SUKOREJO.KENDALMU.OR.ID. Rohaniawan RSI Muhammadiyah, Ustadz Dzikrullah menilai Islam sebagai agama universal siap menghadapi segala tantangan yang terjadi di era modernitas dewasa ini.
Sebagai agama universal, Islam dapat melewati batas waktu, ruang, dan budaya, sehingga berlaku kapanpun, dimanapun, dan bagi siapapun.
Apabila modernitas edentik dengan budaya barat, maka Islam memiliki peran penting sebagai panduan moral dan spiritual. Pengikutinya (umat Islam) dapat memilah budaya barat yang positif dan membuang yang mudharat.
Demikian kesimpulan awal dari Ustadz Dzikrullah dalam Tabligh Akbar bertajuk “Islam dan Tantangan Modernitas”, yang diselenggarakan PCM Sukorejo, Ahad (9/2/ 2025) di Masjid Al Mujahidin Sumber Kebumen, Sukorejo, Kab. Kendal.
Ustadz Dzikrullah menegaskan dalam menghadapi tantangan modernitas, Islam harus bersatu, dianalogikan kamasali jasadil wahid, seperti tubuh yang satu, berfungsi layaknya satu tubuh yang saling mendukung.
“Jika satu bagian tubuh sakit, maka seluruh tubuh akan merasakan dampaknya. Begitu juga dalam organisasi , setiap elemen harus bersinergi dan saling menguatkan,” kata Ustadz Dzikrullah di hadapan ratusan jamaah pengajian.

Diterangkan, Islam dalam menghadapi modernitas memiliki beberapa prinsip, diantaranya fleksibilitas dan adapptasi, maqasyid syari’ah, dan menjaga identitas budaya.
“Islam memiliki fleksibilitas untuk beradaptasi dengan perubahan zaman tanpa kehilangan esensinya,” ujar Ustadz Dzikrullah.
Menurutnya, Islam tidak menolak modernisasi, tetapi memiliki fleksibilitas untuk beradaptasi dengan perubahan zaman tanpa kehilangan esensinya.
Sedangkan maqasyid syariah, kata dia, menjadi kerangka konseptual yang relevan untuk menghadapi berbagai tantangan sosial dan budaya.
Dia melanjutkan, tantangan sosial dan budaya dalam konteks modernitas berdampak pada perubahan zaman dan globalisasi terhadap nilai-nilai, tradisi, dan identitas masyarakat, khususnya ummat Islam.
“Modernisasi seringkali membawa pengaruh budaya luar yang dapat mengancam keberlangsungan budaya lokal. Masyarakat lebih mudah terpapar budaya luar negeri melalui media sosial, film, dan musik, yang dapat mengancam keberlangsungan budaya lokal,” tegasnya.
Dalam menghadapi modernitas, Ustadz Dzikrullah, Islam berfungsi sebagai filter. Gaya hidup Islami sebagai filter dari sikap materialistis dan hedonisme dalam menghadapi tantangan modernitas yang cenderung pragmatis.
Ustadz Dzikrullah berharap warga Muhammadiyah di era modern yang menghasilkan teknologi sebagai sarana dakwah, pendidikan, dan pengelolaan sosial.
Di bagian laian Ustadz Dzikrullah menyampaikan, Manhaj Tarjih Muhammadiyah sebagai pedoman dalam menghadapi tantangan modernitas, melalui isu-isu yang dihembuskan, seperti seolah Islam menolak kepemimpinan perempuan Islam.
“Muhammadiyah membolehkan perempuan menjadi pemimpin dengan pendekatan tafsir berbasis usul fiqh dan qawaid fiqh. Yang utama bukan jenis kelamin, melainkan kapasitas dan karakter pemimpin tersebut.” katanya.

Di bidang bisnis dan perbankan sistem ribawi dalam ekonomi memiliki banyak dampak negatif, oleh karena itu Muhammadiyah mengembangkan ekonomi berbasis syariah sebagai solusi.
Musik dalam Islam, lanjutnya Muhammadiyah membolehkan musik dalam batasan tertentu, seperti drum band dan nasyid, berdasarkan pendekatan tarjih
“Sedangkan gambar dalam Islam dalam kontek tarjih Muhammadiyah ditegaskan, bahwa penggunaan foto dalam batas tertentu diperbolehkan, selama tidak bertentangan dengan nilai-nilai Islam,” ujarnya.
Ditegaskan lagi, bahwa tafsir dalam Muhammadiyah memiliki metodologi ilmiah dengan dalil naqli (Al-Qur’an dan Hadis) serta dalil aqli (ijma, qiyas, urf, istihsan, dan lainnya).
Sejalan dengan Ustadz Dzikrullah, Ketua PCM Kebumen Amru Hidayat menekankan pentingnya kolaborasi berbagai elemen di organisasi Muhammadiyah dalam menyukseskan kegiatan dakwah dan persiapan menghadapi bulan Ramadhan.
Diingatkan menghadapi Ramadhan banyak mubaligh menyampaikan dakwahnya, dan kita harus selektif terhadap mubaligh yang diberi kesempatan untuk menyampaikan tausiahnya di bulan Ramadhan yang merujuk pada ideologi Muhammadiyah.
“Kami ingin memastikan bahwa materi yang disampaikan oleh setiap mubaligh kepada jamaah sesuai paham Muhammadiyah dalam berIslam, berideologi Muhammadiyah dan memahami Tarjih Muhammadiyah, sehingga tidak menimbulkan kebingungan di kalangan jamaah,” pintanya.
Diketahui, tabligh akbar disediakan bazar oleh pimpinan Aisyiyah setempat. Aneka makanan dan minuman ringan disediakan dengan harga sangat terjangkau. (silo)
Kontributor : Susilo Priyatno
Editor : Abdul GHofur