha menjelaskan bahwa istilah “kalimat” dalam ayat tersebut bermakna ujian-ujian syariat yang menuntut ketaatan total, di antaranya: disunat di usia tua, diperintah menyembelih anak sendiri, meninggalkan keluarga di tanah gersang, dibakar oleh Raja Namrud, hingga memikul amanah dakwah melawan kekufuran.
“Ibrahim bukan sekadar nabi. Ia adalah simbol keikhlasan dan keteguhan hati yang melewati segala ujian dengan sempurna,” jelasnya sambil menyitir QS. Al-Mumtahanah: 4 bahwa “pada diri Ibrahim terdapat teladan terbaik.”
Empat Nilai Pendidikan Spiritual dari Ibrahim dan Keluarganya
Ustadz Muntoha kemudian merinci empat ujian utama yang dihadapi Nabi Ibrahim, yang sarat hikmah dan relevan untuk kehidupan umat Islam hari ini.
Pertama doa tak pernah putus:
Nabi Ibrahim diuji dengan kesabaran menanti keturunan hingga usia tua. Namun, ia tidak pernah berhenti berdoa: “Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku keturunan yang saleh” (QS. Ash-Shaffat: 100). Allah pun mengaruniakan Ismail dari Siti Hajar, dan kemudian Ishaq dari Sarah.
Hikmah: Doa yang tulus akan didengar, meski jawabannya datang lewat jalan dan waktu yang tak disangka.
Kedua husnuzan kepada Allah:
Tanpa penjelasan, Ibrahim meninggalkan Hajar dan bayi Ismail di padang tandus Makkah atas perintah Allah. Saat Hajar bertanya, “Apakah ini perintah Allah?”, dan dijawab ya, ia berkata: “Kalau begitu, Allah tidak akan menyia-nyiakan kami.”
Ustadz Muntoha menjelaskan dalam hidup, kita sering tak mengerti rencana Allah. Tapi yakinlah, setiap langkah dalam ketaatan akan mengantarkan kita pada kemuliaan.
Ketiga kepatuhan total kepada Allah.
Puncak ujian datang saat Ibrahim diperintah menyembelih anaknya sendiri. Ismail pun rela menjalani perintah itu tanpa ragu. Namun Allah menebusnya dengan hewan sembelihan.
Hikmah: Ujian cinta tertinggi adalah mencintai Allah lebih dari segala yang kita miliki, bahkan anak sendiri. Dari peristiwa inilah lahir syariat kurban yang kita kenang setiap Iduladha.
Keempat keberanian membela Tauhid:
Ibrahim dihukum Raja Namrud dengan dibakar hidup-hidup karena menghancurkan berhala. Namun Allah berfirman: “Wahai api, jadilah dingin dan keselamatan bagi Ibrahim” (QS. Al-Anbiya: 69).
Menuru Ustadz Muntoha, hikmah yang terkandung adalah sikap keberanian membela kebenaran harus lebih besar dari rasa takut terhadap dunia. Di saat paling gelap, pertolongan Allah justru paling dekat.
Dalam penutup khutbahnya, Ustadz Muntoha menegaskan bahwa Iduladha bukan sekadar menyembelih kambing atau sapi, tapi juga menyembelih ego, rasa kepemilikan, dan kecintaan dunia yang berlebihan. Seperti Ibrahim, kita diuji agar semakin layak menjadi hamba-Nya.
“Mari kita ambil semangat Ibrahim: ikhlas dalam pengorbanan, yakin dalam ketaatan, dan sabar dalam ujian. Karena hanya dengan itulah, derajat manusia bisa naik di sisi Allah,” pungkasnya. (fur)