SEMARANG.KENDALMU.OR.ID. Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Tengah, Prof. Masrukhi, mengajak umat Islam untuk merenungkan kembali makna penciptaan manusia dan esensi ibadah haji dalam sebuah tausiyah yang sarat makna spiritual.
Hal tersebut disampaikan pada pengajian Kamis pagi, (9/5/2025) di Unimus . Ia mengisahkan peristiwa metafisis jauh sebelum Nabi Adam AS diciptakan, sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Al-Azraqi.
Menurutnya, saat para malaikat berkumpul di Arsy, Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan khalifah di muka bumi” [QS. Al-Baqarah: 30]. Para malaikat sempat mempertanyakan rencana itu, menyebut kemungkinan kerusakan dan pertumpahan darah di bumi. Namun, Allah menegaskan, “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kalian ketahui.”
Merasa khawatir akan kemurkaan Allah, para malaikat lalu bertawaf di Arsy sambil melafalkan kalimat talbiyah. Peristiwa ini, ujar Masrukhi, diyakini terjadi 2.000 tahun sebelum penciptaan Adam dan menjadi asal mula prosesi tawaf yang kini menjadi bagian dari ibadah haji.
Masrukhi menekankan bahwa haji bukan sekadar ritual fisik, melainkan perjalanan spiritual menuju keridaan Allah. “Jemaah haji menempuh rangkaian ibadah di tengah panas dan kepadatan, semata-mata demi mencari rida-Nya,” ujarnya.
Ia mengutip sabda Nabi Muhammad SAW, “Haji yang mabrur tidak ada balasannya kecuali surga” [HR. Bukhari dan Muslim]. Di momen haji, kata Masrukhi, banyak jemaah yang menangis, merunduk, dan mengakui dosa-dosa masa lalu sebagai bentuk penghambaan sejati.
Dalam tausiyahnya, Masrukhi juga mengutip pemikiran cendekiawan Muslim asal Iran, Ali Syariati. Menurut Syariati, pakaian ihram melambangkan kemurnian, kepasrahan, dan ketulusan manusia di hadapan Tuhan. Namun, dalam kehidupan sehari-hari, manusia kerap meninggalkan “pakaian kemanusiaannya” dan mengenakan “pakaian kebinatangan” seperti licik (tikus), haus kuasa (singa), atau tunduk pada kezaliman (kambing).
Masrukhi menyerukan agar umat Islam kembali mengenakan pakaian ihram secara maknawi. “Putihnya pakaian harus mencerminkan kebersihan hati. Dalam keseharian, kita harus terus berikhtiar tunduk dan hanya berbuat kebajikan karena Allah,” ujarnya.
Tausiyah ditutup dengan doa agar jemaah haji meraih predikat haji mabrur, dan umat Islam di tanah air senantiasa dibimbing dalam jalan kebaikan dan penghambaan sejati.
