NGAMPEL.KENDALMU.OR.ID. Ustadz M Supri memberikan kajian berupa sejarah Islam berdasakan kitab Sirah Nabawiyah bab sejarah Nabi Ismail dan keturunannya yang menjadi cikal bakal terbentuknya suku-suku di mekah.
M. Supri membuka kajian dengan menyampaikan sejarah bahwa sumur Zam-Zam tercipta dari tendangan kaki Nabi Ismail ketika beliau masih bayi sewaktu bersama ibunya Siti hajar yang ditinggal oleh ayahnya Nabi Ibrahim untuk berdakwah di Palestina.
“Menurut Sirah Nabawiyah Nabi Ibrahim tidak serta merta meninggalkan anak dan istrinya di sebuah tempat yang kosong namun disebuah tempat yang sudah tersedia sumber kehidupan yaitu kota Mekah. Kisah nabi Ismail dilanjutkan dengan Nabi Ismail menginjak usia remaja dan mulai belajar Arab karena setiap hari beliau dan ibunya berinteraksi dengan warga Mekah dengan bahasa Arab terutama suku Jurhum,” beber Ustadz M. Supri pada pengajian Ahad Pagi Majelis Tabligh PCM Ngampel, Ahad (12/1/2025) di Aula Kec. Ngampel.
Menurut Ustadz Supri, Suku Jurhum merupakan suku yang menepati mekah dengan mata pencarahian sebagai pedagang yang berdagang dari Syam, Yaman hingga Mesir. Nabi Ismail lambat laun sudah menjadi dewasa dan menikahi gadis suku Jurhum tanpa sepengetahuann Ayahnya , dari Pernikahan ini Nabi Ismail tidak dikaruniai oleh Anak. Hingga sang Ayah Nabi Ibrahim datang berkunjung untuk menemui keluarganya dan bertemu dengan istrinya Siti Hajar dan menantunya.
“Nabi Ibrahim bertanya dimana putranya yang dibalas oleh menantunya bahwa Nabi Ismail masih berdagang dilanjutkan oleh keluh kesah Istri Nabi Ismail yang belum memiliki anak dan hidup serba kekurangan, dari hal tersebut sebelum kembali ke Palestina Nabi Ibrahim berpesan kepada Istri Nabi Ismail untuk menyampaikan bahwa palang pintu harus diganti,” katanya.

M. Supri melanjutkan, selepas kepergian Nabi Ibrahim, Nabi Ismail pulang kemudian diberitahu oleh Istrinya bahwa Ayahnya datang berkunjung dan berpesan untuk menggati palang pintu rumah.
“Mendengar hal ini Nabi Ismail langsung mengerti perkataanya Ayahnya yaitu untuk menceraikan Istrinya karena tidak bersyukur. Setelah bercerai Nabi Ismail menikah lagi dengan seorang gadis yang bernama Mahda bin Amr yang merupakan putri dari kepala suku Jurhum,” ujarnya.
Setelah pernikahan kedua, Nabi Ibrahim berkunjung untuk ke dua kalinya untuk melihat Istri dan menantunya masih bertanya soal kehidupan keluarga Nabi Ismail namun kali istri baru Nabi Ismail memuji kepada Allah dan bersyukur mendengar hal itu Nabi Ibrahim berpesan lagi untuk Nabi Ismail tidak usah mengganti palang pintu menandakan bahwa ini pasangan yang cocok untuk anaknya.
“Dari pernikahan kedua Nabi Ismail dikaruniai 12 Anak yang beranama Nabit, Qidar, Adbil, Mubsim, Musymi’, Dauma, Dawam, Masa, Haddad, Tsitsa, Yathur, dan Nafisy yang menyebar ke seluruh Jazriah Arab,” ujarnya lagi.
Dalam konteks tersebut, Ust. M Supri berpesan kepada Jamaah Ahad Pagi “ laki-laki untuk mencari jodoh perlu melihat 4 Aspek yang pertama kecantikan bukan hanya parah tapi juga ahklak, kedua melihat harta atau dalam konteks sekarang pendidikan ketika Nasabnya yang keempat agamanya.
Sedangkan untuk perempuan dalam mencari jodoh tinggal dibalik harus dilihat yang pertama yaitu agamanya, kemudian nasabnya, pendidikannya baru wajahnya.
