NGAMPEL.KENDALMU.OR.ID. Al-Qur’an bukan hanya sebagai kitab suci umat Islam, tetapi juga panduan hidup yang sarat nilai dan pelajaran, baik tentang keyakinan, hukum, maupun akhlak.
Hal ini menjadi inti dari kajian Ahad Pagi Al-Ikhlas PCM Ngampel yang digelar pada Minggu (11/5/2025) di Aula Kecamatan Ngampel, Kabupaten Kendal.
Dalam kesempatan itu, Ustadz Musyafak, yang juga dikenal sebagai Bendahara dan mantan Ketua PCM Ngampel, menekankan pentingnya mengamalkan akhlak mulia sebagaimana diajarkan dalam Al-Qur’an.
Ia mengingatkan bahwa kedekatan seseorang dengan ibadah seperti salat malam atau tilawah Al-Qur’an tidak serta merta mencerminkan akhlaknya yang baik.
“Ada yang tekun ibadah, rajin membaca Al-Qur’an dan tafsirnya, tapi akhlaknya belum mencerminkan nilai-nilai yang dibaca. Maka akhlak harus menjadi cerminan utama,” ujar Ustadz Musyafak membuka kajian.
Dalam kajian tersebut, Ustadz Musyafak mengangkat sepuluh ayat Al-Qur’an yang berkaitan langsung dengan pembentukan akhlak seorang muslim. Enam ayat utama yang dibahas antara lain:
Pertama Berbuat Baik kepada Sesama Mengutip Surat An-Nisa ayat 36,
وَاعْبُدُوا اللّٰهَ وَلَا تُشْرِكُوْا بِهٖ شَيْـًٔا وَّبِالْوَالِدَيْنِ اِحْسَانًا وَّبِذِى الْقُرْبٰى وَالْيَتٰمٰى وَالْمَسٰكِيْنِ وَالْجَارِ ذِى الْقُرْبٰى وَالْجَارِ الْجُنُب وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْۢبِ وَابْنِ السَّبِيْلِۙ وَمَا مَلَكَتْ اَيْمَانُكُمْۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالًا فَخُوْرًاۙ
Artinya: “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabil, serta hamba sahaya yang kamu miliki. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang sombong lagi sangat membanggakan diri.” (An-Nisa : 36)
Ustadz Musyafak menekankan pentingnya berbuat baik kepada orang tua, kerabat, tetangga, yatim, miskin, dan kaum dhuafa. Ia mencontohkan teladan Nabi Muhammad SAW saat Perang Badar, yang tetap menjunjung tinggi nilai berbagi dan persaudaraan.
“Pasukan Quraisy melihat bagaimana Nabi dan para sahabat makan bersama dengan adil dan penuh solidaritas. Ini yang membuat moral musuh jatuh, karena melihat akhlak pasukan muslim,” jelasnya.
Kedua Berbakti kepada Orang Tua
Dari Surat Al-Isra ayat 23, Ustadz Musyafak mengingatkan jamaah untuk tidak berkata kasar, apalagi membentak orang tua. Ia juga mengajak mereka yang orang tuanya masih hidup untuk tidak lupa mendoakan dan memaafkan orang tua usai salat.
وَقَضٰى رَبُّكَ اَلَّا تَعْبُدُوْٓا اِلَّآ اِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ اِحْسٰنًاۗ اِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ اَحَدُهُمَآ اَوْ كِلٰهُمَا فَلَا تَقُلْ لَّهُمَآ اُفٍّ وَّلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيْمًا ٢٣
Artinya, “Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, serta ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik.” (Al-Isra ayat 23)
Ketiga Mendoakan Orang Tua.
Masih merujuk ayat yang sama, beliau menekankan pentingnya menjadikan doa kepada kedua orang tua sebagai kebiasaan harian, bahkan saat mereka telah tiada.
“Mari kita jadikan mendoakan kepada ayah dan ibu sebagai bagian rutin dalam aktivitas harian, terutama setelah ibadah seperti salat,” pintanya.
“Karena dalam Islam, berbakti kepada orang tua tidak hanya dilakukan dengan tindakan saat mereka masih hidup, tetapi juga dengan terus mendoakan mereka, baik ketika mereka masih ada maupun setelah wafat,”imbuhnya.
