KENDAL, KENDALMU.OR.ID – Fenomena gerhana bulan yang terjadi pada Senin dini hari (8/9/2025) dimaknai secara mendalam oleh Takmir Masjid Mujahidin Kendal.
Ratusan jamaah larut dalam kekhusyukan shalat gerhana berjamaah, dipimpin oleh imam Ustadz Syahrul Rofi’, dengan khutbah disampaikan Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah Kendal Kota, Ustadz Achmad Sholeh.
Dalam khutbahnya, Ustadz Sholeh mengajak jamaah memuji kebesaran Allah dan menjadikan gerhana sebagai pengingat untuk memperbanyak ibadah dengan penuh keikhlasan. Ia mengutip firman Allah dalam QS. Al-An’am ayat 162:
قُلْ اِنَّ صَلَاتِيْ وَنُسُكِيْ وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِيْ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَۙ ١٦٢
“Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.”

Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa fenomena alam seperti gerhana bulan harus dipahami secara benar, sebagaimana tuntunan Rasulullah SAW.
“Dalam Islam, bulan hanyalah makhluk ciptaan Allah, bukan Khaliq yang patut disembah. Ia tunduk sepenuhnya pada ketetapan Allah, termasuk dalam peredaran dan peristiwa gerhana,” tegasnya sambil mengutip QS. Fushshilat ayat 37 tentang larangan menyembah matahari dan bulan.
وَمِنْ اٰيٰتِهِ الَّيْلُ وَالنَّهَارُ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُۗ لَا تَسْجُدُوْا لِلشَّمْسِ وَلَا لِلْقَمَرِ وَاسْجُدُوْا لِلّٰهِ الَّذِيْ خَلَقَهُنَّ اِنْ كُنْتُمْ اِيَّاهُ تَعْبُدُوْنَ ٣٧
Artinya: ‘Sebagian dari tanda-tanda (kebesaran)-Nya adalah malam, siang, matahari, dan bulan. Janganlah bersujud pada matahari dan jangan (pula) pada bulan. Bersujudlah kepada Allah yang menciptakannya jika kamu hanya menyembah kepada-Nya.’
Menurut Ustadz Sholeh, ada tiga pesan utama dari gerhana bulan.
Pertama, umat Islam diajak meninggalkan mitos dan keyakinan keliru, serta menjadikan gerhana sebagai tanda kebesaran Allah.
“Gerhana adalah momentum untuk kembali kepada Allah, bukan menakuti diri dengan tahayul,” katanya.

Kedua, gerhana menjadi bagian dari ayat kauniah—tanda kebesaran Allah di alam semesta. “Bulan dan matahari hanyalah makhluk yang tunduk pada aturan Allah. Sedangkan manusia diberi amanah sebagai khalifah di muka bumi, yang wajib menjaga dan memakmurkan bumi, bukan merusaknya,” jelasnya.
Ketiga, umat Islam perlu menelaah fenomena alam dengan pendekatan ilmu pengetahuan. Islam, katanya, adalah agama yang menempatkan ilmu pada posisi mulia.
“Dengan kajian ilmu alam, generasi terdahulu semakin kuat imannya. Demikian pula seharusnya generasi muslim di abad 21 ini, semakin kokoh imannya dengan ilmu,” tambahnya.
Rangkaian shalat gerhana bulan di Masjid Mujahidin tidak berhenti di situ. Jamaah melanjutkan dengan shalat tahajud berjamaah, sahur bersama, hingga ditutup dengan shalat subuh berjamaah.
Suasana khidmat dan penuh kekeluargaan menjadi bukti bahwa fenomena alam bisa menyatukan umat dalam keimanan, ilmu, dan amal kebajikan. (fur)