KUDUS.KENDALMU.OR.ID. Istilah Mudik sangat identik dalam suasana Idulfitri atau lebaran. Mudik secara sederhana dapat diartikan dalam Bahasa Jawa ‘mulih dilik’ (pulang sebentar).
Mudik adalah tradisi tahunan yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia, terutama para pekerja yang merantau ke kota lain, untuk pulang ke kampung halaman saat menjelang hari raya, seperti Idul Fitri.
Dikutip muhammadiyah.or.id, Sekretaris Umum PP Muhammadiyah, Prof DR. KH. Abdul Mu’ti, M.Ed, bahwa ritual mudik tahunan bagi umat Islam untuk membangun relasi sosial yang baru di momentum Idulfitri.
Diterangkan, ada dua variabel di dalamnya. Yaitu mudik spiritual dan mudik sosial. Dalam konteks ini, sambung Mu’ti mudik sosial berkaitan dengan eksistensi manusia sebagai makhluk sosial yang saling berinteraksi satu dengan lainnya.
“Mulia tidaknya kita tergantung bagaimana membangun relasi sosial yang sebaik-baiknya,” jelas Mu’ti pada Rabu (10/4) di Kudus.
Selain itu, ada mudik kultural. Yaitu upaya untuk merawat budaya yang baik sekaligus menciptakan budaya baru yang lebih baik. Sehingga berbagai tradisi Idulfitri di negeri ini menjadi bagian melakukan rekonsiliasi sosial terhadap sesama warga masyarakat tanpa diskriminatif.
“Kita melakukan tidak hanya sekadar islah yang bersifat spiritual dan Islah sosial. Di mana kita saling memaafkan dan kemudian membangun relasi yang lebih baik lagi. Sekarang kita tatap masa depan yang lebih baru,” tuturnya.
Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mendorong dalam momentum Idulfitri memuat semangat kebersamaan dan kerukunan antar sesama warga bangsa. Inilah yang tersimpulkan dibalik penggunaan pakaian terbaik dan pakaian baru pada momen Idulfitri setiap tahunnya.
“Mudah-mudahan dengan semangat kebersamaan dan semangat kerukunan itu kita bisa meraih kemajuan dalam hidup,” pungkasnya.