Ustadz Supri melanjutkan kisahnya, Nabi Ismail dan Nabi Ibrahim mendapatkan tugas dari Allah SWT memperbaiki dan meninggikan Pondasi Ka’bah yang rendah dan tertutup lumpur akibat banjir Nabi Nuh. Dari perbaikan itu terdapat Hijr Ismail yang dulu berada di dalam Ka’bah namun sudah ditempatkan diluar Ka’bah karena renovasi suku Quraisy dan juga mulai menyerukan untuk melakukan Ibadah Haji.
“Beberapa tahun berlalu negara Arab hanya terdapat 2 kabilah saja yang tersisa yaitu Kabilah Khaidar dan Bani Bani Khuza’ah. Kedua Kabilah tersebut masih ingat ajaran nabi Ibrahim untuk menyembah Allah hingga seuautu saat munculnya seorang ulama yang berhama Amr bin Luhay, merupakan seorang ulama yang disanjung oleh warga Arab karena ilmu yang beliau miliki,” katanya.

Dikisahkan, suatu ketika Amr bin Luhay melakukan perjalanan di ke Hijaz yang merupakan tanah kelahiran para nabi dan Rasul disana Amr bin Luhay melihat warga sekitar menyembah berhala dari situ beliau beranggapan bahwa itu adalah sebuah wujud Ibadah kepada Allah kemudia dibawa pulang
“Berhala itu yang bernama Hubal yang merupakan berhalka besar kemudian dari laut merah mendatangkan Latta, dari Thaif berhala Uzza dan berbagai berhala mulai bermunculan di Negara Arab,” kata Ustadz menirukan ucapan Amr bin Luhay.
“Berhala mulai membanjiri seluruh kota mekah mengakibatkan sebuah zaman yaitu zaman jahiliyah yang mana orang Mekkah menyembah berhala sebagai wujud perantara atau Wasilah kepada Allah dengan berbagai ritual penyembahan seperti memberikan kurban kepada berhala dengan syariat yang menyimpang seperti bahirah, yaitu unta betina yang telah beranak lima kali dan anak yang kelima itu jantan, lalu unta betina itu dibelah telinganya, dilepaskan, tidak boleh ditunggangi lagi, dan tidak boleh diambil air susunya,”bebernya lagi.
Ustadz M. Supri menegaskan, Allah tidak mensyariatkan saibah, yaitu unta betina yang dibiarkan bebas karena suatu nazar.
“Berbeda dengan masyarakat Arab Jahiliah ketika hendak melakukan sesuatu atau perjalanan jauh biasa bernazar menjadikan unta mereka saibah bila maksud atau perjalanannya berhasil dan selamat,” katanya.
Diterangkan, tidak ada juga syariat tentang wasilah, yaitu jika seekor domba betina melahirkan anak kembar dampit, maka anak yang jantan disebut wasilah; ia tidak boleh disembelih, melainkan harus dipersembahkan kepada berhala.
“Allah juga tidak mensyariatkan ham, yaitu unta jantan yang tidak boleh diganggu lagi karena telah membuahi unta betina sepuluh kali yang kesemua hal tersebut tidak disyariatkan,” ujarnya mengutip dengan Quran Surat Al-Maidah ayat 103.
مَا جَعَلَ ٱللَّهُ مِنۢ بَحِيرَةٍ وَلَا سَآئِبَةٍ وَلَا وَصِيلَةٍ وَلَا حَامٍ ۙ وَلَٰكِنَّ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ يَفْتَرُونَ عَلَى ٱللَّهِ ٱلْكَذِبَ ۖ وَأَكْثَرُهُمْ لَا يَعْقِلُونَ
Artinya: Allah sekali-kali tidak pernah mensyari’atkan adanya bahiirah, saaibah, washiilah dan haam. Akan tetapi orang-orang kafir membuat-buat kedustaan terhadap Allah, dan kebanyakan mereka tidak mengerti.
Dari Pengajian ini Ust. M. Supri berharap jamaah ahad pagi untuk bisa meneleladani kisah nabi Ismail dan tidak melakukan bentuk kesyirikan dalam bentuk apapun. (rio)