Keempat Tidak Mengejek Orang Lain
Mengejek orang lain adalah perbuatan yang mencerminkan akhlak buruk dan sangat dilarang dalam Islam.
“Tindakan ini tidak hanya menyakiti perasaan orang yang diejek, tetapi juga mencerminkan kesombongan dan rendahnya kesadaran diri seseorang terhadap pentingnya saling menghargai,” katanya mengutip ayat Al qur’an Surat Al-Hujurat ayat 11,
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِّنْ قَوْمٍ عَسٰٓى اَنْ يَّكُوْنُوْا خَيْرًا مِّنْهُمْ وَلَا نِسَاۤءٌ مِّنْ نِّسَاۤءٍ عَسٰٓى اَنْ يَّكُنَّ خَيْرًا مِّنْهُنَّۚ وَلَا تَلْمِزُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوْا بِالْاَلْقَابِۗ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوْقُ بَعْدَ الْاِيْمَانِۚ وَمَنْ لَّمْ يَتُبْ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الظّٰلِمُوْنَ ١١
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan itu) lebih baik daripada mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olok) perempuan lain (karena) boleh jadi perempuan (yang diolok-olok itu) lebih baik daripada perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela dan saling memanggil dengan julukan yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) fasik setelah beriman. Siapa yang tidak bertobat, mereka itulah orang-orang zalim. “ (Al-Hujurat ayat 11).
Ustadz Musyafak mengingatkan bahwa kebiasaan mengejek seringkali dilakukan secara berkelompok. Ia menyarankan anak-anak muda agar memilih lingkungan pergaulan yang positif.
“Biasanya mengejek itu cari teman. Maka hindarilah teman yang suka merendahkan orang lain. Perbanyak ikut kajian di masjid, itu insyaAllah membuat hati lebih bersih,” tambahnya.
Kelima dan Keenam Menahan Amarah dan Memaafkan
Dikatakan, bahwa orang bertakwa adalah mereka yang mampu menahan amarah dan memaafkan kesalahan orang lain.
“Menahan amarah berarti tidak melampiaskan kemarahan meskipun punya alasan atau kesempatan untuk marah. Ini menunjukkan kekuatan jiwa dan kedewasaan iman. Dalam Islam, orang yang bisa menahan amarah bukan dianggap lemah, justru dipandang sebagai pribadi yang kuat,” tegasnya mengutip Al qur’an surat Ali Imran ayat 133-134,
وَسَارِعُوْٓا اِلٰى مَغْفِرَةٍ مِّنْ رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمٰوٰتُ وَالْاَرْضُۙ اُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِيْنَۙ
الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ فِى السَّرَّۤاءِ وَالضَّرَّۤاءِ وَالْكٰظِمِيْنَ الْغَيْظَ وَالْعَافِيْنَ عَنِ النَّاسِۗ وَاللّٰهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِيْنَۚ
Artinya: “Bersegeralah menuju ampunan dari Tuhanmu dan surga (yang) luasnya (seperti) langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa. (yaitu) orang-orang yang selalu berinfak, baik diwaktu lapang maupun sempit, orang-orang yang mengendalikan kemurkaannya, dan orang-orang yang memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan.”
Menurut Ustaz Musyafak, sikap menahan amarah dan memaafkan adalah kunci untuk membangun hubungan sosial yang sehat dan damai.
Kajian Ahad Pagi yang rutin digelar ini tidak hanya bertujuan menambah pengetahuan keislaman, tetapi juga mendorong jamaah untuk mengimplementasikan nilai-nilai Al-Qur’an dalam kehidupan nyata. Di akhir kajian, Ustadz Musyafak berpesan agar setiap muslim senantiasa melakukan introspeksi terhadap sikap dan perilaku sehari-hari.
“Jangan hanya hafal ayat, tapi lupa menjalankannya. Akhlak yang baik akan memantulkan cahaya Islam itu sendiri dalam masyarakat,” tutupnya. (rio)
Kontributor : Ario Bagus Pamungkas
Editor : Abdul Ghofur