WELERI, KENDALMU.OR.ID – Perkembangan teknologi digital yang begitu pesat menuntut dunia jurnalistik untuk beradaptasi. Hal ini mengemuka dalam Pelatihan Jurnalistik “Pantura Menulis” yang diselenggarakan Majelis Pustaka dan Informasi (MPI) Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kendal pada Sabtu (13/9/2025) di SMK Muhammadiyah 3 Weleri.
Salah satu narasumber, Khafid Sirotudin, praktisi media digital sekaligus penulis buku, memaparkan materi bertajuk “Jurnalisme Digital: Menembus Batas Informasi di Pantura”. Ia menekankan bahwa jurnalisme digital merupakan praktik produksi dan penyebaran berita dengan memanfaatkan internet, aplikasi seluler, hingga media sosial.
“Berbeda dengan jurnalisme tradisional yang bergantung pada media cetak dan siaran, jurnalisme digital hadir dengan kekuatan real-time, interaktif, dan multi-format. Audiens kini bisa menerima informasi tidak hanya lewat teks, tetapi juga video, audio, foto, hingga siniar (podcast),” ujar Khafid di hadapan peserta.
Menurutnya, ada beberapa elemen kunci yang harus dipahami jurnalis digital. Mulai dari produksi dan distribusi berbasis digital, pemanfaatan perangkat teknologi, penggunaan format multimedia, hingga keterlibatan audiens dalam komunikasi dua arah. Hal itu membuat jurnalisme digital tidak hanya menyampaikan berita, tetapi juga membuka ruang interaksi dan partisipasi publik.
Khafid juga membedah perbedaan mendasar antara jurnalisme tradisional dengan jurnalisme digital. Jika media tradisional lebih bersifat linier dan satu arah, media digital justru menghadirkan fleksibilitas dan partisipasi warga. “Kini masyarakat bisa menjadi pembuat berita mereka sendiri melalui platform media sosial,” tegasnya.
Lebih lanjut, Khafid menyinggung kawasan Pantura (Pantai Utara Jawa) sebagai latar penting bagi perkembangan informasi di Indonesia. Jalur Pantura membentang dari Banten hingga Jawa Timur dan menjadi urat nadi transportasi serta perdagangan. Tidak hanya itu, kawasan ini juga menyimpan kekayaan sosial, budaya, sekaligus dinamika masyarakat pesisir dan petani.
Sejarah panjang Pantura bahkan dapat ditelusuri sejak era Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels yang membangun Jalan Raya Pos pada awal abad ke-19. Istilah “Pantura” sendiri baru populer pada penghujung 1980-an, seiring meningkatnya perhatian media terhadap kawasan tersebut.
Khusus di Jawa Tengah, kawasan Pantura memiliki karakteristik geografis berupa dataran rendah dengan endapan aluvial yang rentan terhadap banjir rob dan erosi pantai. Meski demikian, jalur ini tetap menjadi pusat transportasi utama yang vital bagi pergerakan barang, jasa, dan manusia. “Setiap musim mudik, Pantura menjadi ikon harapan bagi para perantau untuk pulang kampung,” ucap Khafid.
Dalam sesi berikutnya, Khafid menyoroti adanya keterbatasan informasi yang masih dirasakan masyarakat. Ia menyebut bahwa keterbatasan ini bisa muncul karena akses yang terbatas, kualitas informasi yang buruk, hingga fenomena kelebihan informasi (information overload).
“Banyak masyarakat desa yang terhambat mengakses informasi karena faktor geografis dan infrastruktur. Di sisi lain, banjir informasi di era digital juga membuat orang sulit memilah mana yang benar-benar relevan,” jelasnya.
Menurutnya, dampak keterbatasan informasi cukup serius. Masyarakat bisa tertinggal dalam berbagai bidang, termasuk pertanian dan ekonomi. Untuk itu, ia menawarkan beberapa solusi, di antaranya peningkatan literasi informasi, penyediaan konten yang berkualitas, serta pengembangan sistem informasi yang lebih inklusif dan berkelanjutan.
Menutup paparannya, Khafid memberikan motivasi bagi peserta pelatihan untuk terus mengasah kemampuan menulis. Ia mengibaratkan keterampilan menulis seperti pisau yang harus sering diasah agar tetap tajam dan bermanfaat.
“Jurnalis dituntut memiliki daya literasi yang tinggi. Informasi harus disampaikan secara jujur, faktual, bertanggung jawab, dan membawa manfaat. Prinsip BBM — Benar, Baik, dan Manfaat — harus menjadi indikator utama dalam setiap karya jurnalistik,” ungkapnya.
Khafid juga mengingatkan peran teknologi kecerdasan buatan (AI). Meski AI mampu meniru kecerdasan manusia, ia menegaskan bahwa AI tidak akan pernah bisa menggantikan akal ciptaan Tuhan. “Hingga hari kiamat, AI tetaplah hanya akal buatan. Akal manusia ciptaan Allah Azza wa Jalla tetaplah yang paling sempurna,” tandasnya.
Pelatihan jurnalistik “Pantura Menulis” diikuti oleh pelajar, mahasiswa, hingga pegiat literasi di Kendal dan sekitarnya. Selain Khafid Sirotudin, hadir pula Edi Prayitno (wartawan MNC Group) dan Abdul Ghofur (Pemimpin Redaksi kendalmu.or.id) yang turut berbagi pengalaman seputar dunia pers dan media.
Kegiatan ini diharapkan dapat melahirkan generasi muda yang mampu menulis berita, opini, maupun konten digital dengan kualitas yang lebih baik, serta berkontribusi bagi perkembangan literasi di kawasan Pantura. (roh)
Kontributor: Istighfaroh, Editor: A. Ghofur