NGAMPEL. KENDALMU.OR.ID. Tauhid adalah pondasi utama dalam kehidupan seorang Muslim. Ia bukan sekadar konsep teologis, melainkan sumber kekuatan spiritual yang memengaruhi setiap gerak langkah dalam kehidupan. Namun ironisnya, masih banyak umat Islam yang tidak menyadari bahwa mereka kerap melakukan praktik yang bertentangan dengan prinsip Tauhid itu sendiri.
Hal inilah yang menjadi inti pembahasan dalam Kajian Ahad Pagi Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Ngampel pada Ahad (27/08/2025), yang digelar di Aula Kecamatan Ngampel. Ustaz Supri, selaku pengisi kajian, menyampaikan materi bertajuk “Meneguhkan Tauhid di Tengah Kepungan Syirik” dengan gaya lugas, jenaka, dan menyentuh.
“Tauhid adalah pegangan pokok umat Islam yang menentukan arah hidup kita. Jangan mencampurinya dengan syirik. Hanya Allah yang berhak disembah,” tegas Ust. Supri membuka kajian.
Dalam paparannya, ia mengingatkan bahwa seorang Muslim harus menghadirkan Allah dalam setiap aktivitasnya. Contoh paling sederhana, saat seseorang hendak keluar rumah dan mengucap “Bismillah” serta memberi salam—itu merupakan bentuk penyerahan diri dan permohonan perlindungan kepada Allah. Namun, ia menyesalkan masih banyak masyarakat yang percaya pada hal-hal berbau takhayul, seperti keberadaan tuyul, pesugihan, dan berbagai praktik mistik lainnya.
“Banyak kejadian di masyarakat kita yang secara tidak sadar mengandung syirik. Maka, perlu penguatan akidah Tauhid agar ibadah yang kita lakukan tidak sia-sia,” ujarnya.
Ia kemudian mengutip ayat Al-Qur’an dari surat Az-Zumar ayat 65–66 sebagai penegasan bahwa kesyirikan bisa menghapus seluruh amal kebaikan:
“Dan sungguh, telah diwahyukan kepadamu dan kepada nabi-nabi sebelummu, ‘Sungguh, jika engkau mempersekutukan (Allah), niscaya akan terhapuslah amalmu dan engkau pasti termasuk orang-orang yang merugi.’ Maka hendaklah Allah saja yang kamu sembah dan hendaklah kamu termasuk orang-orang yang bersyukur.” (QS. Az-Zumar: 65–66)
Ust. Supri mengingatkan bahwa bahkan pada masa sebelum Nabi Muhammad SAW, ajaran Tauhid sudah dibawa oleh para nabi terdahulu. Namun kenyataannya, masyarakat tetap menyembah selain Allah, dan menjadikan berhala sebagai perantara. Ia mencontohkan kisah pasukan Gajah yang dipimpin Raja Abrahah saat hendak menghancurkan Ka’bah. Saat itu, Abdul Muthalib berkata bahwa Ka’bah dijaga oleh Allah, padahal di dalamnya masih terdapat berhala seperti Lata dan Uzza.
Dalam gaya ceramahnya yang jenaka namun sarat makna, Ust. Supri menyindir praktik-praktik yang masih melenceng dari ajaran Tauhid.
“Sering kita jumpai orang datang ke makam bukan untuk mendoakan yang wafat, tapi malah minta didoakan. Ini terbalik,” candanya disambut tawa jamaah.
Menutup kajian, ia menegaskan bahwa hakikat ibadah harus berlandaskan Tauhid yang murni. Tauhid adalah ruh dari seluruh amal. Dengan Tauhid yang lurus, manusia akan terbebas dari perbudakan dunia, terhindar dari syirik, dan fokus menjalani hidup dalam ketaatan kepada Allah SWT.
“Tauhid adalah ruqyah paling mujarab bagi hidup kita. Segala dosa—selain syirik—meskipun sebesar dunia, insyaAllah akan diampuni jika kita menjaga kemurnian Tauhid,” tutupnya penuh semangat.
Kajian Ahad Pagi ini diharapkan dapat memperkuat fondasi keimanan para kader Muhammadiyah di Ngampel, terutama di tengah derasnya arus ideologi-ideologi menyimpang yang mengaburkan kemurnian Tauhid. Dengan penguatan akidah, Muhammadiyah tak hanya berdiri sebagai gerakan sosial dan pendidikan, tetapi juga sebagai penjaga kemurnian ajaran Islam di tengah umat. (rio)
Kotributor: Ario Bagus Pamungkas. Editor: Abdul Ghofur