NGAMPEL, KENDALMU.OR.ID– Muhammadiyah yang tahun ini genap berusia 113 tahun pada November mendatang bukan sekadar organisasi massa biasa.
Sejak awal berdirinya, persyarikatan ini tumbuh menjadi organisasi besar dengan kader-kader yang mewarnai berbagai sektor penting di Indonesia.
Jejaknya nyata, mulai dari berdirinya sekolah, rumah sakit, hingga berbagai amal usaha lain yang menjadi penopang masyarakat.
Semua capaian besar itu tidak lahir tiba-tiba. Ada peran majelis-majelis Muhammadiyah yang rutin bergerak di tengah masyarakat, mulai dari pengajian Ahad pagi, kegiatan Aisyiyah, hingga forum-forum lain yang konsisten melahirkan gagasan.
Kekuatan majelis inilah yang disorot Wakil Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kendal, Ustadz Muntoha, dalam Kajian Ahad Pagi yang digelar Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Ngampel di aula Kecamatan Ngampel, Ahad (31/8/2025).
“Majelis bisa melahirkan banyak amal usaha karena ada adab yang dijaga. Dari majelis yang beradab inilah lahir gagasan yang positif dan bermanfaat,” tegas Ust. Muntoha.
Kajian dibuka dengan hadis riwayat Abu Dawud yang menyebut sebaik-baiknya majelis adalah yang paling luas.
“Luas, dalam hal ini, bukan hanya soal tempat, tetapi juga pesertanya,” ujarnya.
Menurutnya, Muhammadiyah sudah memiliki banyak sarana untuk majelis dakwah, mulai dari gedung dakwah, aula sekolah, hingga fasilitas pemerintah seperti yang digunakan PCM Ngampel.
“Namun, tantangan tetap ada. Banyak ide kepala, tapi sedikit kepalanya. Banyak wakaf diberikan ke Muhammadiyah, tapi belum bisa dimanfaatkan maksimal,” ujarnya lagi.
Ia kemudian mencontohkan kiprah Aisyiyah yang mampu mendirikan banyak TK dan rumah sakit karena semangat kebersamaan.
“The power of emak-emak luar biasa. Kadang baru selesai masak, masih bau bawang, tapi dengan semangat mereka bisa mendirikan sekolah. Begitu juga PCM Boja, dari pengajian Ahad Pagi bisa membangun klinik hingga berkembang menjadi Rumah Sakit PKU Boja,” tambahnya mencontohkan.
Lebih jauh, Ust. Muntoha mengingatkan pentingnya menjaga adab dalam bermajelis. Ia menyebutkan beberapa hal yang harus diperhatikan, di antaranya, tidak nongkrong di pinggir jalan untuk bergosip atau melakukan hal sia-sia, sebagaimana hadis Bukhari dan Muslim.
Mendatangi majelis orang-orang saleh, bukan sebaliknya, karena pertemanan akan sangat memengaruhi karakter.
“Banyak remaja ikut gangster atau huru-hara hanya karena ingin diakui. Fenomena ini berbahaya jika tidak diarahkan,” jelasnya.
Kemudian menjaga sikap ketika hadir di majelis, seperti menduduki tempat paling belakang ketika datang lebih awal, tidak merebut tempat duduk orang lain, dan tidak menyuruh orang beranjak dari tempat duduknya.
Menurutnya, adab sederhana ini jika dijaga akan melahirkan majelis yang sehat, penuh gagasan, dan bermanfaat bagi umat.
Di akhir kajian, Ust. Muntoha berharap jamaah PCM Ngampel semakin termotivasi untuk sering mengadakan majelis positif dengan mengedepankan tepo sliro, budaya saling menghormati khas Jawa. Ia pun optimistis PCM Ngampel akan tumbuh sedikit demi sedikit, memperbanyak kader, dan terus memberi manfaat nyata bagi masyarakat. (rio)
Kontributor : Ario Bagus Pamungkas, Editor : Abdul Ghofur