BOJA, KENDALMU.OR.ID– Musholla At-Taqwa kembali menggelar Pengajian Subuh Ceria, Sabtu pagi (22/11/2025) menghadirkan Ustadz Mahtum AS sebagai penceramah.
Acara rutin sebulan sekali ini diikuti oleh jamaah Musholla At-Taqwa, Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Boja, serta Ketua dan anggota Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) Boja Barat.
Kegiatan ini tidak hanya menjadi sarana pengajian, tetapi juga media mempererat silaturahmi antarjamaah. Acara diakhiri dengan sabar (sarapan bersama) yang hangat dan penuh keakraban.

Dalam ceramahnya, Ustadz Mahtum AS menekankan bahaya riya’ dalam beramal. Mengutip Sayyidina Ali ibn Abi Thalib dari Ihyâ’ ‘Ulûmiddîn karya Imam al-Ghazali, ia menjelaskan:
“Orang riya’ memiliki empat ciri: malas ketika sendirian, rajin saat di tengah banyak orang, amalnya meningkat kala dipuji, dan amalnya menurun kala ditegur.” ujarnya.
Ustadz Mahtum menegaskan bahwa riya’ oleh Rasulullah SAW disebut sebagai syirik kecil, karena dalam perilaku ini seseorang secara tidak sadar menyekutukan Allah dengan nafsu diri sendiri atau respons orang lain.
Ia menjelaskan, saat seseorang melakukan kebaikan tetapi tujuannya lebih untuk dilihat atau dipuji orang lain, maka amalan tersebut tidak murni karena Allah.

“Riya’ membuat hati terikat pada penilaian manusia, bukan pada ridha Allah. Seseorang yang riya’ sering menyesuaikan amalnya dengan siapa yang melihat atau memberi pujian, sehingga kebaikan itu menjadi fluktuatif, naik turun, dan tidak konsisten,” ujarnya.
Ustadz Mahtum menambahkan, meski terlihat sepele, riya’ bisa menggerus nilai spiritual seorang mukmin.
“Syirik kecil ini tidak sekeras syirik besar yang menyekutukan Allah dengan sesuatu selain-Nya, tetapi efeknya sama seriusnya karena dapat merusak keikhlasan, yang merupakan inti dari setiap ibadah dan amal shaleh,” tambahnya.
Ia mengingatkan jamaah bahwa amal yang diterima Allah harus lahir dari niat yang tulus, bukan dari keinginan mendapatkan pujian atau pengakuan dari orang lain.

Dengan memahami bahaya riya’, seorang mukmin diharapkan mampu menjaga keikhlasan dalam setiap amal, sekaligus meningkatkan kualitas ibadahnya secara konsisten.
“Amal yang dihinggapi riya’ tidak tulus lillahi ta’ala. Fluktuasi kebaikan seseorang sering tergantung pada bagaimana orang lain menilainya,” jelasnya.
Selain itu, ia menekankan bahwa setiap amal harus berlandaskan ilmu, niat yang benar, kesabaran, dan keikhlasan.
Menurutnya, ilmu dibagi menjadi tiga jenis, yakni ilmu pasti, seperti hisab atau perhitungan gerhana, ilmu hasil percobaan dan pengalaman, seperti memasak, dan ilmu perkhabaran, termasuk ilmu agama, yang harus diperhatikan sumber dan orang yang menyampaikannya.
Pengajian Subuh Ceria di Musholla At-Taqwa ini menjadi pengingat penting bagi jamaah untuk menjaga keikhlasan dalam setiap amal, sekaligus memperkuat ikatan ukhuwah antarwarga musholla.
Setelah menyimak ceramah dan mendalami pesan-pesan agama, jamaah Musholla At-Taqwa berkumpul menikmati hidangan sederhana sambil berbincang santai, bertukar pengalaman, serta memperkuat kebersamaan antaranggota.
Tradisi sarapan bersama ini tidak hanya mengisi energi fisik setelah shalat Subuh, tetapi juga menjadi bagian penting dari upaya memakmurkan musholla dan membangun kekompakan komunitas. (supardi)
