RINGINARUM.KENDALMU.OR.ID. Kita sedang berjalan menuju penghujung di bulan September, dan di tanggal puncak pada bulan itu pernah ada peristiwa yang tidak bisa dilupakan oleh bangsa Indonesia, sejarah hitam, sebuah peristiwa pahit yang terjadi pada tanggal 30 September 1965, di mana terjadi aksi pemberontakan yang dilakukan oleh anggota militer yang tergabung dalam Gerakan 30 September (G30S) yang didalangi oleh PKI.
“G30S PKI atau gerakan 30 September yang dilancarkan oleh Partai Komunis Indonesia menjadi salah satu sejarah pahit bagi pemerintah Indonesia pada waktu itu” kata Mohammad Zabidi pada pengajian Ahad pagi (10/9) di Caruban, Ringinarum.
Dalam sejarah, kata Ustadz Zabidi, PKI merupakan salah satu partai tertua dan terbesar di Indonesia. Partai ini mengakomodir kalangan intelektual, buruh, hingga petani.
“Pada pemilu tahun 1955, PKI berhasil meraih 16,4 persen suara dan menempati posisi keempat di bawah PNI, Masyumi, dan NU” ungkapnya mengutip catatan sejarah Pemilu di Indonesia.
Menurutnya ada kemiripan antara peristiwa G30S PKI dengan perang uhud terkait tentang kebiadaban PKI yang melakukan pembunuhan brutal dan penyiksaan terhadap para korban, termasuk jenderal militer dan warga sipil.
“Para korban mendapat perlakuan tidak manusiawi, antara lain ditembak, ditusuk, dan dipukuli hingga tewas. Bahkan sebanyak 7 Jenderal dibunuh dengan di masukkan ke sumur lubang buaya. Tidak berbeda dengan peristiwa Perang Uhud, meskipun kaum Muslimin mengalami kekalahan, lebih dari itu salah satu sahabat Rasululah, Hamzah bin Abdul Muttalib adalah paman Rasulullah SAW yang terkenal dengan julukan Asadullah (Singa Allah- red) gugur di medan perang ” kata ustadz.
Pada Perang Uhud, lanjutnya, kaum Muslim awalnya menang, namun kemudian sekelompok pemanah tidak menaati perintah Nabi untuk tetap pada posisinya dan melindungi bagian belakang pasukan Muslim.
Musuh yang menyadari celah pertahanan tentara Muslim menyerang dari belakang dan menimbulkan kekacauan di kalangan barisan Muslim.
Hamzah yang terkenal dengan keberanian dan kepiawaian bertarungnya bertempur sengit melawan musuh dan banyak membunuh mereka.
Namun, dia akhirnya dikepung oleh sekelompok tentara musuh, yang menyerangnya dari segala sisi.
Meski kalah jumlah, Hamzah bertempur dengan gagah berani dan berhasil membunuh beberapa prajurit musuh, namun ia akhirnya tertusuk tombak dan terjatuh ke tanah.
Tentara musuh kemudian memutilasi tubuhnya, termasuk memotong hidung dan telinganya, bahkan salah satu dari mereka membuka perutnya dan mengambil hatinya.
“Nabi Muhammad SAW sangat berduka atas kehilangan paman tercinta sekaligus sahabat karibnya, hingga ia menangis saat melihat jasad Hamzah yang dimutilasi” tuturnya.
Kesyahidan Hamzah merupakan kehilangan besar bagi umat Islam, namun juga menginspirasi mereka untuk terus memperjuangkan iman dan membela komunitasnya.
“Sama halnya dengan gugurnya pahlawan revolusi dalam peristiwa G30S PKI” tutupnya. (fur)