Oleh : Azhar Zakiy Ardhani
Di tengah arus kehidupan modern yang kian menonjolkan individualisme, Pondok Pesantren Muhammadiyah Darul Arqam Patean menghadirkan sebuah oase pendidikan karakter yang menyejukkan. Melalui program Shadaqah Qabla Dirasah (SQD) — sedekah sebelum belajar — pondok ini menanamkan nilai-nilai kemanusiaan, keikhlasan, dan solidaritas sosial kepada para santri sejak dini.
Program sederhana ini dilaksanakan setiap Kamis pagi sebelum pelajaran dimulai, di mana para santri bergiliran mengisi kotak shadaqah yang disiapkan. Tidak ada paksaan, tidak ada jumlah yang ditentukan. Yang ditanamkan adalah semangat memberi, bukan sekadar nominalnya. SQD menjadi ruang latihan spiritual bagi para santri untuk belajar ikhlas dalam berbagi, bahkan dari hal kecil yang mereka miliki.
Program ini lahir dari keprihatinan para asatidz terhadap kesenjangan ekonomi di antara para santri. Ada sebagian santri yang kesulitan memenuhi kebutuhan harian, bahkan untuk sekadar jajan di kantin. Dari kegelisahan itulah muncul gagasan untuk menghadirkan mekanisme berbagi yang mendidik, bukan sekadar memberi. SQD kemudian dijalankan di bawah naungan bagian Pengasuhan Santri, dan hingga kini tetap eksis serta menjadi kebanggaan pondok.
Namun, lebih dari sekadar membantu kebutuhan santri, Shadaqah Qabla Dirasah mengandung misi pendidikan karakter yang mendalam. Dari sinilah santri belajar bahwa sedekah bukan hanya tentang uang, melainkan tentang hati. Bahwa kebahagiaan sejati justru tumbuh ketika kita mampu meringankan beban orang lain, walau sedikit.
Spirit dari program ini berakar kuat pada Surat Ali Imran ayat 92:
“Kamu sekali-kali tidak akan mencapai kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai.”
Ayat ini mengajarkan bahwa kebaikan sejati tidak lahir dari kelimpahan, melainkan dari keikhlasan. Menurut tafsir Ibnu Abbas, berinfak dari sesuatu yang paling kita cintai menunjukkan keluasan hati dan ketulusan iman. Nilai inilah yang ingin ditanamkan kepada santri Darul Arqam — agar mereka tumbuh menjadi pribadi yang lapang dada, tidak terikat oleh harta, dan berorientasi pada kemaslahatan sesama.
Di sinilah keistimewaan pendidikan pesantren: ia tidak hanya membentuk kecerdasan akal, tetapi juga menumbuhkan sensitivitas sosial dan spiritual. Program seperti SQD membuktikan bahwa pelajaran tentang kepedulian bisa dimulai dari langkah sederhana, tetapi berdampak besar.
Santri yang terbiasa bersedekah sejak dini bukan hanya akan tumbuh menjadi pribadi yang dermawan, tetapi juga memahami makna tanggung jawab sosial dalam Islam. Mereka belajar bahwa sedekah bukan kehilangan, melainkan jalan menuju keberkahan.
Pada akhirnya, Shadaqah Qabla Dirasah bukan sekadar program sosial, tetapi refleksi nyata dari pendidikan Islam yang menyentuh hati dan membentuk karakter. Dari sini lahir generasi yang bukan hanya pandai membaca kitab dan ayat, tetapi juga pandai membaca penderitaan sesama.
Program seperti SQD adalah pengingat bagi kita semua bahwa pendidikan sejati bukan hanya tentang menambah pengetahuan, tetapi juga menumbuhkan kepedulian dan cinta kasih. Sebab dari tangan-tangan kecil yang memberi dengan ikhlas itulah, sesungguhnya masa depan yang berkeadilan dan penuh empati sedang dibangun.