KANGKUNG, KENDALMU.OR.ID – Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Kangkung kembali menggelar Pengajian Ahad Pagi “An Nur” pada Ahad (07/12/2025) di SD IT Muhammadiyah Truko.
Kegiatan rutin tersebut dipandu oleh Kurnia, guru SD IT Muhammadiyah Truko, sementara pembacaan ayat suci Al-Qur’an dibawakan oleh seorang siswi kelas V SD IT Muhammadiyah Truko. Pengajian menghadirkan mubaligh Ustadz Masduki dari Gringsing, Batang.
Ratusan jamaah dari berbagai kalangan memadati lokasi pengajian hingga memenuhi tiga ruang kelas utama, teras, dan halaman sekolah.

Ketua PRM Truko, Mukri, menyebut antusiasme jamaah meningkat karena kerinduan untuk kembali mendengarkan tausiyah Ustadz Masduki.
“Jamaah sudah lama menantikan kehadiran beliau,” ujarnya.
Mengawali tausiyah, Ustadz Masduki mengangkat tema “Hidup Nyaman”, yang ia definisikan sebagai keadaan menyenangkan, menggembirakan, dan membahagiakan, baik di dunia maupun kelak di alam kubur. Ia menegaskan bahwa kenyamanan bersifat relatif dan tidak selalu ditentukan oleh banyaknya harta atau kecerdasan seseorang.
“Orang kaya belum tentu merasa nyaman. Ada yang sepanjang hari hanya resah menghitung kekayaannya. Sementara orang yang pas-pasan justru tidur lebih nyenyak,” jelasnya.

Ia menekankan bahwa kenyamanan tidak semestinya dinikmati sendiri, tetapi harus dibagikan kepada sesama. Ia mencontohkan bencana banjir bandang yang membawa gelondongan kayu dari hutan sebagai akibat dari segelintir pihak yang mengejar kenyamanan pribadi hingga merugikan masyarakat luas.
Menurut Ustadz Masduki, kenyamanan adalah anugerah yang harus disikapi melalui tindakan kebaikan, seperti tidak berlebihan mencintai harta, gemar berbagi, dan taat beribadah.

“Orang baik itu terlihat ketika diuji dengan banyak harta. Ia tetap santun, bersyukur, menunaikan zakat, berinfak, dan bersedekah,” ujarnya.
Sebaliknya, ia mengingatkan agar umat berhati-hati dari sikap buruk yang justru menghilangkan kenyamanan hidup.
“Ada orang banyak hartanya, tetapi pelit, arogan, suka pamer, dan menolong karena pamrih. Itu tanda ketidakbaikan. Ujian kenyamanan itu lebih berat daripada ujian kesederhanaan,” tambahnya.
Dalam ceramahnya, ia menyampaikan empat syarat untuk meraih kenyamanan sejati, yakni Kenyamanan Fisik melalui upaya mengurangi makan dan minum yang berlebihan, Kenyamanan Hati dengan mengurangi dosa dan menjauhi kesenangan yang tidak bermanfaat, Kenyamanan Lisan dengan membatasi pembicaraan yang tidak perlu, seperti dusta, fitnah, dan ghibah. “Imam Al-Ghazali mengatakan, dosa yang paling banyak adalah dari lisan,” tegasnya, dan Kenyamanan Jiwa, yakni kondisi batin yang tenteram melalui pengelolaan emosi, hubungan yang baik, kesehatan fisik, dan kesadaran spiritual.

Menutup tausiyah, Ustadz Masduki menegaskan ciri-ciri jiwa yang nyaman: mampu menerima diri sendiri dan orang lain, tenang menghadapi tantangan hidup, memiliki pola pikir positif, dan merasa hidupnya bermakna. Pengajian berakhir dengan doa bersama, dan jamaah tampak antusias menyerap pesan-pesan yang disampaikan. (yani)
