SEMARANG.KENDALMU.OR.ID. Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Tengah, Ibnu Hasan, menekankan pentingnya membangun tanggung jawab pribadi dalam menjalani kehidupan sebagai seorang muslim sejati.
Hal itu ia sampaikan dalam sebuah ceramah keislaman yang mengangkat tema hubungan antara ilmu, amal, dan integritas moral dalam Islam.
“Islam mengajarkan kepada kita untuk menjadi mukmin yang bertanggung jawab,” ujar Ibnu Hasan di hadapan para jamaah. Menurutnya, tanggung jawab tersebut dimulai dari diri sendiri, meliputi pikiran, ide, dan perilaku, sebelum meluas ke lingkungan sosial yang lebih besar.
Ia menegaskan bahwa ilmu yang dimiliki seorang muslim harus menjadi pendorong untuk bertindak, bukan sekadar disimpan atau dipamerkan. Setiap informasi atau pengetahuan, lanjutnya, seharusnya mendorong pemiliknya menjadi orang pertama yang mengamalkannya.
Ibnu Hasan merujuk pada keteladanan Nabi Muhammad SAW sebagai sosok yang tidak hanya menyampaikan wahyu, tetapi juga menjadi pelaku pertama atas apa yang beliau serukan. “Rasulullah adalah contoh ilmu yang hidup dalam tindakan. Dakwah beliau bukan hanya kata-kata, tetapi perbuatan yang berpijak pada ilmu yang otentik,” jelasnya.
Konsep ini kemudian ia uraikan sebagai dua prinsip utama dalam Islam: ilmu amaliah dan amal ilmiah. Ilmu amaliah adalah pengetahuan yang diwujudkan dalam tindakan nyata, sementara amal ilmiah adalah perbuatan yang dilakukan dengan dasar pengetahuan yang sahih.
“Ilmu bukan untuk ditumpuk, tapi diamalkan. Dan amal harus dilandasi ilmu, bukan sekadar ikut-ikutan atau rutinitas kosong,” tegasnya.
Sebagai ilustrasi, ia mencontohkan ibadah shalat. Menurutnya, shalat bukan sekadar gerakan fisik, tetapi harus dipahami secara menyeluruh, mulai dari syarat, rukun, hingga maknanya. “Shalat yang benar mencerminkan perpaduan antara pengetahuan dan keikhlasan dalam beribadah,” katanya.
Dalam ceramahnya, Ibnu Hasan juga mengutip sejumlah ayat Al-Qur’an yang memperkuat pesan tersebut. Salah satunya adalah Surat Al-Mujadilah ayat 11 yang menegaskan bahwa Allah akan meninggikan derajat orang-orang yang beriman dan berilmu.
يَرْفَعِ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْۙ وَالَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجٰتٍۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ ١١
Allah niscaya akan mengangkat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.
Namun, ia mengingatkan bahwa ilmu dan iman tidak akan berarti jika tidak melahirkan amal shalih.
Ia juga menyinggung peringatan keras dalam Surat As-Shaff ayat 2–3, yang mencela orang-orang yang mengatakan sesuatu yang tidak mereka lakukan.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ كَبُرَ مَقْتًا عِندَ اللَّهِ أَن تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ
“Wahai orang-orang yang beriman! Mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Sangat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” (QS. As-Shaff: 2–3)
“Allah sangat membenci ketidakkonsistenan antara ucapan dan perbuatan. Ini menjadi peringatan moral bagi kita semua,” ucapnya.
Fenomena ini, menurutnya, sangat relevan dengan kondisi masyarakat saat ini, terutama di era media sosial. Ia menyoroti kecenderungan sebagian orang yang menyebarkan informasi atau opini tanpa dasar ilmu yang memadai.
“Islam menuntut pertanggungjawaban atas setiap ucapan dan tindakan,” tegasnya seraya mengutip Surat Al-Isra ayat 36 yang menekankan pentingnya bertindak berdasarkan ilmu.
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ ۚ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولٰئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungjawabannya.” (QS. Al-Isra: 36)
Menutup ceramahnya, Ibnu Hasan mengajak umat Islam untuk menumbuhkan budaya belajar sekaligus mengamalkan ilmu dalam kehidupan sehari-hari. Ia menegaskan bahwa keseimbangan antara ilmu dan amal adalah inti dari ajaran Islam.
“Jangan sampai kita menjadi orang yang tahu tapi tidak berbuat, atau berbuat tanpa dasar pengetahuan. Keduanya bertentangan dengan nilai-nilai Islam yang sejati,” pungkasnya.
